💐📝KAJIAN TAFSIR SURAT YASIN (Bag ke-12)
💎Ayat ke-20 Surat Yaasin
وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ
Arti Kalimat: dan (tiba-tiba) datanglah dengan bergegas seorang laki-laki dari ujung kota dan berkata: Wahai kaumku, ikutilah para Rasul itu
Banyak para Ahli Tafsir yang menyebut nama laki-laki tersebut adalah Habiib yang terkena penyakit lepra. Ada riwayat dari Ibnu Abbas tentang penyebutan nama ini, namun yang diriwayatkan Ibnu Jarir lemah karena adanya perawi Ibnu Humaid (Muhammad bin Humaid ar-Raziy), yang dilemahkan oleh Ahmad, anNasaai, serta dinyatakan oleh Ibn Waaroh sebagai pendusta.
Al-Quran menyebutnya sebagai ‘seorang laki-laki’, tanpa menyebut nama. Demikian juga tidak ditemukan adanya hadits Nabi yang shahih yang menyebutkan nama orang tersebut. Wallaahu A’lam.
Intinya, seorang laki-laki ini datang dari tempat yang jauh karena sangat inginnya ia menyampaikan kebaikan kepada kaumnya. Sebagian Ahli Tafsir menyatakan bahwa ia mendengar kabar bahwa kaum itu akan membunuh para Rasul tersebut, sedangkan ia termasuk beriman kepada Rasul itu dan ingin menyampaikan kebaikan bagi kaumnya.
Syaikh Ibn Utsaimin menjelaskan bahwa orang itu memanggil pihak penentang dakwah Rasul itu dengan sebutan ‘wahai kaumku’ sebagai bentuk kelembutan dalam panggilan. Tidak mengatakan: ‘wahai orang-orang yang bodoh’, atau semisalnya. Dia juga tidak mengatakan: ‘wahai saudaraku’ karena orang-orang tersebut kafir sedangkan dia adalah mukmin. Tidak ada persaudaraan antara orang beriman dengan orang kafir.
Orang ini sangat bersemangat menyampaikan kepada kaumnya. Hal itu bisa dilihat dari 2 hal:
Pertama, ia datang dari jauh. Disebut dalam ayat ini : min aqshol madiinati.
Kedua, ia datang dengan bergegas, cepat-cepat, tidak berlambat-lambat. Disebut dalam ayat ini dengan kata “yas-‘aa” (bergegas). Karena itu bagi seseorang yang ingin memperingatkan atau menasehati saudaranya hendaknya tidak menunda-nunda waktunya (disarikan dari Tafsir Surat Yaasin libni Utsaimin hal 76-77).
💎Ayat Ke-21 Surat Yaasin
اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Arti Kalimat: Ikutilah (para Rasul) yang tidak meminta upah kepada kalian dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk
Laki-laki yang baru datang itu memberikan alasan mengapa kaumnya harus mengikuti para Rasul itu. Karena para Rasul itu ikhlas berdakwah hanya untuk Allah, tidak mengharapkan upah dari orang-orang yang jadi sasaran dakwahnya. Selain itu, para Rasul itu juga berada di atas hidayah.
Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mengisyaratkan bahwa 2 kebaikan ini terkumpul pada para Rasul. Sedangkan pihak lain, kadangkala ada orang yang ikhlas dalam berdakwah, tapi dakwahnya tidak di atas petunjuk (sesat).
Sebaliknya, ada yang benar materi yang didakwahkan, tapi mereka tidak ikhlas dalam dakwahnya. Para Rasul itu tidak demikian. Mereka ikhlas dalam dakwahnya dan berada di atas petunjuk.
Syaikh Ibn Utsaimin rahimahullah menyatakan tentang mengambil upah dalam dakwah dan pengajaran:
“di antara faidah yang bisa diambil dari ayat ini adalah semestinya seorang dai yang berdakwah menuju Allah hendaknya menjauhkan diri dari mengambil harta-harta di tangan manusia meskipun mereka memberikannya. Karena yang demikian bisa mengurangi kedudukannya jika ia menerima dalam rangka dakwah dan nasehatnya. Karena para Rasul alaihimussholaatu wassalaam tidak meminta upah kepada manusia baik dengan lisan hal maupun lisan maqol (ucapan).
Dengan ini kita mengetahui keburukan sebagian manusia –walaupun Alhamdulillah sedikit- yang memberikan nasehat yang kadang benar-benar menyentuh. Namun setelah selesai, ia berkata: sesungguhnya saya memiliki kebutuhan atau saya miskin, dan semisalnya. Maka jadilah nasehat itu untuk tujuan dunia.
Apakah bisa diambil pelajaran dari ayat ini bahwa tidak boleh mengambil upah dalam mengajarkan ilmu karena hal itu menyelisihi jalan para Rasul atau tidak? Karena yang tidak boleh diambil upah adalah dakwah untuk Allah Azza Wa Jalla. Inilah yang tidak boleh diambil upahnya karena kewajiban dakwah yang harus disampaikan manusia.
Adapun pengajaran ilmu (ta’lim) yang membutuhkan perhatian, rasa capek, dan pemberian pemahaman yang khusus, ini tidak mengapa.
Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا كِتَابُ اللَّهِ
Sesungguhnya yang paling berhak untuk kalian ambil upah darinya adalah Kitabullah (H.R al-Bukhari) (Tafsir Surat Yaasin libni Utsaimin hal 77)
(Abu Utsman Kharisman)
💡💡📝📝💡💡
WA al-I'tishom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar