Jumat, 11 September 2015

TA'ADDUD DAN APAKAH SYARATNYA

TA'ADDUD DAN APAKAH SYARATNYA

السؤال:

🔸السائل من الرياض يقول:
❓فضيلة الشيخ ما رأيكم في التعدد وما شرطه
 
📮الجواب
 
✅ الشيخ:

🌹رأينا في التعدد أنه أفضل من الاقتصار على واحدة لما في ذلك من كثرة النسل وكثرة تحصين الفروج والغالب في المجتمعات أن النساء أكثر من الرجال فيحتجن إلى من يحصن فروجهن والإنسان

إذا كان عنده واحدة فقد أحسن إلى واحدة وعلمها مما علمه الله من أمور الشرع وإذا كان عنده اثنتان زاد خيراً فعلم اثنتين و أرشدهما وقام بمؤنتهما وإذا كان عنده ثلاثة كان أكثر وإذا كان عنده أربعة كان أكثر

فكل ما تعدد الأزواج أعني الزوجات فإنه أفضل وأحسن للمصالح التي تترتب على ذلك لكن لا بد من شروط

الشرط الأول القدرة المالية بأن يكون عند الإنسان ما يدفعه مهراً وما ينفقه على الزوجات

الثاني القدرة البدنية يعني يكون عند الإنسان شهوة وقوة بحيث يؤدي الواجب الذي عليه نحو هذه الزوجات

والشرط الثالث القدرة على العدل بأن يعرف من نفسه أنه قادرٌ على أن يعدل بين الزوجة الجديدة وبين الزوجة القديمة فإن كان يخشى على نفسه أن لا يعـدل فقـد قال الله تبارك وتعالى

(فإن خفتم أن لا تعدلوا فواحدة)

يعني فاقتصروا على واحدة

(ذلك أدنى أن لا تعولوا)

وفي حال تعدد الزوجات لا ينبغي للزوجة أن تغضب وأن تحزن وأن تعامل الزوج بالإساءة بناءً على أنه تزوج أخرى لأن ذلك من حقه وعليها أن تصبر وتحتسب الأجر من الله على ما حصل عليها مما ينقص عليها حياتها وهي إذا فعلت ذلك أعانها الله عز وجل على تحمل هذا الأمر الذي ترى أنه من أعظم المصائب

ولهذا نسمع أنه في بعض الأماكن التي يتعدد فيه الزوجات وأن تعدد الزوجات عندهم أمرٌ عادي نسمع أن الزوجة القديمة لا تهتم ولا تتكدر ولا تحزن إذا تزوج زوجها بزوجة جديدة فالمسألة إذاً مبنية على العادة

إذا كان البلد لا يعتاد فيه الرجال التعدد صعب على المرأة أن تتعدد الزوجات وإذا كان من عادتهم التعدد سهل عليها

فنقول للمرأة التي تزوج عليها زوجها اصبري واحتسبي الأجر من الله حتى يعينك الله على ذلك ويعين زوجك على العدل

وليحذر الزوج من الجور بين الزوجات وعدم العدل فإن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم توعد من فعل ذلك في قوله

(من كان له امرأتان فمال إلى إحداهما جاء يوم القيامة وشقه مائل)

وعليه العدل بين الزوجات في كل شئ في المباسطة في المكالمة في الانشراح في المبيت في كل شيءٍ يقدر عليه أما المحبة فهي أمرٌ ليس باختيار الإنسان

ولهذا لا يجب عليه أن يعدل بينهن في المحبة لأن ذلك ليس إليه فالقلوب بيد الله عز وجل يصرفها كيف يشاء لكن ما يستطيع أن يقوم به من العدل فهو واجبٌ عليه.

ℹ 📑 http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_3567.shtml

____❀❀❀❀❀____

📮 Soal:

🔸Penanya dari riyadh berkata:
❓Fadhilatusy Syaikh, apa pendapat anda tentang ta'addud dan apakah syarat syaratnya?

📮 Jawab:

✅ Asy Syaikh (Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin rahimahullah)

🌹Kami memandang dalam perkara ta’addud, bahwasanya ta’addud lebih utama daripada mencukupkan diri dengan satu istri, disebabkan dengan ta’addud itu akan memperbanyak keturunan, lebih menjaga kemaluan, dan pada umumnya dalam masyarakat bahwa jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah laki-laki, sehingga mereka memerlukan seseorang yang menjaga kemaluan mereka.

Jika seseorang memiliki satu istri maka sungguh ia telah berbuat baik kepada satu orang, dengan ia mengajarinya dari apa-apa yang Alloh ajarkan padanya dari perkara-perkara syari’at. Dan apabila seseorang mempunyai dua orang istri maka bertambahlah kebaikannya, dengan ia mendidik dua orang istri dan menunjuki mereka berdua dan menanggung nafkah mereka berdua, dan apabila baginya 3 istri maka akan bertambah lagi (kebaikannya), dan bila ia memiliki 4 istri maka akan bertambah lagi (kebaikannya).

Maka setiap bertambahnya pasangan yaitu istri, maka itu lebih utama dan lebih baik untuk kemaslahatan yang berhubungan dengan hal itu, tetapi harus dengan adanya syarat-syarat :

Syarat yang pertama : kemampuan finansial/harta, dengan adanya harta pada orang tersebut untuk membayar mahar dan memberi nafkah pada istri-istrinya.

Syarat yang kedua : kemampuan fisik, yaitu bahwasanya seseorang itu mempunyai syahwat dan kekuatan untuk menunaikan kewajibannya diantara istri-istrinya ini.

Syarat yang ketiga : kemampuan untuk adil, dengan mengetahui pada dirinya bahwa dia mampu untuk berbuat adil kepada istrinya yang baru dan istri yang lama. Jika ia khawatir bahwa dirinya tidak mampu berbuat adil, maka sungguh Alloh tabaroka wa ta’ala telah berfirman :

فإن خفتم أن لا تعدلوا فواحدة

“jika kalian takut tidak bisa berbuat adil maka nikahilah seorang saja”

yaitu maka cukupkanlah menikah dengan satu istri saja.

ذلك أدنى أن لا تعولوا

“hal itu lebih dekat agar kalian tidak berbuat aniaya”

Dalam perkara ta’addud zaujat, tidak selayaknya bagi sang istri untuk marah, sedih dan mempergauli suaminya dengan buruk disebabkan suaminya menikah lagi dengan istri yang lain, karena itu sudah menjadi hak suaminya. Hendaknya dia bersabar dan mengharapkan pahala dari Alloh atas yang terjadi pada dirinya dari apa-apa yang berkurang atas hidupnya. Dan jika dia melakukan hal itu (bersabar & ihtisab) maka Alloh azza wa jalla akan menolongnya untuk melalui cobaan ini, yang dia melihatnya sebagai musibah yang paling besar.

Oleh karena itu kami mendengar bahwa di sebagian tempat yang melakukan ta’addud zaujat, dimana ta’addud zaujat bagi mereka adalah suatu hal yang sudah biasa, kami mendengar bahwa istri yang lama tidak mempersoalkan, tidak marah dan tidak bersedih jika suaminya menikah lagi dengan istri yang baru. Maka kalau begitu masalahnya tergantung dari kebiasaan/adat.

Jika negeri tersebut tidak biasa bagi laki-laki melakukan ta’addud maka sulit bagi wanitanya untuk menerima ta’addud zaujat, dan jika sudah biasa bagi mereka melakukan ta’addud, maka mudah bagi wanitanya menerima.

Maka kami katakan kepada wanita yang suaminya menikah lagi : bersabarlah dan berharaplah pahala dari Alloh, sampai Alloh menolongmu menghadapi hal itu dan menolong suamimu untuk berbuat adil.

Dan hendaklah suami berhati-hati dari berbuat aniaya diantara istri-istrinya dan tidak berbuat adil, sesungguhnya Nabi shollalloohu alaihi wa sallam mengancam orang yang melakukan demikian dalam sabdanya :

من كان له امرأتان فمال إلى إحداهما جاء يوم القيامة وشقه مائل

“Barang siapa memiliki dua istri dan ia condong kepada salah satu dari keduanya, maka dia akan datang pada hari kiamat dengan separuh tubuhnya miring”

Maka wajib baginya untuk berbuat adil terhadap istri-istrinya dalam segala hal. Dalam berlemah lembut, dalam berkomunikasi, dalam memberi kebahagiaan, dalam jatah bermalam, dalam segala sesuatu yang ia mampu. Adapun (adil) dalam hal cinta, maka ini bukan kemampuan manusia.

Oleh karena itu tidak wajib baginya berbuat adil dalam masalah cinta, karena itu bukan kemampuannya, karena hatinya ditangan Alloh azza wa jalla, dan Alloh membolak-balikkan hati sesuai kehendak-Nya. Akan tetapi apa-apa yang dia mampu untuk berbuat adil, maka itu wajib atasnya.

____❀❀❀❀❀____

✏ Syabab Ashhabus Sunnah

💻 Untuk fawaid lainnya bisa kunjungi website kami:
🌐 www.ittibaus-sunnah.net
➖➖➖➖➖➖➖➖
📌 أصحاب السنة
🌠⭐🌠⭐🌠

❂Ashhabus Sunnah❂
________
Publikasi:🌈AL HUDA🌈
                     🔻🔻🔻🔻🔻
🔴➰➰➰🔴➰➰➰🔴

Tidak ada komentar:

Posting Komentar