SEORANG YANG BARU INGAT KEPADA ALLAH SAAT DITIMPA MUSIBAH
Bismillaah
Tanya Ustadz,seseorang selama ini dalam hidupnya banyak lalai. Dia kerjakan yang wajib-wajib,tapi kemungkaran juga dia kerjakan. Lalu tiba saatnya dia mendapat banyak masalah. Saat itu dia sadar dan berusaha menjadi lebih baik,banyak berdoa dan melakukan amalan ketaatan lainnya. Pertanyaannya: apakah ini tidak menyalahi apa yang Nabi shallallaahu 'alayhi wa sallam sabdakan:
احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك
Mengingat dia ruju' pada Allah disaat mendapat banyak masalah. Sedangkan saat lapang dia tidak memperbanyak ketaatan.
(pertanyaan di group al-I'tishom beberapa waktu lalu)
📝Jawab:
Jika seseorang senantiasa menjaga Allah saat lapang/ senang, maka Allah akan menjaganya di saat dia sangat membutuhkan. Sebagaimana hadits yang dikutip pada pertanyaan:
احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ
Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu (H.R atTirmidzi)
Makna ‘Menjaga Allah’ menurut Syaikh Ibn Utsaimin adalah: dengan menjaga syariat dan agamaNya, mengerjakan perintah-perintah Allah, menjauhi larangan-laranganNya, mempelajari agama Allah, dan berdakwah mengajak manusia menuju Allah (Syarh Riyadhis Sholihin libni Utsaimin (1/70)).
Seseorang hendaknya senantiasa mengingat Allah di saat lapang/ senang, agar Allah mengenalinya di saat dia kesusahan:
تَعرَّفْ إِلَى اللهِ في الرَّخَاءِ يَعْرِفكَ في الشِّدَّةِ
Kenalilah Allah di masa lapang, niscaya Allah akan mengenalimu di masa sulit (H.R atThobarony, al-Hakim, al-Baihaqy, dishahihkan Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jami’)
Hendaknya seseorang banyak berdoa meminta kepada Allah saat dia senang, lapang, banyak kemudahan, agar Allah mengabulkan doanya saat dia benar-benar membutuhkan dan ditimpa kesulitan.
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ
Barangsiapa yang suka agar Allah mengabulkan permohonannya saat ia ditimpa kesusahan dan kesulitan, hendaknya ia memperbanyak doa saat senang/ lapang (H.R atTirmidzi, dihasankan Syaikh al-Albany dalam as-Shahihah)
Demikianlah adab yang semestinya dijaga oleh setiap muslim.
Namun, adakalanya seseorang dulunya tidak ‘menjaga Allah’ banyak lalai dan melakukan perbuatan dosa. Saat ia ditimpa kesulitan, ia baru ingat kepada Allah, ia merasa sangat butuh kepada Allah.
Hal yang demikian semestinya dirupakan dalam bentuk taubat nashuha atas dosa-dosanya, jika ia benar-benar bertaubat (meninggalkan perbuatan dosa itu, menyesal atas dosa yang telah dikerjakan, bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi selamanya, dan mengembalikan hak orang lain jika dosanya terkait hak orang lain) maka Allah akan menerima taubatnya. Jika Allah menerima taubatnya, maka ia seakan-akan tidak pernah melakukan dosa-dosa itu.
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ
Seseorang yang bertaubat dari suatu dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa itu (H.R Ibnu Majah, dihasankan Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jami’)
Setelah ia bertaubat, maka kemudian berusaha menjaga batasan-batasan dalam syariat Allah agar kemudian Allah menjaganya. Inilah yang mesti dilakukannya.
Jika ada pertanyaan berikutnya: Seseorang yang banyak berbuat dosa, belum sempat bertaubat ia berdoa kepada Allah dengan penuh harap, apakah benar-benar tertutup peluang terkabulnya doa bagi dia?
💡Jawabannya: Tidak. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sekalipun kepada orang kafir dan musyrik yang selalu bergelut dengan dosa, saat mereka sangat butuh pertolongan Allah (Tuhan), maka Allah akan menolongnya.
أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ
Siapakah lagi yang bisa menjawab seruan (doa) orang yang sangat membutuhkan jika berdoa kepadaNya dan menghilangkan keburukan (selain Allah)(Q.S anNaml ayat 62).
Allah akan menolong orang-orang musyrikin yang sangat membutuhkan pertolongan Allah saat mereka hampir ditimpa kematian, padahal Allah tahu bahwa nanti setelah Allah selamatkan mereka akan kembali berbuat kesyirikan
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
Jika mereka naik kapal (di lautan) mereka mereka berdoa kepada Allah dengan ikhlas. Ketika Allah menyelamatkan mereka hingga di daratan, pada saat itu mereka berbuat kesyirikan (Q.S al-‘Ankabuut ayat 65)
وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلَّا إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الْإِنْسَانُ كَفُورًا
Dan jika kalian ditimpa kesulitan di lautan, terlupakanlah segala yang disembah, kecuali hanya Dia (Allah) saja. Ketika Allah menyelamatkan mereka ke daratan, kalian berpaling (dari keimanan, keikhlasan, dan amal sholih). Dan manusia sungguh kufur (terhadap nikmat Allah)(Q.S al-Israa’ ayat 67).
Ini menunjukkan bahwa Allah sangat dekat dengan hambaNya. Sungguh tidak benar jika seseorang kemudian tidak mau berdoa kepada Allah karena ia merasa banyak berbuat dosa. Allah Maha Dekat. Berdoalah selalu meminta kepada Allah dengan mengakui kesalahan, dan tauhidkan Allah jangan berbuat kesyirikan sedikitpun. Jikapun terjatuh ke dalam kesyirikan, kembali bertaubat kepada Allah, dan gantilah kesyirikan dengan tauhid kepadaNya.
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
Allah Tabaaroka Wa Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, sesungguhnya selama engkau berdoa dan berharap kepadaku, Aku akan ampuni engkau terhadap apa yang ada padamu, Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai langit kemudian engkau beristighfar kepadaKu, Aku akan ampuni engkau, Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau mendatangi Aku dengan sepenuh bumi dosa-dosa kemudian engkau mendatangi Aku tidak berbuat kesyirikan kepadaKu, niscaya Aku akan mendatangimu dengan sepenuh bumi ampunan (H.R atTirmidzi, dihasankan Syaikh al-Albany dalam as-Shahihah)
(Abu Utsman Kharisman)
🔸🔸🔷🔶🔹🔹
WA al-I'tishom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar