🌷📝KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-1)
BAB PERTAMA
TEMA: TAUHID ADALAH PERINTAH ALLAH YANG PALING AGUNG DAN HAK ALLAH TERHADAP HAMBANYA
✅Pendahuluan
Kitabut Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab anNajdi adalah salah satu karya tulis di bidang aqidah yang fenomenal. Pada tiap bab hanya disebutkan dalil dari al-Quran dan hadits Nabi kemudian dijelaskan faidah-faidah yang bisa diambil dari hadits.
Pada tulisan kajian Kitabut Tauhid ini dan serial tulisan berikutnya insyaAllah kami menggunakan metode sebagai berikut:
1⃣Menyebutkan tema pada setiap bab di bawah penyebutan bab.
2⃣Menyebutkan dalil ayat atau hadits sesuai urutannya.
3⃣Jika itu hadits, maka disebutkan sesuai lafadz pada kitab induk Ulama hadits yang meriwayatkan, serta penilaian ulama yang menshahihkan atau menghasankannya. Jika menurut pendapat yang rajih dari Ulama Ahlul Hadits ternyata hadits itu dinilai lemah, maka dijelaskan kelemahannya. Jika ada penguat dari riwayat lain, maka disebutkan dalilnya.
4⃣Pada setiap dalil ayat dan hadits itu kami sarikan penjelasan-penjelasan para Ulama Ahlussunnah yang menafsirkan ayat atau mensyarah hadits tersebut.
Serial tulisan ini sekedar untuk menyajikan rangkuman penjelasan yang mudah bagi makna ayat dan hadits dalam Kitabut Tauhid. Penjelasan-penjelasan terbaik tetaplah yang telah dikemukakan para Ulama’ dalam syarah-syarah mereka baik dalam bentuk tulisan ataupun ceramah. Diharapkan pembaca termotivasi untuk mengkaji lebih lanjut kitab-kitab para Ulama’ yang mensyarah Kitabut Tauhid tersebut.
✅Dalil Pertama:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah (hanya) kepadaKu (Q.S adz-Dzaariyaat:56)
✅Penjelasan Dalil Pertama:
Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata: Semua penyebutan ibadah dalam al-Quran maknanya adalah tauhid (Tafsir al-Qurthuby (18/193)).
Artinya, jika dalam al-Quran terdapat perintah untuk beribadah kepada Allah, maksudnya adalah tauhidkan Allah atau sembahlah (beribadahlah) hanya kepada Allah.
Karena itu, makna ayat ini adalah: Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali agar mereka beribadah hanya kepadaKu.
Ibadah adalah penghambaan. Segala macam perbuatan atau ucapan yang dicintai dan diridhai oleh Allah adalah ibadah. Termasuk juga amalan hati seperti cinta kepada Allah, tunduk; menghinakan dan merendahkan diri, takut, berharap, tawakkal, semuanya adalah ibadah.
Jika di dalam al-Quran dan hadits terdapat perintah terhadap sesuatu, maka sesuatu itu adalah ibadah. Jika Allah dan RasulNya melarang sesuatu, maka meninggalkan sesuatu itu adalah ibadah.
Sebagian Ulama menjelaskan bahwa perasaan yang harus dibangun pada saat beribadah harus mengandung 3 hal: (i) cinta dengan pengagungan, (ii) takut, dan (iii) berharap.
Barangsiapa yang dalam seluruh ibadah hanya mendasari pada cinta saja, maka ia adalah zindiq. Barangsiapa yang dalam seluruh ibadahnya hanya takut saja maka ia adalah Haruri (khowarij). Barangsiapa yang dalam seluruh ibadahnya hanya berharap saja, maka ia adalah Murji’ah. Barangsiapa yang menggabungkan perasaan cinta, berharap, dan takut dalam ibadah-ibadahnya, maka ia adalah seorang yang beriman. Sebagaimana ungkapan ini dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim sebagai ucapan sebagian Ulama Salaf.
(Abu Utsman Kharisman)
🔸🔸🔷🔶🔹🔹
WA al-I'tishom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar