ISTRI SHALEHAH DALAM BINGKAI RUMAH TANGGA
Para pembaca rahimakumullah,
Kita telah mengetahui bahwasanya mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. Akhlak yang baik merupakan amalan yang akan memperberat timbangan kebaikan seorang hamba pada hari kiamat kelak.
Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَامِنْشَيْءٍيُوضَعُفِيالْمِيزَانِأَثْقَلُمِنْحُسْنِالْخُلُقِوَإِنَّصَاحِبَحُسْنِالْخُلُقِلَيَبْلُغُبِهِدَرَجَةَصَاحِبِالصَّوْمِوَالصَّلَاةِ
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat yang diletakkan pada timbangan (pada hari kiamat) daripada akhlak yang baik. Dan sesungguhnya pemilik akhlak yang baik dengan akhlaknya tersebut akan mencapai derajat orang yang rajin berpuasa (sunnah) dan shalat (malam).”
(HR. at-Tirmidzi no. 1926, lihat ash-Shahihah no. 876 dan al-‘Irwa no. 941)
Dalam kehidupan rumah tangga, sebagaimana para suami dituntut untuk berakhlak yang baik, para istri pun dituntut yang demikian pula agar kelak menjadi istri shalehah.
Bahkan Rasululloh shallallahu 'alaihi wa shallam telah memberikan pujian kepada istri salehah:
الدُّنْيَامَتَاعٌوَخَيْرُمَتَاعِالدُّنْيَاالْمَرْأَةُالصَّالِحَةُ
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita (istri) shalehah.”
(HR. Muslim no. 2668)
Bagaimanakah akhlak istri shalehah dalam kehidupan rumah tangga?
Dengan mengacu kepada al-Qur’an dan hadits-hadits nabi shallallahu 'alaihi wa shallam yang shahih, para ulama telah menjelaskan di dalam kitab-kitab mereka tentang akhlak istri shalehah dalam kehidupan rumah tangga. Berikut adalah gambaran ringkas dari akhlak istri shalehah agar kita dapat mengamalkan dalam kehidupan rumah tangga. Diantaranya:
1⃣ Taat kepada suami
Alloh berfirman:
“Sebab itu maka wanita salehah ialah yang taat kepada Alloh Subhanak lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Alloh Subhanak telah memelihara mereka.”
(an-Nisaa: 34)
Syaikhul Islam rahimahullah menerangkan tentang ayat ini,
“Disini mengandung konsekuensi wajibnya ketaatan istri kepada suami secara mutlak baik dalam hal pelayanan, bepergian bersama suami, setia kepada suami dan lain sebagainya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam sunnah Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa shallam
(Majmu’ al-Fatawa juz 32 hlm. 260-261)
Sebagai contoh adalah sabda Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam
“Apabila seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur namun sang istri menolaknya kemudian suami pun tidur dalam keadaan marah maka para malaikat akan melaknat sang istri sampai waktu subuh.”
(HR. al-Bukhari no. 2998 dan Muslim no. 2596)
Mana yang lebih utama bagi seorang istri: berbakti kepada kedua orang tua ataukah taat kepada suami?
Syaikhul Islam rahimahulla menjawab,
“Segala puji bagi Alloh Subhanak,Rabb semesta alam. Seorang wanita apabila telah menikah maka suaminya lebih berhak terhadap istrinya tersebut daripada kedua orang tuanya, dan ketaatan istri kepada suaminya adalah lebih wajib (daripada kepada kedua orang tuanya).”
(Majmu’ al-Fatawa juz 32, hlm. 261)
Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjanjikan kepada para istri shalehah,
“Apabila seorang istri menunaikan salat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan mentaati suaminya maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia sukai.”
(HR. Ibnu Hibban no. 4163, lihat Shahihul Jami’ no. 660)
Namun ketaatan yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam perkara kebaikan dan bukan dalam perkara kemaksiatan. Sehingga apabila suami memerintahkan istri untuk melakukan kemaksiatan maka tidak boleh bagi istri untuk mentaati perintahnya.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda,
“Mendengar dan taat adalah kewajiban bagi seorang muslim dalam perkara yang disukai dan tidak disukai selama tidak diperintah untuk berbuat maksiat. Apabila diperintah untuk berbuat maksiat maka tidak boleh mendengar dan taat.”
(HR. Al-Bukhari no.6611)
2⃣ Menolong suami dalam perkara kebaikan
Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Semoga Alloh Subhanak merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari kemudian melaksanakan shalat dan membangunkan istrinya. Maka apabila dia enggan, sang suami pun memercikkan air di wajahnya. Semoga Alloh Subhanak merahmati seorang istri yang bangun pada malam hari kemudian melaksanakan shalat dan membangunkan suaminya. Maka apabila dia enggan, sang istri pun memercikkan air di wajahnya.”
(HR. Ahmad no.7103, 9254, 7410, 9627, 7404 dan 9625,Abu Dawud no.1113 dan 1238, an-Nasa’i no.1592, Ibnu Majah no.1326, lihat Shahihul Jami’ no. 3494)
Asy-Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad berkata,
“Barangsiapa diantara keduanya yang lebih semangat dalam ibadah dan lebih cepat bangun hendaklah ia bersemangat untuk memberikan kebaikan kepada yang lain. Sama saja apakah laki-laki atau wanita, suami atau istri. Apabila dengan ucapan tidak berhasil membangunkannya maka salah seorang diantara keduanya memercikkan air ke wajah yang lain dalam rangka mengusir kantukkemudian bangun. Dan ini termasuk tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.”
(Syarh Sunan Abi Dawud li Syaikh ‘Abdil Muhsin al-‘Abbad juz 8, hlm.125)
Demikian pula apa yang dilakukan oleh Ibunda Khadijah rhadiyallahu 'anha terhadap sang suami tercinta, ketika turun wahyu pertama kepada Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam di gua Hira yang dibawa oleh malaikat Jibril. Setelah menerima wahyu, Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam kembali ke rumah dalam keadaan takut dan minta diselimuti. Maka sebagai seorang istri, Ibunda Khadijah rhadiyallahu 'anha berusaha menolong beliau dengan cara menghibur, seraya berkata, “Jangan takut, demi Alloh Subhanak, Alloh Subhanak tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang selalu menyambung tali kekerabatan, mau menanggung beban, membantu orang yang tidak punya dan memuliakan tamu serta menolong para penegak kebenaran.”
(HR. al-Bukhari no. 3 dan Muslim no. 231)
⤵⤵⤵⤵
[7/8 6.39 AM] Um Muhammad asma':
3⃣. Menjaga rahasia suami
Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya termasuk dari sejelek-jelek manusia kedudukannya di sisi Alloh Subhanak pada hari kiamat adalah seorang suami yang mendatangi istrinya dan seorang istri yang mendatangi suaminya kemudian menyebarkan rahasianya.”
(HR. Muslim no. 2597)
Al-Imam an-Nawawi berkata,
“Hadits ini menunjukkan haramnya menyebarkan rahasia apa yang terjadi antara suami istri dari urusan cumbu rayu dan penggambarannya secara rinci serta apa yang ada pada diri istri seperti ucapan atau perbuatan dan lain sebagainya.”
(Syarh Shahih Muslim juz 10, hlm. 250)
4⃣. Bersikap qona’ah dan bersabar atas kekurangan suami dalam hal nafkah
Seorang wanita setelah menikah maka dia harus siap menghadapi segala kondisi yang ada. Bisa jadi Alloh Subhanak menguji kehidupan pasangan tersebut dengan kemiskinan. Sehingga seorang istri harus memiliki sikap qona’ah (merasa cukup) dengan apa yang diberikan oleh suami dan bersabar dengan kekurangan suami di dalam mengusahakan nafkah. Lihatlah kehidupan rumah tangga Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam yang sederhana sebagaimana yang diceritakan oleh salah satu istri beliau yaitu Ibunda ‘Aisyah rhadiyallahu 'anha
Ibunda‘Aisyah rhadiyallahu 'anha berkata,
“Keluarga Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah kenyang semenjak sampai di kota Madinah dari makanan gandum selama 3 hari berturut-turut sampai beliau wafat.”
(HR. al-Bukhari no. 4996, 5973 dan Muslim no. 5274)
Ibunda ‘Aisyah rhadiyallahu 'anha berkata,
“Tempat tidur Rasululloh shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu terbuat dari kulit yang disamak dan isi kasurnya dari sabut.”
(HR. al-Bukhari no. 5975 dan Muslim no. 3883)
5⃣. Meminta izin kepada suami untuk suatu keperluan
Berikut adalah beberapa perkara yang diwajibkan bagi seorang istri untuk meminta izin kepada suaminya diantaranya:
Ketika keluar rumah untuk keperluan apapun.
Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila istri salah seorang diantara kalian meminta izin untuk pergi ke masjid maka jangan dihalangi.”
(HR. al-Bukhari no. 4837 dan Muslim no. 666)
Memasukkan seseorang ke dalam rumah.
Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Dan janganlah mengizinkan seseorang untuk masuk ke dalam rumah suami kecuali dengan izin suami.”
(HR. al-Bukhari no. 4796)
Menggunakan harta suami.
Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah seorang istri mengeluarkan (harta) dari rumahnya sedikitpun kecuali dengan izin suaminya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasululloh, sekalipun makanan juga tidak boleh?” Rasululloh menjawab, “(Iya), karena makanan termasuk dari harta kita yang paling utama.”
(HR. Ibnu Majah no. 2286, lihat Shahih Ibnu Majah no. 2286)
Melakukan puasa sunnah.
Rasululloh Shallahu 'alaihi wasalam bersabda,
“Tidak halal bagi seorang istri untuk berpuasa (sunnah) dalam keadaan sang suami tidak sedang bepergian kecuali dengan izinnya.”
(HR. al-Bukhari no. 4796)
Tidak boleh menyakiti suami
Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia melainkan istrinya dari kalangan bidadari akan berkata, ‘Janganlah kamu menyakitinya, semoga Alloh Subhanak kmemerangimu, karena sesungguhnya dia di sisimu hanya sementara saja, sebentar lagi ia akan berpisah denganmu dan akan kembali kepada kami’.”
(HR. at-Tirmidzi no. 1094 lihat ash-Shahihah no. 173)
Asy-Syaikh al-Albani berkata,
“Hadits ini – sebagaimana engkau perhatikan – merupakan peringatan bagi para istri yang suka menyakiti suaminya.”
(ash-Shahihah juz 1, hlm. 172)
Mencintai suami
Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang wanita-wanita kalian dari penduduk surga?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasululloh.” Rasululloh bersabda, “Mereka adalah para istri yang mencintai suaminya …”
(HR. ath-Thabarani dalam Mu’jamul Kabir no. 307, lihat Shahih at-Targhib no. 1941)
Berhias untuk suami terkhusus ketika suami pulang dari perjalanan
Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila engkau pulang (dari perjalanan) pada malam hari maka janganlah masuk kepada keluargamu sampai istri (yang ditinggalkan tersebut) mencukur bulu kemaluan dan menyisir rambutnya yang kusut.”
(HR. al-Bukhari no. 4845)
Dan masih banyak akhlak istri shalehah yang lainnya seperti merawat suami ketika sakit, tidak membebani suami dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukannya, bercanda bersama suami, bersikap jujur kepada suami, menasehati suami dengan cara yang baik apabila terjatuh pada kesalahan dan lain sebagainya.
Wallohu a’lamu bishshawab
Oleh: Abu ‘Abdirrahman Muhammad Rifqi
sumber: http://buletin-alilmu.net/2014/10/21/istri-shalehah-dalam-bingkai-rumah-tangga
Diperbaiki oleh Admin 🌈 AL HUDA 🌈
🔻🔻🔻🔻🔻
Disebarkan oleh Ummahat
🌻🍃Mar'atus Sholihah🍃🌻
🔵➰➰➰🔵➰➰➰🔵
0 Response to "ISTRI SHALIHAH DALAM BINGKAI RUMAH TANGGA"
Posting Komentar