ADA APA DENGAN HUJAN YANG TIDAK KUNJUNG TIBA 2
📌 Istighfar dan Shalat Istisqa
Para pembaca rahimakumullah, kita semua telah mengetahul bahwa Allah dan rasulNya telah mengajarkan kepada kaum muslimin solusi ketika mengalami musim kemarau. Diantara solusi tersebut adalah dengan bertaubat dan memperbanyak istighfar kepada Allah ‘azza wa jalla.
Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan kisah tentang nasehat nabi Nuh dan Hud ‘alaihimassalam kepada kaum mereka;
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا. وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Mohonlah ampun kepada Rabb kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya dengan begitu Dia akan mengirimkan hujan kepada kalian dengan berturut-turut, memperbanyak harta dan anak-anak kalian dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun serta mengadakan pula di dalamnya sungai-sungai untuk kalian...” (Nuh: 10-12)
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
“Wahai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabb kalian lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan kepada kalian dengan berturut-turut serta Dia akan menambah kekuatan kepada kekuatan kalian dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat dosa.” (Hud: 52)
Demikian pula nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menuntunkan kepada kita untuk melakukan shalat Istisqa’ (shalat meminta hujan), sebagaimana hal ini tersebutkan dalam beberapa hadits beliau. Diantaranya adalah yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abdulah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى يَسْتَسْقِي، وَأَنَّهُ لَمَّا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ، اَسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ، وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar menuju Mushalla (tempat shalat) untuk meminta hujan. Maka tatkala hendak berdoa beliau menghadap kiblat dan membalik selendangnya.” (HR. Muslim)
Dalam hadits yang lain dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu;
إِنَّ رَسُول اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مُتَبَذِّلًا مُتَوَاضِعًا مُتَضَرِّعًا، حَتَّى أَتَى الْمُصَلَّى، فَلَمْ يَخْطُبْ خُطَبَتَكُمْ هَذِهِ، وَلَكِنْ لَمْ يَزَلْ فِي الدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّعِ وَالتَّكْبِيرِ، وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَمَا يُصَلِّي فِي الْعِيدِ
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjalan menuju tempat shalat dengan penuh ketundukan dan kerendahan hati hingga tiba ditempat shalat. Lalu beliau berkhutbah tidak sebagaimana biasanya, beliau tidak henti-hentinya berdoa, merendah, bertakbir dan melaksanakan shalat dua raka’at sebagaimana beliau melakukan shalat ‘led.” (HR. at-Tirmidzi)
Namun perlu diketahui oleh para pembaca rahimakumullah, bahwa istighfar bukanlah sekedar kalimat yang hanya diucapkan di lisan. Demikian pula shalat Istisqa’, bukanlah hanya sekedar ritualitas tertentu saja. Sesungguhnya yang dimaukan dan diharapkan dari istighfar dan shalat Istisqa’ adalah sikap taubat dan penyesalan atas dosa yang dilakukan, pengakuan dan perendahan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala serta memperbaiki diri. Lihatlah apa yang diperbuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu di atas. Beliau keluar berjalan dalam keadaan tunduk, takut dan merasa rendah di hadapan Allah. lnilah yang diharapkan sesungguhnya.
Adapun jika beristighfar dengan ucapan semata, hati yang lalai dan perilaku yang buruk serta senantiasa bergelut dengan perbuatan dosa dan maksiat maka sungguh kemarau panjang sulit untuk berubah. Maka sebelum kita beristighfar dan shalat lstisqa’, perhatikan kondisi diri kita !
Kesyirikan yang merajalela, shalat yang dilalaikan, perbuatan haram yang dilegalkan, amanat yang ditelantarkan, riba yang kian merajalela, perzinaan dimana-mana, musik dan nyanyian telah memenuhi rumah-rumah, masjid-masjid yang lengang, orang tua yang tidak peduli dengan anaknya, anak yang durhaka kepada orangtuanya, saling menjatuhkan antara satu dengan yang lainnya dan kemaksiatan-kemaksiatan yang lain. Sudahkan kita merubah itu semua? Jangan sampai keadaan kita sama dengan sebelum beristighfar dan shalat Istisqa’ atau bahkan lebih buruk, wal ‘iyadzubillah.
Memang kita tidak bisa menutup mata bahwa tidak semua kaum muslimin terjatuh dalam pelanggaran-pelanggaran. Di sana ada orang-orang yang terhindar dari perbuatan maksiat. Namun yang kurang dari mereka adalah dalam hal memberikan teguran dan nasehat kepada saudara yang sedang terjatuh dalam dosa. Lemah dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar di tengah-tengah kaum muslimin. Kurangnya kepedulian dengan sekitarnya bahkan terkesan membiarkan.
Padahal sejatinya azab itu jika datang maka akan menimpa seluruhnya, tidak hanya yang berbuat dosa. Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan;
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً
“Dan takutlah akan suatu fitnah (bencana) yang tidaklah sekedar menimpa orang-orang zalim diantara kalian.” (al-Anfal: 25)
Oleh karena itu mari kita tegakkan amar ma’ruf nahi munkar di tengah-tengah kita, dengan senantiasa memberikan nasehat dan masukan kepada saudara kita yang sedang lalai dan terlena dalam keterpurukan!
Insya Allah bersambung ...
📝 Penulis: Ustadz Abdullah Imam hafidzahullah.
🌎 Disalin dengan beberapa tambahan teks Arabic dari Buletin Al-Ilmu Jember edisi no. 40/X/XIII/1436 H
〰〰〰〰〰〰〰
📚 WA Salafy Kendari 📡
=====*****=====
📶 Publikasi:
📖 WA Salafy Solo
www.salafymedia.com
13 Muharram 1437 H | 26 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar