Rabu, 18 November 2015

ABDURRAHMAN MAR'I YANG SESAT DAN MENYESATKAN SERTA PENJELASAN TUJUAN BUSUKNYA MEMFATWAKAN AGAR MENJAUHI PARA ULAMA

ABDURRAHMAN MAR'I YANG SESAT DAN MENYESATKAN SERTA PENJELASAN TUJUAN BUSUKNYA MEMFATWAKAN AGAR MENJAUHI PARA ULAMA

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين، وأصلي وأسلم على النبي الكريم، وعلى آله وأصحابه الأطهار الميامين، أما بعد:
Saya telah menjelaskan pada tulisan saya yang telah lalu yang berjudul “ABDURRAHMAN MAR’I YANG SESAT DAN MENYESATKAN SERTA MAKARNYA YANG BARU” bahwasanya Abdurrahman bin Mar’i telah berfatwa agar menjauhi para ulama, hanya saja banyak pengikutnya yang tidak menggubrisnya.

💡 Dan pada tulisan ini saya ingin menjelaskan kepada kalian apa sebenarnya tujuannya berfatwa seperti ini, agar kalian bisa mengetahui perkaranya dengan jelas.

📢 Ketahuilah wahai saudaraku di jalan Allah –semoga Allah memberikan saya dan engkau bashirah (ilmu yang dalam) agar bisa mengetahui kebenaran– bahwasanya Abdurrahman masih terus menjalin hubungan dengan Muhammad al-Imam, dan itu artinya dia masih tetap terikat dengan Watsiqah Thaghut (Perjanjian Damai dengan Rafidhah) dahulu. Jadi dia mau tidak mau harus menjelaskan bahwa musuh Hutsiyun Rafidhah adalah musuhnya juga, dan hal ini tidak akan terealisasi kecuali dengan menjauhi para ulama.

✋🏻 Kemudian sesungguhnya Abdurrahman mengetahui bahwa sebagian pengikutnya tidak menerima upaya penggembosan yang dia lancarkan, buktinya sebagian mereka ada yang keluar berjihad –semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan– dan mereka terus menjalin hubungan dengan saudara-saudara mereka yang mengikuti para ulama besar sejak awal. Dan hingga saat ini mereka masih terus berjihad di sebagian front pertempuran bersama pasukan yang lain. Jadi Abdurrahman ingin memporak-porandakan dan memperlemah front-front pertempuran ini –semoga Allah membalasnya dengan balasan yang sesuai dengan kelakukan buruknya– sehingga diapun mengeluarkan fatwa agar menjauhi para ulama.

✊🏻 Jadi Abdurrahman keadaannya masih seperti dahulu, hanya saja masyarakatnya tidak mendukungnya, oleh karena itulah maka dia terpaksa berpura-pura menampakkan pujiannya terhadap pihak-pihak yang melakukan perlawanan terhadap Rafidhah kepada manusia, padahal hatinya penuh dengan kedengkian dan permusuhan. Dan apa yang dia sembunyikan dalam batinnya telah nampak dari keceplosan lisannya.

🔹 Ibnu Muflih berkata dalam al-Adabusy Syar’iyyah (1/136): “Utsman radhiyallahu anhu mengatakan:

ما أسرّ أحد سريرة إلا أظهرها الله عز وجل على صفحات وجهه وفلتات لسانه.

“Tidaklah seseorang menyembunyikan sebuah rahasia kecuali Allah Azza wa Jalla akan menampakkannya melalui mimik wajahnya dan keceplosan lisannya.”

🔊 Ibnu Aqil berkata dalam al-Funun:

للإيمان روائح ولوائح لا تخفى على اطلاع مكلف بالتلمح للمتفرس، وقلّ أن يضمر مضمر شيئاً إلا وظهر مع الزمان على فلتات لسانه وصفحات وجهه.

“Iman itu memiliki aroma dan bentuk yang tidak tersamar dengan memperhatikan secara teliti dan seksama, dan jarang sekali seseorang menyembunyikan sesuatu kecuali bersama dengan berjalannya waktu akan tampak melalui keceplosan lisannya dan melalui mimik wajahnya.”

Syaikhul Islam berkata sebagaimana disebutkan dalam Majmu’ul Fatawa (16/68):

ودلَّ على أن ظهور ما في باطن الإنسان على فلتات لسانه أقوى من ظهوره على صفحات وجهه؛ لأن اللسان ترجمان القلب، فإظهاره لما أكنّه أوكد؛ ولأن دلالة اللسان قالية ودلالة الوجه حالية. والقول أجمع وأوسع للمعاني التي في القلب من الحال.

“Dan itu menunjukkan bahwa nampaknya apa yang terdapat dalam batin seseorang dari keceplosan ucapannya lebih kuat dibandingkan nampaknya dari mimik wajahnya, karena lisan merupakan penerjemah hati. Jadi menampakkannya dengan lisan lebih jelas dan lebih tegas, karena bukti dari lisan adalah berupa ucapan, sedangkan apa yang ditampakkan oleh wajah bersifat keadaan. Dan ucapan itu lebih mencakup dan lebih luas dalam menjelaskan makna yang ada di hati dibandingkan keadaan.”

Adz-Dzahaby berkata dalam Tarikhul Islam pada biografi Shadaqah bin al-Husain bin Hasan bin Bakhtiyar:

قال أبو الفرج بن الجوزي: ناظر وأفتى، إلا أنه كان يظهر في فلتات لسانه ما يدل على سوء عقيدته. وكان لا ينضبط، فكل من يجالسه يعثر منه على ذلك.

“Abul Faraj Ibnul Jauzy mengatakan, ‘Dia mahir berdebat dan berfatwa, hanya saja nampak pada keceplosan lisannya yang menunjukkan akidahnya yang buruk, dia juga susah menerima nasehat, siapa saja yang pernah bermajelis dengannya merasakan hal itu darinya.”

Wahai saudaraku pembaca; jika engkau meragukan kebenaran apa yang saya kabarkan kepadamu, maka saya katakan kepadamu: tanyakan dua pertanyaan berikut kepada dirimu sendiri:

Pertama: Mengapa Abdurrahman tidak memfatwakan agar menjauhi para ulama di hari-hari itu ketika dia sebagai pihak yang berbuat jahat dan menyerang, tetapi dia justru memfatwakannya pada hari-hari ini padahal dia dalam keadaan lemah?!

Kedua: Apakah termasuk sikap hikmah dengan dia memfatwakan agar menjauhi para ulama, padahal kita sedang menghadapi musuh yang satu?! Kecuali jika dia memang sama sekali tidak senang dengan jihad. Dan inilah hakekat sebenarnya yang masih terus ada pada diri Abdurrahman si tukang makar itu.

Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar memberikan kita bashirah pada urusan agama kita, menjadikan kita orang-orang yang selalu berpegang teguh dan sunnah dan petunjuk Nabi kita shallallahu alaih was sallam, menghadang kelicikan musuh kita, menunjukkan makar orang-orang yang suka melancarkan makar terhadap kita, serta menolong saudara-saudara kita kaum Muslimin dalam menghadapi musuh-musuh kita.

📝 Ditulis oleh: Abul Abbas Yasin bin Ali Al-Adany

Aden – Yaman

Sabtu, 2 Shafar 1437 H

📚 Sumber artikel:
http://www.bayenahsalaf.com/vb/showthread.php?p=73299

💻🌐 http://forumsalafy.net/abdurrahman-mari-yang-sesat-dan-menyesatkan-serta-penjelasan-tujuan-busuknya-memfatwakan-agar-menjauhi-para-ulama/

🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹

Tidak ada komentar:

Posting Komentar