Sabtu, 31 Oktober 2015

KISAH TERBUNUHNYA AL HASAN DAN AL HUSEIN RADHIYALLAHU 'ANHUMA 3

KISAH TERBUNUHNYA AL-HASAN DAN AL-HUSEIN RADHIYALLAHU 'ANHUMA
{ Bagian Ke-3 }

▶ Sikap Ahlus Sunnah Terhadap Yazid bin Mu’awiyyah

🔅 Untuk membahas masalah ini, kita nukilkan saja di sini ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah secara lengkap dari Fatawa-nya sebagai berikut:

Belum terjadi sebelumnya manusia membicarakan masalah Yazid bin Mu'awiyyah dan tidak pula membicarakannya termasuk masalah Dien. Hingga terjadilah setelah itu beberapa perkara, sehingga manusia melaknat terhadap Yazid bin Muawiyyah,
bahkan bisa jadi mereka menginginkan dengan itu laknat kepada yang lainnya. Sedangkan kebanyakan
Ahlus Sunnah tidak suka melaknat orang tertentu.

Kemudian suatu kaum dari golongan yang ikut mendengar yang demikian meyakini bahwa Yazid
termasuk orang-orang shalih yang besar dan Imam-Imam yang mendapat petunjuk.

Maka golongan yang melampaui batas terhadap Yazid menjadi dua sisi yang berlawanan:

⚠Sisi pertama,
Mereka yang mengucapkan bahwa dia kafir zindiq dan bahwasanya dia telah membunuh salah seorang anak perempuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, membunuh shahabat-shahabat Anshar, dan anak-anak mereka pada kejadian Al-Hurrah (pembebasan Madinah) untuk menebus dendam keluarganya yang dibunuh dalam keadaan kafir seperti kakek ibunya ‘Utbah bin Rab’iah, pamannya Al-Walid dan selain keduanya. Dan mereka menyebutkan pula bahwa dia terkenal dengan peminum khamr dan menampakkan maksiat-maksiatnya.

⚠Pada sisi lain,
Ada yang meyakini bahwa dia (Yazid) adalah imam yang adil, mendapatkan petunjuk dan memberi petunjuk. Dan dia dari kalangan shahabat atau pembesar shahabat serta salah seorang dari wali-wali
Allah. Bahkan sebagian dari mereka meyakini bahwa dia
dari kalangan para nabi. Mereka mengucapkan bahwa barangsiapa tidak berpendapat terhadap Yazid maka Allah akan menghentikan dia dalam neraka Jahannam. Mereka meriwayatkan dari Syaikh Hasan bin ‘Adi bahwa dia adalah wali yang seperti ini dan seperti itu. Barangsiapa yang berhenti (tidak mau mengatakan demikian), maka dia berhenti dalam neraka, karena ucapan mereka yang demikian terhadap Yazid.
Setelah zaman Syaikh Hasan bertambahlah perkara-perkara
batil dalam bentuk syair atau prosa. Mereka ghuluw kepada Syaikh Hasan dan Yazid dengan perkara-perkara yang menyelisihi apa yang ada di atasnya Syaikh ‘Adi yang agung -semoga Allah mensucikan ruhnya-. Karena jalan beliau sebelumnya adalah baik, belum terdapat bid’ah-bid’ah yang seperti itu, kemudian mereka mendapatkan bencana dari pihak Rafidhah yang memusuhi mereka dan kemudian membunuh Syaikh Hasan bin ‘Adi sehingga terjadilah fitnah yang tidak disukai Allah dan Rasul-Nya.

💥 Dua sisi ekstrim terhadap Yazid tersebut menyelishi apa yang disepakati oleh para 'Ulama dan Ahlul Iman. Karena sesungguhnya Yazid bin Mu'awiyyah dilahirkan pada masa khalifah Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu dan tidak pernah bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta tidak pula termasuk shahabat dengan kesepakatan para ulama. Dia tidak pula terkenal dalam masalah Dien dan keshalihan. Dia termasuk kalangan pemuda-pemuda muslim, bukan kafir dan bukan pula zindiq.
Dia memegang kekuasaan setelah ayahnya dengan tidak disukai oleh sebagian kaum muslimin dan diridhai oleh sebagian yang lain.

Dia memiliki keberanian dan kedermawanan dan tidak pernah menampakkan kemaksiatan-kemaksiatan sebagaimana dikisahkan oleh musuh-musuhnya.

📝 Namun pada masa pemerintahannya telah terjadi perkara-perkara besar yaitu:
1⃣. Terbunuhnya Al-Husein radhiyallahu ‘anhu sedangkan Yazid tidak memerintahkan untuk membunuhnya dan tidak pula menampakkan kegembiraan dengan pembunuhan Husein serta tidak memukul gigi taringnya dengan besi. Dia juga tidak membawa kepala Husein ke Syam. Dia memerintahkan untuk melarang Husein dengan melepaskannya dari urusan walaupun dengan memeranginya.
💥Tetapi para utusannya melebihi dari apa yang diperintahkannya tatkala Samardi Al-Jausyan mendorong ‘Ubaidillah bin Ziyad untuk membunuhnya. Ibnu Ziyad pun menyakitinya dan ketika Al-Husein radhiyallahu ‘anhu meminta agar dia dibawa menghadap Yazid, atau diajak ke front untuk berjihad (memerangi orang-orang kafir bersama tentara Yazid -pent), atau kembali ke Mekkah, mereka menolaknya dan tetap menawannya. Atas perintah Umar bin Sa’d, maka mereka membunuh beliau dan sekelompok Ahlul Bait radhiyallahu ‘anhum dengan zhalim.
Terbunuhnya beliau radhiyallahu ‘anhu termasuk musibah besar, karena sesungguhnya terbunuhnya Al-Husein -dan ‘Utsman bin ‘Affan sebelumnya- adalah penyebab fitnah terbesar pada ummat ini. Demikian juga pembunuh keduanya adalah MAKHLUK PALING JELEK DI SISI ALLAH.

Ketika keluarga beliau radhiyallahu ‘anhu mendatangi Yazid bin Mua’wiyah, Yazid memuliakan mereka dan mengantarkan mereka ke Madinah.
Diriwayatkan bahwa Yazid melaknat Ibnu Ziyad atas pembunuhan Husein dan berkata:
“Aku sebenarnya meridhai ketaatan penduduk Irak tanpa pembunuhan Husein.” Tetapi dia tidak menampakkan pengingkaran terhadap pembunuhnya, tidak membela serta tidak pula membalasnya, padahal itu adalah wajib bagi dia. Maka akhirnya Ahlul Haq mencelanya karena meninggalkan kewajibannya, ditambah lagi dengan perkara-perkara yang lain. Sedangkan musuh-musuh mereka MENAMBAHKAN kedustaan-kedustaan atasnya.

2⃣. Ahlil Madinah membatalkan bai’atnya kepada Yazid dan mereka mengeluarkan utusan-utusan dan penduduknya. Yazid pun mengirimkan tentara kepada mereka, memerintahkan mereka untuk taat dan jika mereka tidak mentaatinya setelah tiga hari mereka akan memasuki Madinah dengan pedang dan menghalalkan darah mereka. Setelah tiga hari, tentara Yazid memasuki Madinah an-Nabawiyah, membunuh mereka, merampas harta mereka, bahkan menodai kehormatan-kehormatan wanita yang suci, kemudian mengirimkan tentaranya ke Mekkah yang mulia dan mengepungnya.

Yazid meninggal dunia pada saat pasukannya dalam keadaan mengepung Mekkah dan hal ini merupakan permusuhan dan kezhaliman yang dikerjakan atas perintahnya.

📈 Oleh karena itu, keyakinan Ahlus Sunnah dan para imam-imam umat ini adalah mereka tidak melaknat dan tidak mencintainya. Shalih bin Ahmad bin Hanbal berkata:
"Aku katakan kepada ayahku: “Sesungguhnya suatu kaum mengatakan bahwa mereka cinta kepada Yazid.”
Maka beliau rahimahullah menjawab:
“Wahai anakku, apakah akan mencintai Yazid seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir?”
Aku bertanya:
“Wahai ayahku, mengapa engkau tidak melaknatnya?”
Beliau menjawab:
“Wahai anakku, kapan engkau melihat ayahmu melaknat seseorang?”

Diriwayatkan pula bahwa ditanyakan kepadanya:
“Apakah engkau menulis hadits dari Yazid bin Mu’awiyyah?”
Dia berkata:
“Tidak, dan tidak ada kemulyaan, bukankah dia yang telah melakukan terhadap ahlul Madinah apa yang dia lakukan?”

Yazid menurut ulama dan Imam-imam kaum muslimin adalah raja dari raja-raja (Islam -pent).
Mereka tidak mencintainya seperti mencintai orang-orang shalih dan wali-wali Allah dan tidak pula melaknatnya. Karena sesungguhnya mereka tidak suka melaknat seorang muslim secara khusus (ta yin), berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu:
"Bahwa seseorang yang dipanggil dengan Hammar sering minum khamr. Acap kali dia didatangkan kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan dicambuknya. Maka berkatalah seseorang:
“Semoga Allah melaknatnya. Betapa sering dia didatangkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jangan engkau melaknatnya, sesungguhnya dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
(HR. Bukhari)

Walaupun demikian di kalangan Ahlus Sunnah juga ada yang membolehkan laknat terhadapnya, karena mereka meyakini bahwa Yazid telah melakukan kezhaliman yang menyebabkan laknat bagi pelakunya.

Kelompok yang lain berpendapat untuk mencintainya, karena dia seorang muslim yang memegang pemerintahan di zaman para shahabat dan dibai’at oleh mereka. Serta mereka berkata:
“Tidak benar apa yang dinukil tentangnya padahal dia memiliki kebaikan-kebaikan, atau dia melakukannya dengan ijtihad.”

Pendapat yang benar adalah apa yang dikatakan oleh para Imam (Ahlus Sunnah), bahwa mereka tidak mengkhususkan kecintaan kepadanya dan tidak pula melaknatnya. Di samping itu kalaupun dia sebagai orang yang fasiq atau zhalim, Allah masih mungkin meng­ampuni orang fasiq dan dhalim. Lebih-lebih lagi kalau dia memiliki kebaikan-kebaikan yang besar.

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya dari Ummu Harran binti Malhan radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

… ﻭَﺃَﻭَّﻝُ ﺟَﻴْﺶٍ ﻣِﻦْ ﺃُﻣَّﺘِﻰ ﻳَﻐْﺰُﻭْﻥَ ﻣَﺪِﻳْﻨَﺔَ ﻗَﻴْﺼَﺮَ ﻣَﻐْﻔُﻮْﺭٌ .ْﻢُﻬَﻟ ‏( ﺭﻭﺍﻩ
)ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ

"Tentara pertama yang memerangi Konstantiniyyah akan diampuni."
(HR. Bukhari)
Padahal tentara pertama yang memeranginya adalah di bawah pimpinan Yazid bin Mu’awiyyah dan pada waktu itu Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu bersamanya.

⚪ Bersambung, in syaa Allah

📡 http://tukpencarialhaq.com/2015/10/29/kisah-terbunuhnya-al-hasan-dan-al-husein-radhiyallahu-anhuma/#more-10313

🔰🌠 Al-Manshurah Singaraja
=====*****=====
📶 Publikasi:
📖 WA Salafy Solo
www.salafymedia.com
19 al Muharram 1437 H | 1 Nopember 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar