Jumat, 12 Juni 2015

Sepucuk Surat ( Rasa Syukur Teruntuk Panitia Dauroh Bantul )

(Mirip) Sepucuk Surat

Alhamdulillah, Resmi sudah berakhir Daurah Nasional Asy Syari’ah ke-11, hari ini Jum’at 25 Sya’ban 1436 H/12 Juni 2015.

****************************

Sebelum melanjutkan, saya hanya menyampaikan :
tulisan ini sebutlah dalam sudut subyektif.

Tahun ini, saya merasakan perbedaan.
Jika pada tahun-tahun
lalu, saya berstatus tamu dan peserta.
Tahun ini, saya mulai ikut-ikutan menjadi bagian kecil dari Panitia.
Betul-betul bagian kecil.

Sejak sebulan lalu, saya sudah mulai merasakan atmosfer bahagia di Jogjakarta. Khususnya,di Sleman dan Bantul sebagai lokasi pusat dari kegiatan Daurah Nasional.
Rencana kehadiran para ulama mulai bergaung gema-nya, sedikit demi sedikit.Gaung yang semakin besar. Gema yang bertambah menghentak.

Anugrah.
Anugrah dari Allah, seperti itulah yang diyakini oleh Salafiyin Jogjakarta.

Bukan beban yang memberatkan.
Bukan kegiatan yang membosankan.

Sambutan penuh suka cita dengan semangat bahagia, menyeruak di
dalam dada setiap Salafy di Jogjakarta sehingga mendorong mereka untuk bantu-membantu guna mempersiapkan Daurah sebaik-baiknya.

Pandanglah wajah mereka di setiap hari Ahad, sejak sebulan lebih yang lalu. Wajah mereka memancarkan cahaya.Tatapan mereka menyiratkan senang. Ayunan tangan dan langkah kaki mereka membawa tenaga.

Mereka sejak pagi hingga siang bahkan menjelang petang, telah basah oleh keringat yang mencucur. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang tergabung dalam kepanitiaan Dauroh.

Apalagi Ahad terakhir sebelum pelaksanaan Daurah. Setiap hari selama sepekan penuh, kegiatan untuk mempersiapkan semakin padat. Bukan hanya sepanjang hari, bahkan setiap malam hingga pagi, wajah-wajah penuh semangat telah menghiasi banyak sudut di Masjid Agung Bantul.

Mengapa mereka bersemangat?
Ingin memuliakan tamu yang akan berdatangan dari seluruh penjuru Nusantara. Hendak menghormati para ulama yang berkenan
mengunjungi kita. Mereka pun dalam upaya mengganti lembaran masa lalu dengan kegiatan ibadah. Mereka benar-benar terpanggil untuk berta’awun dalam dakwah.

Di sela-sela Dauroh dua hari di Bantul, saya menyempatkan diri untuk menengok aktifitas Panitia. Ke tenda-tenda sederhana mereka.
Ke lokasi penjagaan mereka.
Ke tempat istirahat mereka.
Di tengah hujan siang Ahad, mereka tetap bisa tertawa bahagia walau harus mengumpul di tengah kemah agar tidak terkena air hujan.
Subhaanallah!

Kepada mereka yang terjaga sepanjang malam untuk memberi kenyamanan peserta..

Kepada mereka yang sibuk di dapur logistik guna menyiapkan ransum…

Kepada mereka yang tak lelahnya mengatur parkir dan lalu lintas…

Kepada mereka yang sibuk dengan air dan listrik serta sound system…

Kepada mereka yang bersabar untuk memperhatikan lokasi
MCK…

Kepada mereka yang menyapu, membersihkan,mengumpulkan dan mengolah sesampahan…

Kepada mereka yang tidak kenal capek untuk menyampaikan informasi….

Kepada mereka yang tidak dikenal nama-namanya…

Kepada mereka yang saat bertugas menggunakan penutup muka…

Kepada mereka yang tidak peduli dengan sanjungan orang…

Tahukah mereka?
Saya sungguh ingin seperti mereka.
Bekerja tanpa dikenal orang.
Berbuat dan namanya tidak disebut-sebut.
Berta’awun dalam sepinya pujian.
Beramal walau tidak bebas dari kritikan.

Saya ingin seperti mereka, walau saya sendiri tidak yakin ; apakah bisa sesabar mereka, apakah bisa setulus mereka,apakah bisa sesemangat mereka.

Ada banyak ikhwan Salafy dari mereka yang saya kenal baik. Mereka buruh-buruh kasar,tukang-tukang bangunan, petani-petani desa, karyawan pabrik dan profesi lain yang barangkali sangat kecil upahnya.

Dalam kesederhanaan
dan keterbatasan mereka tetap berandil dan tidak rela ketinggalan dari perlombaan meraih pahala.
Tanpa pamrih,tidak ada gaji,tidak ada upah.
Ridha Allah yang mereka cari.

Kepada istri-istri mereka, berbahagialah Anda karena memiliki suami yang bersemangat dalam dakwah. Ikhlaskan waktu dan kesempatan mereka bersama
keluarga untuk kegiatan yang jauh lebih bermanfaat. Wahai para istri, doakan suami-suami Anda yang aktif dalam kepanitiaan daurah agar senantiasa di limpakan ikhlas.

Kepada anak-anak mereka, berbahagialah engkau karena mempunyai seorang ayah yang bersemangat dalam dakwah. Hari-hari ini, engkau sering ditinggal pergi bahkan berhari-hari. Namun yakinlah,bahwa Allah akan menggantinya dengan hari-hari lain yang penuh berkah, insya Allah.

Saudaraku, engkau yang memungut sampah agar lokasi daurah bersih…

Saudaraku, engkau yang tegak berdiri di lokasi parkir…

Saudaraku, engkau yang memasak air di atas tungku dalam kemah logistik…

Saudaraku, engkau yang membersihkan saluran MCK yang tersumbat…

Saudaraku, engkau yang menajamkan mata di kegelapan malam dalam penjagaan…

Saudaraku, engkau yang selalu standby di balik kemudi mobil transportasi…

Saudaraku, engkau yang terus berjaga di posko kesehatan…

Saudaraku, engkau yang telah membantu dana walau sekecil apapun…

Semoga Allah memberi balasan yang terbaik.
Dari hati yang paling dalam, saya berharap mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepadamu sekeluarga.

Kita berjumpa kembali di kesempatan Daurah Nasional tahun depan dengan semangat berkali lipat.

Ya Allah, bimbinglah Salafiyin agar tetap teguh dan tabah dalam mengibarkan bendera Dakwah Salafiyah di Indonesia.

📝 Abu Nasim Mukhtar bin Rifai, Kulonprogo,Jogjakarta.

🍃 🍁 🌿 🍃 🍁 🌿 🍃

Tidak ada komentar:

Posting Komentar