Rabu, 29 Juli 2015

SEBAB-SEBAB SESEORANG TERUS MENERUS DALAM KEBATHILAN SETELAH ADANYA PENJELASAN KEPADANYA

SEBAB-SEBAB SESEORANG TERUS MENERUS DALAM KEBATHILAN SETELAH ADANYA PENJELASAN KEPADANYA

๐Ÿ“šAsy-Syaikh Abdullah bin Abdirrahim Al-Bukhary hafizhahullah.

Segala pujian kesempurnaan hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Dan semoga shalawat dan salam terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga beliau dan sahabat beliau semuanya. Wa baโ€™du;

๐ŸŒธโ€œMaka sesungguhnya diantara apa-apa yang tidak ada keraguan padanya adalah apa yang Allah tetapkan dan Allah berikan taufik padanya, bahwasanya rujuk kepada al-haq itu lebih baik daripada terus menerus dalam kebatilan. Karena terus menerus dalam kebatilan itu menunjukkan kehinaan. Dan sesungguhnya seseorang itu terkadang terkena makar dengan hal itu.

๐Ÿ‘‰Sebagaimana al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitab Al-Fawaaโ€™id berkata :

โ€œKehinaan adalah tatkala Allah menyerahkan urusan dirimu kepadamu.โ€

โฌ‡โฌ‡Dan sebab-sebab seorang terus menerus berada dalam kebatilan setelah adanya penjelasan kepadanya itu banyak, diantaranya:

๐Ÿ’ฅ1โƒฃ. CINTA KEKUASAAN DAN INGIN MENONJOL

๐Ÿ‘‰Al-Imam Asy-Syathibi rahimahullah dalam kitab Al-Iโ€™tisham berkata:

โ€ Perkara terakhir yg turun dari hati-hatinya orang-orang shalih adalah cinta kekuasaan dan ingin menonjol/ tampil.โ€

๐Ÿ‘‰Ibrahim bin Adham rahimahullah berkata: 
โ€œTidak jujur kepada Allah seorang yang cinta ketenaranโ€.

๐Ÿ‘‰โฌ‡Al-haafizh Adz-Dzahabi mengomentari perkataan ini:

โ€œTanda orang yang ikhlas yang terkadang cinta ketenaran dan ia tidak menyadarinya adalah jika dia dicela (ditegur) dalam perkara itu, dia tidak merajuk (mutung) dan tidak membela dirinya, bahkan dia akan mengakui (kesalahannya) dan mengatakan:  โ€œSemoga Allah merahmati seseorang yang menunjukkan aib-aibku kepadaku.โ€ Dan dia tidak ujub dengan dirinya, tidak merasakan aib-aibnya, apalagi  dia tidak merasa kalau dirinya tidak merasa (memiliki salah). Karena sesungguhnya ini adalah penyakit yang parahโ€.
(Siyar aโ€™laam an- Nubala karya Adz-dzahabi 7/393)

๐Ÿ‘‰Dan Ibnu Abdil Barr rahimahullah menyenandungkan sebuah syair dalam kitab Jamiโ€™ bayaani al-ilmi 1/ poin 975);

โ€œCinta kepemimpinan adalah penyakit yg mencukur dunia dan  menjadikan kecintaan tersebut memerangi orang yang mencintainya. Membelah tenggorokan dan rahim-rahim dan memutusnya, maka tidak ada harga diri yg tersisa tidak pula agama. 
Barang siapa yg menjadi hina dengan kejahilan atau belum mumpuni maka tidaklah tersisa kecuali menjadi musuh bagi orang-orang yg benar. Mencoreng ilmu dan membenci ahlinya karena hasad. Berlomba-lomba dalam hal itu bersama musuh-musuh para nabi.โ€ 

๐Ÿ‘‰Abu Nuโ€™aiim rahimahullah berkata:

 โ€œDemi Allah tidaklah ada orang yang binasa kecuali karena sebab cinta kepemimpinan.โ€
(Jami bayan al-ilmi 1/570) 

๐Ÿ’ฅ2โƒฃSOMBONG DAN ENGGAN MENERIMA KEBENARAN

๐Ÿ‘‰Al-Imam Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata:

โ€œBukanlah orang yang berakal itu adalah orang yang mengetahui kebaikan dan kejelekkan, akan tetapi orang yang berakal adalah orang yang jika ia melihat kebaikan ia mengikutinya dan jika melihat kejelekkan ia menjauhinya.โ€
( Al-Hilyah 8/339) 

๐Ÿ‘‰Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitab Al- Fawaid h 155 berkata:

๐ŸŒนโ€œDiantara tanda-tanda kebahagiaan dan keberuntungan adalah :
๐Ÿ”‘Tatkala seorang hamba itu setiapkali bertambah ilmunya akan bertambah sifat rendah hatinya dan rahmatnya.
๐Ÿ”‘ Setiapkali bertambah amalnya, bertambah rasa takut dan kehati-hatiannya.
๐Ÿ”‘ Setiapkali bertambah umurnya semakin berkurang semangat dunianya,
๐Ÿ”‘ Setiapkali bertambah hartanya semakin bertambah kemurahan dan kedermawanannya,
๐Ÿ”‘ Setiapkali bertambah martabat dan kedudukannya semakin bertambah kedekatannya dengan manusia dan semakin menunaikan hajat mereka dan merendah kepada manusiaโ€. 

๐Ÿ”ฅDan tanda-tanda kecelakaan: 
๐Ÿ“Œโ€œSetiapkali bertambah ilmunya, semakin bertambah kesombongan dan keangkuhannya.
๐Ÿ“ŒSetiapkali bertambah amalnya semakin membanggakan dirinya dan meremehkan manusia dan semakin berprasangka baik terhadap dirinya.
๐Ÿ“ŒSetiapkali bertambah umurnya semakin bertambah semangat dunianya.
๐Ÿ“ŒSetiapkali bertambah hartanya semakin bertambah kebakhilan dan kekikirannya.
๐Ÿ“ŒSetiapkali bertambah kedudukan dan martabatnya, semakin bertambah kesombongan dan keangkuhannya.
Dan perkara-perkara ini adalah ujian dari Allah, yang Allah menguji dengannya para hambaNya.
Yang dengannya suatu kaum berbahagia dan dengannya pula suatu kaum lainnya akan celaka.โ€ 

๐Ÿ‘‰Abu Darda radhiyallahu โ€˜anhu berkata:

โ€œTanda kebodohan itu ada tiga, bangga diri, banyak berbicara dalam perkara yg tidak ada manfaatnya dan melarang dari suatu perkara tapi dia sendiri yang mengerjakannya.โ€ 

๐Ÿ‘‰Dari Ali bin Abi Tholib radhiyallahu โ€˜anhu berkata: 

 โ€œBangga diri (ujub) adalah penyakitnya pikiran.โ€  

๐Ÿ‘‰Yang lainnya berkata:

โ€œBangganya seseorang terhadap dirinya adalah tanda kalau akalnya itu lemah.โ€ 

๐Ÿ‘‰Mereka berkata: 
โ€œTidaklah engkau melihat sifat bangga diri kecuali ia akan meminta kepemimpinan.โ€
 (Lihat Jami bayan al-ilmi 1/570-571)

โœ‹โ˜”Seorang itu harus mengetahui sepenuhnya, bahwasanya Allah itu selalu mengawasi dirinya mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa-apa yang tersembunyi dalam dada, bahwasanya hati para hamba itu ada diantara dua jari dari jari jemarinya Dzat Yang Maha Pengasih, Dia membolak-balikkan sesuai kehendak-Nya.

๐Ÿ‘‰Ibnu Abi Haatim rahimahullah membawakan dalam kitab Az-Zuhd halaman 49 dari Al-Hasan al-Bashry rahimahullah berkata:

 โ€œSesungguhnya hati ini lebih mudah terbang terbolak -balik  dari pada bulu pada hari yang berangin kencang.โ€

๐Ÿ’ฆ๐ŸŒน Semoga Allah mengakhiri hidup kita dan kalian dengan kebaikan. Dan shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga beliau dan sahabat beliau. 

Alih bahasa : Ustadz Abu Hafs Umar al-Atsary

Sumber : http://www.sahab.net/home/?p=739

โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€“

ุฃุณุจุงุจ ุชู…ุงุฏูŠ ุงู„ู…ุฑุก ููŠ ุงู„ุจุงุทู„ ุจุนุฏ ุจูŠุงู†ู‡ ู„ู‡

ุงู„ุดูŠุฎ ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุจู† ุนุจุฏ ุงู„ุฑุญูŠู… ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ โ€“ ุญูุธู‡ ุงู„ู„ู‡ โ€“ : ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุฑุจ ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู† ูˆุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ู‰ ู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏู ูˆุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ุฃุฌู…ุนูŠู†ุŒ ูˆุจุนุฏุŒุŒ ูุฅู†ูŽู‘ ู…ู…ุง ู„ุง ุดูƒูŽ ููŠู‡ ู…ุง ู‚ุฑุฑู‡ ูˆูู‚ู‡ ุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุฃู†ูŽู‘ ุงู„ุฑุฌูˆุน ุฅู„ู‰ ุงู„ุญู‚ ุฎูŠุฑูŒ ู…ู† ุงู„ุชู…ุงุฏูŠ ููŠ ุงู„ุจุงุทู„ุ› ู„ุฃู†ูŽู‘ ุงู„ุชูŽู‘ู…ุงุฏูŠ ููŠ ุงู„ุจุงุทู„ ุฏู„ูŠู„ูŒ ุนู„ู‰ ุงู„ุฎุฐู„ุงู†ุŒ ูˆุฃู†ูŽู‘ ุงู„ู…ุฑุก ู‚ุฏ ู…ููƒุฑ ุจู‡ุŒ ูƒู…ุง ู‚ุงู„ ุงู„ุฅู…ุงู… ุงุจู† ุงู„ู‚ูŠู… ููŠ (ุงู„ููˆุงุฆุฏ): โ€œูˆุงู„ุฎุฐู„ุงู† ุฃู† ูŠูƒู„ูƒ ุงู„ู„ู‡ ุฅู„ู‰ ู†ูุณูƒโ€.

ูˆ ุฃุณุจุงุจ ุชู…ุงุฏูŠ ุงู„ู…ุฑุก ููŠ ุงู„ุจุงุทู„ ุจุนุฏ ุจูŠุงู†ู‡ ู„ู‡ ุนุฏูŠุฏุฉ ู…ู†ู‡ุง:

1/ ุญุจูู‘ ุงู„ุณู‹ู‘ู„ุทุฉ ูˆุงู„ุชูŽู‘ุตุฏุฑ. ู‚ุงู„ ุงู„ุนู„ุงู…ุฉ ุงู„ุดุงุทุจูŠ ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ููŠ (ุงู„ุงุนุชุตุงู…): โ€œุขุฎุฑ ุงู„ุฃุดูŠุงุก ู†ุฒูˆู„ุงู‹ ู…ู† ู‚ู„ูˆุจ ุงู„ุตูŽู‘ุงู„ุญูŠู†: ุญุจูู‘ ุงู„ุณูู‘ู„ุทุฉ ูˆุงู„ุชูŽู‘ุตุฏุฑโ€.

ู‚ุงู„ ุฅุจุฑุงู‡ูŠู… ุจู† ุฃุฏู‡ู…: โ€œู…ูŽุง ุตูŽุฏู‚ ูŽุงู„ู„ู‡ูŽ ุนูŽุจุฏูŒ ุฃูŽุญูŽุจูŽู‘ ุงู„ุดูู‘ู‡ุฑุฉ โ€œ

ู‚ุงู„ ุงู„ุญุงูุธ ุงู„ุฐู‡ุจูŠ ู…ุนู„ูู‘ู‚ุง: ู‚ู„ุช: ุนูŽู„ุงูŽู…ูŽุฉ ูุงู„ู…ูุฎู„ูุตู ุงู„ุฐูŠ ู‚ุฏ ูŠูุญูุจูู‘ ุดูู‡ุฑูŽุฉู‹ุŒ ูˆู„ุง ูŠุดุนุฑู ุจู‡ุงุŒ ุฃู†ู‘ู‡ ุฅุฐุง ุนููˆุชุจ ููŠ ุฐู„ูƒ ู„ุง ูŠูŽุญู’ุฑูŽุฏู ูˆู„ุง ูŠูุจูŽุฑูู‘ุฆู ู†ูุณูŽู‡ูุŒ ุจู„ ูŠุนุชุฑู ูˆูŠู‚ูˆู„: ุฑุญู…ูŽ ุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุฃู‡ุฏู‰ ุฅู„ูŠูŽู‘ ุนููŠูˆุจูŠุŒ ูˆู„ุง ูŠูŽูƒูู†ู’ ู…ูุนู’ุฌุจุงู‹ ุจู†ูุณูู‡ุ› ู„ุง ูŠุดุนุฑู ุจุนูŠูˆุจู‡ุงุŒ ุจู„ ู„ุง ูŠุดุนุฑ ุฃู†ู‘ู‡ ู„ุง ูŠุดุนุฑุŒ ูุฅู†ู‘ ู‡ุฐุง ุฏุงุกูŒ ู…ุฒู…ู†ูŒ

[ ุณูŠุฑ ุฃุนู„ุงู… ุงู„ู†ุจู„ุงุก ู„ู„ุฐู‡ุจูŠ 7 / 393 ]

ูˆ ุฃู†ุดุฏ ุงุจู† ุนุจุฏุงู„ุจุฑ ููŠ (ุฌุงู…ุน ุจูŠุงู† ุงู„ุนู„ู…) (1 / ุฑู‚ู… 975):

โ€œุญุจูู‘ ุงู„ุฑุฆุงุณู€ุฉ ุฏุงุกูŒ ูŠุญู„ู€ู€ู‚ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆูŠุฌุนู„ ุงู„ุญุจูŽู‘ ุญุฑุจุงู‹ ู„ู„ู…ุญุจูŠู†ุง

ูŠูุฑูŠ ุงู„ุญู„ุงู‚ูŠู… ูˆุงู„ุฃุฑุญุงู… ูŠู‚ุทู€ู€ุนู‡ุง ูู„ุง ู…ุฑูˆุกุฉ ูŠุจู‚ู‡ุง ูˆ ู„ุง ุฏูŠู€ู†ุง

ู…ูŽู†ู’ ุฏุงู† ุจุงู„ุฌู‡ู„ ุฃูˆ ู‚ุจู„ ุงู„ุฑุณูˆุฎ ูู…ุง ุชูŽู„ูู€ูŠู‡ ุฅู„ุงูŽู‘ ุนู€ุฏูˆุงู‹ ู„ู„ู…ุญู‚ูŠู†ุง

ูŠุดู†ุง ุงู„ุนู„ูˆู… ูˆูŠู‚ู„ูŠ ุฃู‡ู„ู‡ุง ุญุณู€ู€ุฏุงู‹ ุถุงู‡ู‰ ุจุฐู„ูƒ ุฃุนุฏุงุกูŽ ุงู„ู†ุจูŠูŠู†ุงโ€

ูˆู‚ุงู„ ุฃุจูˆ ู†ุนู€ู€ูŠู… : โ€œูˆุงู„ู„ู‡ ู…ุง ู‡ู„ูƒ ู…ูŽู†ู’ ู‡ู„ูƒูŽ ุฅู„ุงูŽู‘ ุจุญุจูู‘ ุงู„ุฑูู‘ุฆุงุณุฉโ€ (ุฌุงู…ุน ุจูŠุงู† ุงู„ุนู„ู…) (1 / ุต 570).

2/ ุงู„ุงุณุชูƒุจุงุฑ ูˆ ุงู„ุฅุจุงุก ุนู† ู‚ุจูˆู„ ุงู„ุญู‚ูู‘ุ› ู‚ุงู„ ุงู„ุฅู…ุงู… ุณููŠุงู† ุจู† ุนูŠูŠู†ุฉ: โ€œู„ูŠุณ ุงู„ุนุงู‚ู„ ุงู„ุฐูŠ ูŠุนุฑู ุงู„ุฎูŠุฑ ูˆุงู„ุดุฑุŒ ูˆุฅู†ู…ุง ุงู„ุนุงู‚ู„ ุงู„ุฐูŠ ุฅุฐุง ุฑุฃู‰ ุงู„ุฎูŠุฑ ุงุชุจุนู‡ ูˆุฅุฐุง ุฑุฃู‰ ุงู„ุดุฑ ุงุฌุชู†ุจู‡โ€ (ุงู„ุญู„ูŠุฉ) (8 / 339).

ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุฅู…ุงู… ุงุจู† ุงู„ู‚ูŠู… ููŠ (ุงู„ููˆุงุฆุฏ) (ุต 155): โ€œู…ู† ุนู„ุงู…ุงุช ุงู„ุณุนุงุฏุฉ ูˆุงู„ูู„ุงุญ: ุฃู†ูŽู‘ ุงู„ุนุจุฏ ูƒูู„ูŽู‘ู…ุง ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ุนูู„ู’ู…ูู‡ ุฒููŠู’ุฏูŽ ููŠ ุชูˆุงุถุนู‡ู ูˆุฑูŽุญู’ู…ูŽุชูู‡ูุŒ ูˆูƒูู„ูŽู‘ู…ุง ุฒููŠุฏูŽ ููŠ ุนู…ู„ู‡ู ุฒููŠุฏูŽ ููŠ ุฎูŽูˆู’ููู‡ู ูˆุญุฐูŽุฑูู‡ูุŒ ูˆูƒูู„ูŽู‘ู…ุง ุฒููŠุฏูŽ ููŠ ุนู…ุฑู‡ู ู†ูŽู‚ูŽุตูŽ ู…ูู†ู’ ุญูุฑู’ุตูู‡ูุŒ ูˆูƒูู„ูŽู‘ู…ุง ุฒููŠุฏูŽ ููŠ ู…ุงู„ู‡ู ุฒููŠู’ุฏูŽ ููŠ ุณูŽุฎูŽุงุฆูู‡ู ูˆุจุฐู„ู‡ูุŒ ูˆูƒูู„ูŽู‘ู…ุง ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ู‚ูŽุฏู’ุฑูู‡ู ูˆูŽุฌูŽุงู‡ูู‡ู ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ู‚ูุฑู’ุจูู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูˆู‚ุถุงุกู ุญูˆุงุฆุฌู‡ู… ูˆุงู„ุชูŽู‘ูˆุงุถุน ู„ู‡ู….

ูˆุนู„ุงู…ุงุช ุงู„ุดูŽู‘ู‚ุงูˆุฉ: ุฃู†ูŽู‘ู‡ ูƒูู„ูŽู‘ู…ุง ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ุนูู„ู’ู…ูู‡ู ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ูƒูุจู’ุฑูู‡ู ูˆุชููŠู’ู‡ูู‡ูุŒ ูˆูƒูู„ูŽู‘ู…ุง ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ุนูŽู…ูŽู„ูู‡ู ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ููŽุฎู’ุฑูู‡ู ูˆุงุญุชู‚ุงุฑูู‡ู ู„ู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูˆุญุณู† ุธู†ูู‘ู‡ ุจู†ูุณู‡ูุŒ ูˆูƒูู„ูŽู‘ู…ุง ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ุนูู…ุฑู‡ู ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ุญุฑุตู‡ูุŒ ูˆูƒูู„ูŽู‘ู…ุง ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ู…ุงู„ู‡ู ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ุจูุฎู’ู„ูู‡ู ูˆุฅู…ู’ุณูŽุงูƒู‡ูุŒ ูˆูƒูู„ูŽู‘ู…ุง ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ู‚ูŽุฏู’ุฑูู‡ู ูˆุฌูŽุงู‡ูู‡ู ุฒูŠุฏูŽ ููŠ ูƒูุจู’ุฑูู‡ ูˆุชููŠู’ู‡ูู‡ูุŒ ูˆู‡ุฐู‡ ุงู„ุฃู…ูˆุฑู ุงุจุชู„ุงุกูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ ูˆุงู…ุชุญุงู†ูŒ ูŠุจู’ุชู„ูŠ ุจู‡ุง ุนุจูŽุงุฏู‡ู ููŠูŽุณู’ุนุฏู ุจู‡ุง ุฃู‚ูˆุงู…ูŒ ูˆูŠูŽุดู’ู‚ูŽู‰ ุจู‡ุง ุฃู‚ูˆุงู…ูŒโ€.

ู‚ุงู„ ุฃุจูˆุงู„ุฏุฑุฏุงุก ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡: โ€œุนู„ุงู…ุฉ ุงู„ุฌู‡ู„ู ุซู„ุงุซุฉ: ุงู„ุนุฌุจูุŒ ูˆูƒุซุฑุฉ ุงู„ู…ู†ุทู‚ ููŠู…ุง ู„ุง ูŠุนู†ูŠู‡ุŒ ูˆุฃู†ู’ ูŠู†ู‡ู‰ ุนู† ุดูŠุกู ูˆูŠุฃุชูŠู‡โ€

ูˆุนู† ุนู„ูŠ ุจู† ุฃุจูŠ ุทุงู„ุจ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚ุงู„: โ€œุงู„ุฅุนุฌุงุจ ุขูุฉ ุงู„ุฃู„ุจุงุจโ€.

ูˆู‚ุงู„ ุบูŠุฑู‡: โ€œุฅุนุฌุงุจ ุงู„ู…ุฑุก ุจู†ูุณู‡ ุฏู„ูŠู„ูŒ ุนู„ู‰ ุถุนู ุนู‚ู„ู‡โ€

ูˆู‚ุงู„ูˆุง: โ€œู„ุง ุชุฑู‰ ุงู„ู…ุนุฌุจ ุฅู„ุงูŽู‘ ุทุงู„ุจุงู‹ ู„ู„ุฑุฆุงุณุฉโ€.

ูŠู†ุธุฑ: (ุฌุงู…ุน ุจูŠุงู† ุงู„ุนู„ู…) (1 / 570-571).

ูˆุงู„ู…ุฑุก ู„ุง ุจุฏูŽู‘ ุฃู† ูŠุฏุฑูƒ ุชู…ุงู… ุงู„ุฅุฏุฑุงูƒ ุฃู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ ู…ุทู„ุนูŒ ุนู„ูŠู‡ ูŠุนู„ู… ุฎุงุฆู†ุฉ ุงู„ุฃุนูŠู† ูˆู…ุง ุชุฎููŠ ุงู„ุตุฏูˆุฑุŒ ูˆุฃู†ูŽู‘ ุงู„ู‚ู„ูˆุจ ุจูŠู† ุฃุตุจุนูŠู† ู…ู† ุฃุตุงุจุน ุงู„ุฑุญู…ุงู† ูŠู‚ู„ุจู‡ุง ูƒูŠู ุดุงุก ุณุจุญุงู†ู‡ุŒ ุฃุณู†ุฏ ุงุจู† ุฃุจูŠ ุญุงุชู… ููŠ (ุงู„ุฒู‡ุฏ) (ุต 49) ุนู† ุงู„ุญุณู† ุฑุญู…ู‡ ุงู„ู„ู‡ ู‚ูˆู„ู‡: (ุฅู†ูŽู‘ ุงู„ู‚ู„ุจ ู„ุฃุดุฏ ุทูŠุฑูˆุฑุฉ ู…ู† ุงู„ุฑูŠุดุฉ ููŠ ูŠูˆู…ู ุนุงุตูู).

ุฎุชู… ุงู„ู„ู‡ ู„ู†ุง ูˆู„ูƒู… ุจุฎูŠุฑุŒ ูˆุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ู‰ ู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ูˆุณู„ู….

โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”โ€”-

 sumber: WSI/ http://forumsalafy.net/?p=12163

~~~~~~๐Ÿ’๐Ÿ‚๐Ÿ’๐Ÿ‚๐Ÿ’~~~~~~

--------------------
turut mempublikasikan: ๐ŸŒนsyarhus sunnah lin nisaa`

๐ŸŒป๐ŸƒMar'atus Sholhah๐Ÿƒ๐ŸŒป

๐ŸŒฟใ€ฐ๐ŸŒธใ€ฐ๐ŸŒธ๐ŸŒธใ€ฐ๐ŸŒธใ€ฐ๐ŸŒฟ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar