Minggu, 30 Januari 2022

Kepada Allah Semata, Kita Meminta

Kepada Allah Semata, Kita Meminta

Ada sebuah cerita yang disebutkan al Imam Ibnu Rajab ( Majmu' Rasail Ibnu Rajab 3/128 ). Cerita itu tentang Ishaq bin Abbad ad Dabari.

Dalam tidurnya, Ishaq bin Abbad bermimpi ada orang berkata, "Engkau, tolonglah orang yang sedang susah".

Setelah bangun, Ishaq mencari informasi, adakah tetangganya yang sedang susah.

"Kami tidak mengetahui", jawab tetangga-tetangganya.

Ishaq tidur kembali. Namun, mimpi terulang hingga kali ketiga.

"Apakah engkau bisa nyenyak tidur, sementara engkau tidak membantu orang yang sedang susah?", kata seseorang dalam mimpinya.

Ishaq langsung bangun. Dengan membawa 300 dirham, Ishaq naik baghl menuju masjid.

Di sana ada seseorang yang sedang salat. Ishaq menemuinya lalu bertanya, "Wahai Hamba Allah, di waktu ini, di tempat ini, apa sebabnya engkau sampai di sini?"

Orang itu menjawab, "Saya punya modal 100 dirham. Habis modal dan kini saya punya tanggungan utang 200 dirham".

Ishaq segera mengeluarkan 300 dirham yang ia bawa lalu diserahkan kepada orang itu.

"Apakah engkau kenal saya?", tanya Ishaq.

"Tidak", jawab orang itu.

Lanjut Ishaq, "Saya Ishaq bin Abbad. Jika engkau punya kesulitan, temui saja saya. Rumah saya ada di sana"

"Semoga Allah merahmati Anda" , jawab orang itu, "Jika saya mengalami kesulitan, saya akan segera berharap kepada Dzat yang telah membawa Anda di waktu semacam ini, sampai Anda tiba di sini".

Subhanallah!

Umumnya orang jika sedang mengalami kesulitan, yang terpikir pertama adalah siapa teman, siapa dermawan, siapa donatur, siapa orang, yang bisa membantunya.

Seringkali hamba lupa bahwa ia memiliki Rabb yang maha mendengar doa dan maha mengabulkannya. Lalu kenapa ia tidak meminta kepada Allah Ta'ala?

Semoga kita menjadi hamba yang selalu mengingat-Nya.

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ

Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku ( al Baqarah 152 )

@anakmudadansalaf

Kamis, 20 Januari 2022

MANFAAT BERTEMAN DENGAN ORANG SHALIH

MANFAAT BERTEMAN DENGAN ORANG SHALIH

🎙️ Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'dy rahimahullah menyatakan,

"وأقل ما تستفيده من الجليس الصالح وهي فائدة لا يستهان بها أن تكف بسببه عن السيئات والمعاصي."

"Manfaat paling minimal yang bisa anda dapatkan tatkala berteman dengan teman duduk yang shalih adalah sebuah manfaat yang tidak bisa dianggap remeh yaitu,
dengan keberadaannya anda akan bisa menahan diri dari berbagai keburukan dan kemaksiatan."

📓 Bahjah Qulubil Abrar 156

@KajianIslamTemanggung

Rabu, 12 Januari 2022

USIAMU SUDAH CUKUP UNTUK MENIKAH

USIAMU SUDAH CUKUP UNTUK MENIKAH

💬 Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata,

الذي عمره إحدى وعشرون سنة ليس صغيراً على الزواج، عمرو بن العاص تزوج وله إحدى عشرة سنة، وجاءه ولد، ولهذا يقال: ليس بينه وبين ابنه عبد الله إلا ثلاث عشرة سنة

"Seseorang yang berusia dua puluh satu tahun tidaklah terlalu kecil untuk menikah.
Amr bin al-Ash menikah pada usia sebelas tahun dan beliau memiliki anak.

Oleh karena itu dikisahkan bahwa selisih usia Amr dengan anaknya yang bernama Abdullah hanya tiga belas tahun."

✍️ Al-Liqaa as-Syahri 3

@KajianIslamTemanggung

BUKAN UNTUK ITU ENGKAU DICIPTAKAN

BUKAN UNTUK ITU ENGKAU DICIPTAKAN ...

✍🏻 Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah mengatakan,

فَأَنْتَ مَا خُلِقْتَ لِتَأْكُلَ وَتَشْرَبَ، مَا خُلِقْتَ لِبِنَاءِ الْقُصُورِ أَوْ غَرْسِ الْأَشْجَارِ أَوْ شَقِّ الْأَنْهَارِ أَوِ النِّكَاحِ وَنَحْوِ ذَلِكَ، لاَ.

“Engkau tidaklah diciptakan (hanya) untuk makan dan minum, tidak pula hanya untuk berlomba-lomba membangun istana dan bangunan yang megah. (Demikian pula engkau tidak diciptakan hanya) untuk menanam pohon (bercocok tanam, berkebun, bertani). Engkau tidak diciptakan hanya untuk membelah sungai-sungai (mengarungi lautan), atau sekadar untuk menikah (berkeluarga), atau yang semisalnya. Bukan (hanya untuk hal-hal tersebut engkau diciptakan).

فَأَنْتَ مَخْلُوقٌ لِتَعْبُدَ رَبَّكَ وَأَنْتَ مَخْلُوقٌ لِتَسْتَقِيمَ عَلَى طَاعَتِهِ وَتُتَابِعَ رَسُولَهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ. فَعَلَيْكَ أَنْ تَسْتَقِيمَ عَلَى طَاعَتِهِ سُبْحَانَهُ وَأَنْ تَتَّبِعَ رَسُولَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَنْتَ مَخْلُوقٌ لِهَذَا.

Engkau adalah makhluk  (yang diciptakan) untuk beribadah hanya kepada Rabbmu. Engkau adalah makhluk yang diperintahkan untuk senantiasa istiqamah di atas ketaatan kepada-Nya dan mengikuti (ajaran) Rasul-Nya. Oleh karena itu, wajib bagimu untuk istiqamah di atas ketaatan kepada-Nya dan mengikuti (ajaran) Rasul-Nya. Untuk tujuan itulah engkau diciptakan.

وَكُلُّ مَا فِي الْأَرْضِ خُلِقَ لَكَ لِتَسْتَعِينَ بِهِ عَلَى طَاعَةِ اللهِ وَتَرْكِ مَعَاصِيهِ، وَلَمْ يُخْلَقْ لَكَ لِتَسْتَعِينَ بِهِ عَلَى شَهَوَاتِكَ

Adapun semua yang ada di muka bumi, diciptakan untukmu agar bisa membantumu dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan maksiat terhadap-Nya. Allah tidaklah menciptakan itu semua (hanya sekadar) untuk memenuhi syahwatmu.”

📚 Majmu’ Fatawa Ibn Baz jilid 7 hlm. 95

WSi @ForumSalafy

Jumat, 07 Januari 2022

Teduh dan Sejuk Dalam Berdagang

Teduh dan Sejuk Dalam Berdagang

Kadang saya merasa heran, sebab pernah jadi korban.

Heran, seperti apa dasar berpikirnya?

Pendek. Sempit. Dan terlalu picik.

Ini tentang trik menjual barang.

Tertulis besar Rp 18.000 di warung buah. Saya pikir per kilogram nya. Rupanya ada tulisan lebih kecil di sudut bawah, " 1/2 kg ".

Jelas kecewa!

Penjual memang merasa tidak berbohong. Itu bukan dusta, katanya. Namun, apapun alasannya, tetap saja calon pembeli merasa ditipu.

Sederhana saja ; kenapa tulisan "1/2 kg" itu tidak ditulis sama besar dengan "Rp 18.000"?

Trik-trik "menipu" dalam dunia jual beli sangat beragam.

Ada yang menulis harga seakan murah. Setelah dihadapkan dengan barangnya, si penjual mengatakan, " Oh, yang harga 15.000 yang ini. Kalau yang itu, 25.000".

Ada yang menawarkan berbagai fasilitas dan hadiah. Tapi, ada tanda bintang kecil dengan keterangan ; syarat dan ketentuan berlaku.

Sifatnya promosinya bombastis! Wah dan mewah! Besar-besaran. Pasang iklan di sana-sini. Buat poster dengan banyak versi. Media sosial dikerahkan. Pasang status berulang tidak bosan.

Adalagi yang keluar dana besar hanya untuk endorse dari figur yang banyak followernya. Seseorang yang popularitasnya tinggi diajak untuk ikut promosi.

Pokoknya besar-besaran!

Padahal semua itu akan percuma. Bisa dibilang sia-sia. Sebab, pelaku pasar sudah pintar. Zaman sekarang banyak orang punya kemampuan memilah-milih.

Apalagi produknya memang jelek. Kualitasnya buruk. Lebih-lebih lagi pemilik usaha terlanjur dikenal tidak jujur. Sudah diketahui curang.

Maka, kalaupun sempat booming. Sempat viral. Hah, dalam hitungan waktu yang pendek, usaha itu akan tutup. Bangkrut. Ditinggal pembeli. Akhirnya dia akan gigit jari merenungi rugi.

Itu fakta! Itu realita!

Mengenai hal ini, kita diingatkan dengan sabda Nabi Muhammad  ﷺ ;

فإنْ صَدَقا وبَيَّنا بُورِكَ لهما في بَيْعِهِما، وإنْ كَتَما وكَذَبا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِما

" Jika keduanya (penjual dan pembeli) jujur dan sama saling terbuka, jual beli mereka pasti diberkahi. Sebaliknya, jika keduanya menutup-nutupi dan berbohong, barakah jual beli mereka pasti dicabut"

HR Bukhari 2079 Muslim 1532 dari sahabat Hakim bin Hizam.

Kejujuran adalah modal penting, bahkan modal terbesar.

Seorang pelaku usaha yang jujur, akan survival. Ia akan bertahan. Walau ia tak jor-joran beriklan. Meskipun ia tak menguasai sistem online atau market shop.

Jangankan menguasai pasaran, berambisi untuk menumpuk laba pun tidak. Baginya yang penting adalah berkah walaupun kecil. Meskipun terpencil.

Di dalam hadis lain, Nabi Muhammad ﷺ bersabda ;

 إنَّ التُّجارَ هم الفُجَّارُ فقال رجلٌ يا رسولَ اللهِ أليس قد أحلَّ اللهُ البيعَ قال بلى ولكنهم يحدِّثون فيَكذِبون ويحلِفون فيأثَمون

" Sungguh!  Para pedagang banyak yang berbuat curang" .

Ada yang bertanya, " Bukankah Allah Ta'ala menghalalkan jual beli, wahai Rasulullah? "

Nabi Muhammad ﷺ menjawab, " Benar! Namun, banyak pedagang berbicara tapi dusta, banyak sumpah namun berdosa"

HR  Ahmad 3/428 dari sahabat Abdurrahman bin Syibl. Lihat As Sahihah karya al Albani (366)

Persoalannya adalah pelaku pasar jika kecentok (dibuat kecewa), jangan salahkan dia jika tidak mau lagi kembali.

Sebab, kecurangan adalah hal paling tabu dan paling dibenci pelaku pasar. Sekali tersemat curang, susah untuk dihilangkan.

Walau dibuat baliho besar-besar dan diberi keterangan, " Toko ini sudah berganti pemilik dan manajemen". Tetap saja trauma susah dihapuskan.

Maka, jangan sekali-kali curang dalam berdagang! Jujur dan terbuka saja.

Lendah, 29 Jumadal Ula 1443 H/ 03 Januari 2022

@anakmudadansalaf