Sabtu, 20 Desember 2014

SEJARAH PENGKHIANATAN SYIAH RAFIDHAH MENJATUHKAN IBUKOTA BAGHDAD YANG BERUJUNG PEMBANTAIAN KAUM MUSLIMIN, BANJIR DARAH

INDONESIA : MENGAMBIL PELAJARAN DARI SEJARAH PENGKHIANATAN SYIAH RAFIDHAH MENJATUHKAN IBUKOTA BAGHDAD YANG BERUJUNG PEMBANTAIAN KAUM MUSLIMIN, BANJIR DARAH

[[IMAM WATSIQAHMU…MAKAR SYI’AH RAFIDHAHMU]]

Pengantar

Sungguh Al Imam telah berdusta dengan kedustaan yang sangat besar dengan Watsiqahnya yang diatasnamakan Islam dan Salafiyin:

“Dan bersandarkan kepada hal ini, maka telah sempurnalah sebuah kesepakatan antara kelompok Ansharullaah (dan yg mewakili kelompok ini adalah as Sayyid Abdul Malik Badruddiin al Hutsy) dengan Salafiyin di Markaz an Nuur di Ma’bar dan markaz-markaz yang lain yang mengikutinya (dan yang mewakili mereka adalah asy Syaikh Muhammad bin Abdillah al Imam)….[markaz-markaz lain yang bersama Al Imam bisa dilihat dari para penandatangan tahdzir terhadap Syaikh Hani yang menyerukan perlawanan terhadap Rafidhah Hutsiyun-ed]

Dan sungguh telah menipu, berdusta dan menutupi kebatilan dahsyatnya atas nama Islam tatkala Al Imam dan yang bersamanya meneriakkan slogan:

نحن مسلمون جميعا ربنا واحد وكتابنا واحد  ونبينا واحد وعدونا واحد…

“Kita adalah sesama muslim seluruhnya, Rabb kita satu, kitab kita satu, Nabi kita satu dan musuh kita satu meskipun kita berbeda dalam masalah furu’ (cabang) yang terperinci. Dan Islam mengharamkan darah, kehormatan dan harta kita atas sebagian kita kepada sebagian yang lain sebagai sesama muslim.”

Dan sungguh mereka telah sepakat menipu dan menutupi kebatilan dahsyatnya atas nama Islam dan Salafiyin tatkala berteriak menyebarluaskan ‘udzur dusta bahwa Al Imam terpaksa!!

Sungguh alasan dusta (!!!) yang sangat menakjubkan karena pelakunya sendiri dengan diiringi gema suara takbir yang membahana menyebarluaskan rekaman resmi khutbah Ied yang menegaskan ketidakterpaksaannya dan bahkan memuji-muji Watsiqah kufur yang telah ditandatangani dengan stempel resminya!!

Maka di sini kami akan membawakan kisah pembantaian kaum muslimin di Baghdad yang ditulis oleh Al ustadz Abdul Mu’thi Sutarman Lc., (bedakan dengan Abdul Mu’thi Al Medany, Dc. si gembong MLM) sebagai hasil hari pengkhianatan Syiah Rafidhah, betapa jahatnya mereka terhadap kaum muslimin agar pembaca mengetahui kedustaan besar isi Watsiqah Al Imam tentang Aqidah Rafidhah dan tidak tertipu oleh Al Imam dan para pembelanya hadahumullah.

Silakan menyimak dan semoga bermanfaat, aaamiin…

—-***—-

BAGHDAD BANJIR DARAH

PENGKHIANATAN SANG WAZIR IBNUL ALQAMI AR RAFIDHI

Oleh: Al Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman, Lc

Nama Baghdad tidaklah asing bagi kebanyakan orang. Ia adalah nama ibukota untuk Negara Irak di masa kini.  Kota ini dibangun pada pertengahan abad kedua hijriyah oleh seorang khalifah dinasti Abbasiyah bernama Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad al Manshur (wafat tahun 158 H). Baghdad kemudian dijadikan sebagai pusat pemerintahan oleh dinasti (khilafah) Abbasiyah hingga jatuh di tangan pasukan Tartar yang kafir pada tahun (656 H).

Kota ini dijadikan pusat pemerintahan di masa itu karena memang letak geografis yang sangat strategis dengan kekayaan alam yang melimpah. Baghdad pada waktu itu menjadi pusat peradaban Islam di dunia timur. Pergerakan diberbagai disiplin ilmu begitu pesat sehingga Baghdad merupakan kantong para ulama dan pusat perhatian para pecinta ilmu untuk melakukan pelancongan ke sana.

Seiring dengan itu pula aktifitas perekonomian menggeliat. Sehingga untuk berjalannya pemerintahan dengan baik Baghdad pun berbenah diri dengan mengadakan beragam fasilitas yang memadai guna mendukung aktifitas masyarakat. Oleh karenanya, tak berlebihan jika Imam Asy Syafi’i pernah bertanya kepada Yunus bin Abdul A’la, “Wahai Yunus, pernahkah kamu masuk Baghdad? Jawab Yunus, ‘belum.’ Berkata Asy Syafi’i kepadanya, ‘kamu belum melihat dunia.” (Tarikh Baghdad ¼)

Namun demikian bukan berarti dinasti Abbasiyah yang berkuasa kurang lebih lima abad di sana adalah dinasti yang maksum, luput dari kesalahan. Mereka tidak lebih dari manusia biasa sehingga kesalahan tetap ada di sana sini. Akan tetapi di masa itu syiar-syiar Islam begitu tampak di permukaan, jihad melawan orang-orang kafir digalakkan dan kaum muslimin adalah umat yang berwibawa di hadapan para musuhnya, suatu hal yang sulit kita dapatkan di masa sekarang ini.

PENGKHIATAN IBNUL ‘ALQAMI SANG MENTERI SYI’AH RAFIDHAH

Namun tak disangka-sangka Baghdad yang menjadi mercusuar beratus-ratus tahun lamanya harus menelan takdir yang pahit. Tak terbesit pada benak orang kala itu bahwa mayoritas penduduk Baghdad akan menemui ajalnya dengan cara yang sangat tragis. Yaitu dibantai oleh pasukan Tartar pimpinan Holakokhan (baca: Hulagu Khan, ia adalah cucu Jengish Khan –ed) yang jumlah tentaranya sekitar dua ratus ribu personil. Dalam peristiwa pembantaian ini sang khalifah (al Musta’shim) dibunuh beserta keluarga kerajaan, para petinggi kerajaan, alim ulama, dan tokoh-tokoh penting. Ditaksir lebih dari satu juta penduduk Baghdad dibantai pasukan Tartar secara bengis. Mereka tidak pandang bulu apakah yang mereka bunuh itu wanita, anak-anak atau orang yang sudah tua renta. Akan tetapi mengapa semua ini bisa terjadi? Dimana pasukan khalifah?

Jawabannya: disamping memang itu sudah merupakan takdir/ ketentuan Dzat Yang Maha Kuasa karena kemaksiatan yang dilakukan oleh sebagian manusia di sana juga ada faktor yang dominan kenapa pasukan Tartar dengan mudah melumpuhkan kota Baghdad dalam waktu yang kurang dari 40 hari. Di antara faktornya adalah pengkhianatan Ibnul ‘Alqami menterinya al Musta’shim yang beraliran Syi’ah Rafidhah.

Sebelum peristiwa ini, sempat terjadi keributan sektarian yaitu antara Ahlussunnah dengan Syi’ah dengan direbutnya wilayah-wilayah Syi’ah dan hunian-hunian kerabat Ibnul ‘Alqami. Ibnul ‘Alqami ingin membalas dendam. Disamping telah terkumpul dalam benak Sang Menteri ini beragam kejahatan yang ingin ia lancarkan. Di antaranya: kebencian terhadap Ahlussunnah dan ambisinya untuk mendirikan kekuasaan Alawiyah (Ahlul Bait) dibawah kepemimpinannya. Dialah yang membuka jalan bagi pasukan Tartar di bawah pimpinan Holakokhan (baca: Hulagu Khan –ed) membinasakan penduduk Baghdad kecuali Ibnul ‘Alqami beserta keluarganya dan orang-orang yang sepaham dengannya. Maksud Ibnul ‘Alqami adalah ia ingin meminjam tangannya pasukan Tartar untuk menumpas khalifah Abbasiyah dan penduduk Baghdad yang berkeyakinan Ahlussunnah kemudian pada gilirannya nanti dia akan mengambil alih kekuasaan untuk dirinya.

CARA-CARA LICIK IBNUL ‘ALQAMI

Sebelum kita mengetahui lebih lanjut bentuk pengkhiantan menteri Syi’ah ini alangkah lebih baiknya kita mengenal lebih dahulu siapa Ibnul ‘Alqami ini sebenarnya. Dia adalah Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib Ibnul ‘Alqami, menterinya khalifah al Musta’shim, khalifah terakhir dari bani Abbasiyah.

Sebelum diangkat menjadi menteri, Ibnul ‘Alqami telah lama menjadi seorang guru di komplek kerajaan. Dia seorang yang mumpuni dalam bidang sastra. Namun dia seorang Syi’ah Rafidhah yang jahat dan menyimpan kejelekan kepada Islam dan kaum muslimin. Semasa menjadi menteri dia mendapatkan pengagungan dan posisi yang sangat terpandang yang tidak pernah didapat oleh para menteri yang lainnya. Kebijakan menteri ini sering diikuti oleh khalifah al Musta’shim yang memang kurang jeli terhadap makar sang menteri. Beragam niatan jahat terkumpul padanya hingga akhirnya ia berhasil membuka jalan bagi Holakokhan (baca: Hulagu Khan –ed) dan pasukannya untuk menumpas Baghdad.

Namun Allah berkehendak lain. Ibnul ‘Alqami justru mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan dari pasukan Tartar. Bahkan dia menjadi orang yang miskin lagi terhina. Padahal sebelumnya dia orang terpandang dan disegani. Kini dia naik keledai sendirian yang sebelumnya, iring-iringan kebesarannya menyerupai iring-iringan khalifah. Ketika dia naik kuda dalam keadaan hina dengan kuda yang dicambuki oleh yang menuntunnya, ia disindir oleh seorang wanita: Hai Ibnul ‘Alqami, apakah seperti ini dahulu Bani Abbas (keluarga khalifah) memperlakukan kamu?! Ibnul ‘Alqami sakit hatinya dan sangat terpukul dengan ejekan itu. Setelah itu dia tidak mau keluar rumah sampai mati dalam keadaan sedih dan terpukul hatinya.

Ibnul ‘Alqami hidupnya tidaklah lebih dari 3 bulan stelah tragedi pembantaian penduduk Baghdad. Kemudian tidak lama anak Ibnul ‘Alqami yang diangkat menjadi menteri pada masa-masa kritis ini menyusul mati bapaknya. Hilang sudah harapan Ibnul ‘Alqami untuk menjadikan Baghdad sebagai pusat pemerintahan Alawiyah. Ternyata ia dikhianati oleh pasukan Tartar. Ibnul ‘Alqami mati pada tahun (656 H) pada umur 66 tahun.

Inialh di antara cara-cara licik yang dilakukan oleh Ibnul ‘Alqami dalam andilnya menghancurkan Baghdad:

Memangkas jumlah pasukan khalifah dari yang sebelumnya seratus ribu personil menjadi sekitar sepuluh ribu dengan dalih menghemat anggaran negara.

Diam-diam mengirimkan surat kepada Holakokhan (baca: Hulagu Khan) yang isinya membeberkan rahasia lemahnya muslimin dan sedikitnya pasukan khalifah.

Menahan surat-surat yang datang dari luar Baghdad untuk khalifah al Musta’shim yang dikirim oleh beberapa penguasa yang memberi nasihat kepada khalifah.

Mendorong Holakokhan (baca: Hulagu Khan) untuk masuk ke Baghdad dan membuka jalan untuknya.

Ketika pasukan Tartar dibawah komando Holakokhan (baca: Hulagu Khan) telah mengepung Baghdad dari timur dan baratnya maka Ibnul ‘Alqami meminta kepada khalifah untuk menghadap Holakokhan (baca: Hulagu Khan) agar melakukan perdamaian dengan Holako (baca: Hulagu Khan) yang isi perdamaiannya adalah menyepakati setengah hasil dari wilayah Irak diserahkan kepada Holakokhan (baca: Hulagu Khan) dan setengahnya untuk khalifah. Akan tetapi ini hanya tipuan belaka dari menteri syi’ah ini agar Holakokhan (baca: Hulagu Khan –ed) bisa menangkap khalifah dan para petinggi kerajaan. Sang khalifah tidak jeli membaca makar jahat Ibnul ‘Alqami. Khalifah keluar dengan sekitar tujuh ratus orang dari kalangan hakim, ulama, shufi (ahli ibadah), para petinggi Negara dan para tokoh untuk menghadap Holako (baca: Hulagu Khan –ed). Ketika sudah dekat dengan tempatnya Holako, khalifah dikepung bersama sekitar tujuh belas orang sedangkan yang selebihnya berjumlah lebih dari enam ratus tokoh dibunuh semua dan kendaraan mereka dirampas.

Setelah khalifah bertemu Holakokhan (baca: Hulagu Khan –ed) dan terjadi pembicaraan, sang khalifah dilepas untuk pulang ke istananya di Baghdad untuk menyerahkan perhiasan-perhiasan dan harta-harta yang mewah kepada Holako. Ketika khalifah datang lagi membawa harta-harta tersebut kepada Holako maka orang-orang munafik dan para petinggi syi’ah Rafidhah membisikkan kepada Holako bahwa perdamaian ini jika disetujui maka tidak akan berjalan kecuali setahun atau dua tahun. Mereka mengusulkan kepada Holako untuk membunuh khalifah. Disebutkan bahwa yang menyarankan pembunuhan sang khalifah adalah Ibnul ‘Alqami dan Nashiruddin ath Thusi yang notabenenya adalah Syi’ah. Holako mengikuti saran mereka dan akhirnya ia membunuh sang khalifah.

PEMBANTAIAN YANG SANGAT SADIS

Setelah khalifah dibunuh, pasukan Tartar bergerak masuk Baghdad untuk membunuh siapa saja yang bisa mereka tangkap. Mereka tidak mempedulikan lagi apakah yang mereka bunuh itu laki-laki atau wanita orang tua atau anak kecil. Karena bengisnya pembantaian maka ada sebagian orang bersembunyi masuk ke sumur, jamban-jamban, dan got-got pembuangan kotoran.

Sebagian lagi ada yang bersembunyi di pertokoan-pertokoan dengan mengunci pintu-pintunya namun pasukan Tartar membuka dengan paksa atau membakarnya lalu membunuhi orang yang bersembunyi padanya. Tidak luput pula dari pembantaian orang-orang yang berlindung di masjid-masjid. Penduduk Baghdad tidak ada yang selamat dari pembantaian ini kecuali orang-orang kafir dzimmi (orang kafir yang hidup aman di dalam negeri Islam) dari kalangan Yahudi dan Nashrani dan orang-orang yang berlindung di rumah sang menteri syi’ah, Ibnul ‘Alqami dan sekelompok saudagar yang meminta jaminan keamanan dengan menyerahkan harta yang banyak kepada Ibnul ‘Alqami supaya selamat. Berubahlah Baghdad menjadi kota yang hancur luluh yang sebelumnya merupakan kota yang paling tentram dan sejahtera. Baghdad paska pembantaian tidaklah dihuni kecuali oleh segelintir manusia dalam keadaan mereka serba ketakutan, kelaparan serta terhinakan.

Ahli sejarah berbeda pendapat tentang berapa jumlah penduduk Baghdad yang terbantai dalam peristiwa ini, ada yang menyatakan delapan ratus ribu orang, ada pula yang mengatakan satu juta delapan ratus ribu orang dan bahkan ada yang memperkirakan mencapai dua juta orang, innalillahi wainna ilaihi raji’un.

Dan adalah masuknya pasukan Tartar ke Baghdad di akhir-akhir bulan al Muharram. Mereka membunuhi penduduknya sampai empat puluh hari. Mayat-mayat berserakan di jalan-jalan, sehingga wabah dan penyakit menyebar ke mana-mana. Orang-orang yang masih hidup waktu itu di Baghdad, banyak yang menyusul saudaranya yang telah mati sebelumnya. Kematian di mana-mana karena hawa menjadi berubah dengan membawa wabah penyakit. Bahkan saking dahsyatnya hawa karena bangkai-bangkai manusia yang berserakan, orang-orang yang berada di Syam banyak juga yang meninggal.

BIOGRAFI SINGKAT KHALIFAH AL MUSTA’SHIM

Beliau adalah Abdullah bin Abi Ja’far Manshur bin Muhammad al Hasyimi al ‘Abbasy. Akhir khalifah dinasti (daulah) Abbasiyah di Irak. Beliau seorang Sunni di atas keyakinan salaf, akan tetapi pada diri beliau ada sikap lembek, tidak jeli dan tidak sigap (terhadap makar musuh) dan punya ambisi menumpuk harta. Ia dibunuh oleh pasukan Tartar dalam keadaan terdzalimi pada hari Rabu 14 Shafar 656 H pada umur 46 tahun lebih empat bulan. Masa kekhalifahannya 15 tahun 8 bulan dan beberapa hari. Semoga Allah melimpahkan ampunan dan rahmat kepadanya.

SEKILAS FAEDAH DARI KISAH

Bahayanya menjadikan orang yang menyimpang akidahnya sebagai teman dekat atau menjadikannya sebagai orang yang diserahkan kepadanya tugas. Dan sebaik-baiknya orang yang diserahkan kepadanya tugas adalah yang kuat lagi terpercayasebagaimana firman Allah:
… إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الأمِينُ (٢٦)

“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.

Orang-orang Syi’ah untuk memuluskan niat jahatnya mereka menghalalkan pengkhianatan dan menggandeng orang-orang kafir untuk tujuan-tujuan busuk mereka. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, “Mereka (orang-orang Syi’ah) selalu membela orang-orang kafir dari kalangan musyrikin, Yahudi dan Nashrani untuk memerangi dan memusuhi muslimin.” (Al Watsaiq Attamuriyah hal. 133)

Apa yang dilakukan oleh orang-orang Syi’ah di masa lalu dari pengkhianatan dan kerja sama dengan musuh-musuh Islam juga dilanjutkan terus oleh anak cucunya generasi demi generasi sampai saat ini.

Berikut adalah bukti yang menunjukkan hal tersebut:

Runtuhnya Bagdad dan Kabul di jaman sekarang oleh Amerika dan sekutunya karena sokongan dari Iran (negeri Syi’ah). Berkata wakil presiden Iran di masa Muhammad Khatami: Kalau bukan karena Iran niscaya Kabul (ibu kota Afghanistan) dan Baghdad tidaklah jatuh sedemikian mudah.
Berkata Yahya al Houtsi (Syi’ah Yaman) dalam wawancaranya di salah satu televisi Arab bahwa Amerika tidak pernah suatu haripun menjadi musuhnya al Houtsi dan pengikutnya tidak pernah menjadikan Amerika menjadi musuh (lihat Al Watsaiq Attamuriyah: 136).
Kemaksiatan berdampak negatif bagi kehidupan manusia.
Waspada dari makar-makar jahat musuh yang akan menghancurkan umat.
Demikian sekelumit pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa runtuhnya Baghdad pada tahun 656 H. Wallahu a’lam

Referensi:

Al Bidayah Wannihayah
Si’ar A’lam an nubala
Tarikh Daulah Abbasiyah

Sumber: Majalah Qudwah Edisi 23 Vol 2 1436 H/ 2014 M

Sumber : tukpencarialhaq.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar