Senin, 19 September 2022

Mengelola Kesendirian

Mengelola Kesendirian

Suasana kapal cepat dari Pelabuhan Tulehu menuju Amahai menjadi istimewa dengan pemandangan ikan lumba-lumba di Laut Seram.

Tujuan kami adalah Masohi. Di sana sebuah pesantren berdiri setahun yang lalu. Diberi nama Al Imam Asy Syafi'i, pesantren yang berlokasi di negeri Haruru itu berada di kabupaten Maluku Tengah.

Ada 14 santri yang berada di asrama. Ruang tidurnya di sebelah barat masjid hanya dipisahkan oleh dinding dari papan-papan kayu. Di atas perbukitan. Semua masih sederhana. Wajarlah, sedang merintis.

Dari Masohi, setelah 2 hari, 147 km ke barat,  kami mengarah ke desa Waimital. Untuk sampai di Gemba, nama lain desa itu, jalur trans dibangun sepanjang garis pantai.

Pantai memanjang di sebelah kiri. Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi. Ada 79 jembatan proyek PUPR yang kami lewati. Bersama-sama kami hitung.

Artinya, dalam perjalanan itu, ada 79 sungai yang mengalir dari pegunungan pulau Seram yang bermuara ke laut. Sebagian jembatan tepat di tepi pantai.

Di Waimital, berdirilah pesantren yang diberi nama As Salafy. Umurnya sudah lumayan lama.13 tahun lalu masih musholla papan kayu, kini masjid berukuran besar sudah menggantikan. Bahkan, sekarang sedang proses perluasan ke arah depan.

Selanjutnya, setelah menginap, rombongan menuju dusun Hanunu di desa Waesala, Huamual Belakang, Seram Bagian Barat.

Kurang lebih 70 km perjalanan, disuguhkan view yang luar biasa. Subhanallah! Laut Seram benar-benar memancarkan kebiruan. Kiri laut, kanan perbukitan hijau dan hamparan rumput.

Purnama membantu teman-teman yang memanah ikan di malam hari, di sekitar gugusan pulau-pulau kecil di Teluk Hanunu. Bukan hanya ikan karang dibawa pulang, ada juga lobster dan cumi-cumi yang didapat.

Hanunu adalah dusun Salafy. 70 KK, menurut kepala dusun, semuanya aktif mengikuti kajian Salaf. Sebuah masjid ukuran 23 x 23 , 2 lantai, telah digunakan sejak Januari tahun ini. Cikal bakal pesantren, insya Allah.

Alhamdulillah, dakwah Salaf menerangi bumi. Di Maluku, pulau-pulau yang ada, tumbuh dakwah Salaf di sana.

Pulau Ambon, pulau Haruku, pulau Saparua, pulau Seram, pulau Buru, pulau Banda, sudah akrab dengan dakwah Salaf.

Pulau Obi, pulau Geser, pulau Manipa, pulau Sanana, pulau Tual bahkan kepulauan Tanimbar di bagian selatan, Alhamdulillah dakwah Salaf menerbitkan terangnya.

Tugas ke depan sangat berat. Merawat dakwah Salaf agar terus berkembang. Mengkonsolidasi barisan supaya kuat. Dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar lahir generasi penerus dakwah Salaf nantinya.

* * *

Untukmu, Saudaraku, yang sedang merintis dakwah Salaf. Untukmu, Saudaraku, yang merambah medan dakwah di desa-desa terpencil. Untukmu, Saudaraku, yang sedang membuka juang di tempat yang jauh dari keramaian.

Janganlah merasa sendiri! Bahkan, satu orang pun bukanlah sendiri. Kalaupun sendiri, bukankah para Nabi pernah mengalami kesendirian?

Nabi Ayyub mengalami penyakit kulit di sekujur tubuh. Hingga tidak ada yang tersisa kecuali hati dan lisannya. Semua orang jijik dan mengasingkan beliau di tempat terasing. Hanya istri yang setia menemani, itupun sempat ada yang tidak menyenangkan.

Nabi Ibrahim seorang diri melawan arus kesyirikan. Beliau mencari jalan lurus tanpa orang lain. Mula-mula bintang, bulan, dan matahari yang dianggap sebagai tuhan. Namun, Allah memberikan hidayah untuk beliau. Beliau berdoa :

لَىِٕنْ لَّمْ يَهْدِنِيْ رَبِّيْ لَاَكُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّاۤلِّيْنَ

Sungguh, jika Rabbku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” (QS Al An'am: 77)

Nabi Musa seorang diri menuju negeri Madyan. Meninggalkan kampung halamannya untuk mencari ketenangan. Dalam perjalanan panjang, tanpa bekal cukup, seorang diri, beliau berdoa :

عَسٰى رَبِّيْٓ اَنْ يَّهْدِيَنِيْ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ

Mudah-mudahan Tuhanku memimpin aku ke jalan yang benar.” (Al Qasas: 22)

Nabi Yunus sendirian meninggalkan kaum dan negerinya. Sendiri dalam perut ikan.

Nabi Yusuf sendirian melewati masa-masa remaja dalam perjalanan hidup yang panjang. Sampai di penjara. Jauh dari orangtuanya. Terpisah dari keluarganya.

Nabi Muhammad ﷺ berkali-kali mengalami kesendirian. Di Mekkah, di Thaif, di musim-musim haji, dan di saat mendakwahi masyarakatnya.

Begitulah, Saudaraku!

Jalan dakwah yang sedang engkau tempuh, adalah jalan hidup yang harus mengelola kesendirian.

Selama dakwahmu lillahi Ta'ala. Sepanjang dakwahmu ikhlas demi meninggikan kalimat Allah di muka bumi, maka ingatlah baik-baik pesan Nabi Muhammad ﷺ :

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
 
" Janganlah bersedih! Sesungguhnya, Allah selalu bersama kita "

Ingat-ingat juga pesan menyejukkan beliau ketika hanya berdua di dalam gua, saat menyembunyikan diri agar bisa selamat dari kejaran musuh :

مَا ظَنُّكَ يَا أَبَا بَكرٍ بِاثنَينِ الله ثَالِثُهُمَا

" Wahai Abu Bakar, apa yang engkau pikirkan, jika ada 2 orang, Allah lah yang ketiga!" HR Bukhari Muslim.

Jangan merasa sendiri, Saudaraku!


Menuju Pelabuhan Liang, 17 Shafar 1444 H/13 September 2022

t.me/anakmudadansalaf

SHALAT WITIRNYA SAHABAT

SHALAT WITIRNYA SHAHABAT

 Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah menyatakan,

"قد كان كثير من الصحابة يوتر من أول الليل منهم أبو بكر الصديق وعثمان بن عفان وعائذ بن عمرى وأنس ورافع بن خديج وأبو هريرة وأبو ذر وأبو درداء. وهؤلاء الثلاثة أوصاهم النبي بذلك فتمسكوا بوصيته. ومنهم من كان يفعل ذلك خشية من هجوم الموت في النوم فإنهم كانوا على نهاية من قصر الأمل."

"Cukup banyak shahabat yang melakukan shalat witir di awal malam. Di antara mereka adalah Abu Bakr Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan, Aid bin Amr, Anas, Rafi' bin Khodij, Abu Hurairah, Abu Dzar dan Abu Darda'.
Mereka bertiga ini (tiga shahabat terakhir) komitmen terhadap wasiat Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada mereka untuk melakukannya.

Di antara para shahabat ada yang melakukan hal tersebut karena takut serangan kematian (mendadak) ketika tidur. Sungguh mereka berada dalam puncak angan-angan yang pendek."

📓 Fathul Baari 6/247

@KajianIslamTemanggung

Kamis, 15 September 2022

AKIBAT LALAI DARI AKHIRAT

AKIBAT LALAI DARI AKHIRAT


💬 Umar bin al-Khattab radhiyallahu'anhu menuturkan,

ومن ألهته حياته وشغلته أهواءه عاد أمره إلى الندامة والحسرة

"Siapa saja yang terlalaikan oleh dunianya dan tersibukkan oleh hawa nafsunya, maka urusannya akan berujung kepada penyesalan dan kerugian."


✍️ Ighotsatul Lahfan 134

@KajianIslamTemanggung

Kamis, 08 September 2022

Jangan Mengulangi Kesalahan Yang Sama

Jangan Mengulangi Kesalahan Yang Sama


Anak-anak kita mesti sering diberi pemahaman tentang realita kehidupan yang pasti akan dihadapi.

Dunia tidak sesempit ruang keluarga. Dunia tak sesederhana pesantren. Ibarat hutan, kehidupan dunia sangatlah liar dan buas. Sampai-sampai di beberapa tempat, hukum rimba disebut sebagai aturannya.

Contohnya, bisa kita sebutkan, ketidakjujuran. Alhamdulillah, secara hukum agama, anak-anak kita telah mengerti wajibnya bersikap jujur. Tidak boleh menipu. Jangan berbohong. Dilarang khianat.

Namun, realita kehidupan tentu berbeda. Nah, banyak prinsip kebaikan yang bisa diajarkan dan ditanamkan kepada anak-anak. Supaya mereka siap mental dan sikap jika suatu masa dihadapkan pada ketidakjujuran.

Langkah pertama : Mulai dari diri sendiri yang harus bersikap jujur. Sebab, apa yang didapat sesuai dengan yang diperbuat. Jangan berkhianat agar tidak dikhianati.

Berdoa kepada Allah Ta'ala agar diberi dan didekatkan dengan orang-orang yang jujur. Memohon kepada- Nya supaya dijauhkan dari orang-orang yang bersifat khianat. Ini langkah yang tak boleh terlewatkan.

Ketiga : pilih-pilih dan selektif ketat dalam berteman. Bukannya menutup diri atau merasa suci, akan tetapi memilih teman adalah hak setiap orang. Apalagi, Islam memerintahkan untuk selektif berteman.

Tak kalah penting adalah belajarlah dari pengalaman. Jangan melakukan kesalahan yang sama. Setiap orang bisa salah. Setiap orang mungkin gagal. Tapi, upayakan jangan terulang.

***

Tak sedikit teman yang mengeluh. Atau sebut saja bertukar pikiran. Diskusi. Bisa dikata meminta masukan dan saran.

Keluhan itu tentang orang yang ia percaya di dunia usaha. Ia sebagai pemodal. Orang tersebut yang menjalankan usaha.

Awalnya baik-baik saja. Agak jauh berjalan, ia merasa ada yang janggal. Aneh. Sesuatu tidak beres. Sebenarnya ia sudah berusaha husnuzan; berprasangka baik.

Namun semakin lama semakin terasa. Bertambah jauh melangkah bertambah parah. Akhirnya, terungkaplah jika orang yang ia percaya telah khianat. Berlaku tidak jujur.

Singkat kata, orang itu mengaku salah. Mengakui ketidakjujuran nya. Semua ia buka. Ia minta maaf. Ia berjanji tak akan mengulangi. Bahkan, semua kerugian ia ganti. Pernyataan hitam di atas putih pun ia buat.

Apa yang seharusnya ia lakukan?

Sebagai teman, saya hanya bisa sekadar memberi saran : " Sudahlah maafkan saja orang itu! Apa yang dikembalikan, diterima. Tak perlu hitung-hitungan yang njlimet. Kalaupun ada yang terlewatkan, niatkan sedekah. Setelahnya tetap ia temanmu"

" Usaha itu apakah tetap saya percayakan kepadanya? ", ia bertanya.

Saya jawab," Itu hakmu. Setiap orang punya hak untuk memilih siapa yang ia percaya untuk menjalankan usaha. Tidak wajib dengan si A atau si B "

" Misalnya, saya tidak melanjutkan dengan orang itu? ", ia mengejar.

Saya bilang, " Sah-sah saja. Boleh. Apalagi dengan track record nya. Jangan mengulangi kesalahan yang sama! "

Mengenai hal ini, Nabi Muhammad ﷺ bersabda :

لا يُلْدَغُ المؤمنُ من جُحْرٍ مرتين

" Orang beriman itu, jangan sampai disengat binatang berbisa di lubang yang sama "
HR Bukhari 6133 Muslim 2998 dari sahabat Abu Hurairah.

Beberapa literatur menyebut latar belakang hadis di atas.

Dulu ada seorang penyair terkenal bernama Abu Azzah Al Jumahi. Ia sering menyerang dan menjelekkan Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat. Kata-katanya tajam dan pedas.

Saat perang Badar, Abu Azzah tertangkap. Sebagai tawanan perang, untuk bebas ia diberi opsi membayar tebusan.

Namun, ia mengemis-ngemis kepada Nabi Muhammad ﷺ. Alasannya ia miskin. Karena iba, Nabi Muhammad ﷺ membebaskannya tanpa tebusan.

Setibanya di Mekkah, ia berulah. Abu Azzah kembali menyerang Nabi Muhammad ﷺ dengan bait-bait puisi. Syair bernadakan hinaan dan ejekan ditujukan kepada kaum muslimin.

Perang Uhud, tepatnya peristiwa Hamra'ul Asad, Abu Azzah tertangkap pasukan Islam.

Abu Azzah mengemis-ngemis lagi untuk dimaafkan. Ia berjanji tak akan mengulangi kejahatannya.

" Tidak, demi Allah! Jangan sampai engkau menghina lagi sesampainya di Mekkah. Jangan sampai engkau cerita : Aku berhasil menipu Muhammad dua kali ", jawab Nabi Muhammad ﷺ.

Abu Azzah lantas dihukum mati.

" Berarti bagaimana sikap saya? ", kembali ke teman saya yang di atas.

" Ya sudah. Tetap berhubungan dengan orang itu. Ngaji. Ngobrol. Komunikasi biasa. Tapi, tidak usah lagi bekerjasama sama dalam  bidang usaha. Biarlah orang itu memperbaiki diri. Toh, kerjasama masih bisa dia lakukan dengan yang lain. Tidak harus denganmu, kan? " , saran saya.

Pokoknya, jangan ulangi kesalahan yang sama. Baarakallah fiik

Makassar 12 Shafar 1444 H/08 September 2022

t.me/anakmudadansalaf