JALAN KEBENARAN HANYA SATU 2
✏️ Al-Ustadz Abu Hafs Umar hafidzahullah
📌 Penjelasan Rasulullah
Siapa orang pertama yang paling tahu tentang jalan kebenaran? Tentu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam jawabannya. Beliau telah menerangkan bahwa jalan kebenaran itu hanya satu, tidak berbilang. Ibnu Mas’ud radhiyalahu 'anhu mengisahkan, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam membuat untuk kami sebuah garis yang lurus dengan tangan beliau, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah yang lurus.’ Kemudian, beliau membuat garis di kanan dan kiri garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan, yang di setiap jalan tersebut pasti ada setan yang menyeru kepadanya.’ Beliau membaca firman Allah,
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيمٗا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦ
‘Bahwasanya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya’.” (HR. Ahmad)
Al-Imam Mujahid rahimahullah, salah satu ulama ahli tafsir, murid Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, berkata, “Janganlah kalian mengikuti jalan-jalan, yakni bid’ah dan syubhat.”
Pada masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, para sahabat dibimbing untuk menempuh jalan kebenaran. Segala sisi jalan kebenaran telah Beliau shalallahu ‘alaihi wassalam ajarkan. Pada akhir masa generasi sahabat, mulailah timbul hawa nafsu dan syubhat (kerancuan dalam mengamalkan agama Islam). Setelah para sahabat Rasulullah wafat, kebid’ahan dan hawa nafsu pun semakin berkembang. Sungguh benar penjelasan al-Imam Mujahid bahwa kebid’ahan dan syubhat menyebabkan penyimpangan dari jalan Allah. Oleh karena itulah, umat manusia terpecah dalam berbagai aliran.
Lihatlah bagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menggambarkan jalan kebenaran dengan sebuah garis lurus! Hal ini menunjukkan bahwa jalan kebenaran hanya satu. Sementara itu, beliau gambarkan jalan-jalan kesesatan dengan banyak garis, yang menunjukkan bahwa jalan kesesatan itu banyak dan terpecah-pecah.
📌 Cara Menempuh Jalan Kebenaran
Teranglah bagi kita, bahwa jalan kebenaran memang hanya satu, tidak berbilang. Kita semua tentu ingin meniti jalan kebenaran itu. Lalu, bagaimanakah cara menempuh jalan tersebut? Sementara kita saksikan, setiap kelompok Islam mengaku bahwa merekalah yang benar, merekalah yang lurus, sedangkan yang lain salah. Lantas, apa yang menjadi standar kebenaran?
Ingatlah, ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam memberi kabar kepada kita, bahwa umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan. Sabda beliau dalam hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhu, “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahli kitab telah terpecah menjadi 72 golongan. Adapun umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan; 72 di neraka, dan satu di surga, yaitu al-Jama’ah.” (HR. Ahmad)
At-Tirmidzi meriwayatkan tambahan dalam hadits ini, “Al-Jama’ah adalah siapa saja yang mengamalkan Islam sebagaimana pengamalanku dan para sahabatku.”
Hanyalah satu kelompok yang selamat, yaitu yang mengamalkan Islam seperti pengamalan Rasulullah dan para sahabat beliau. Adapun yang lainnya masuk neraka untuk dibersihkan dari penyimpangan-penyimpangan yang mereka lakukan, meski akhirnya mereka pun dimasukkan ke surga.
Dalam hadits lain Beliau shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam memuji tiga generasi terbaik umat Islam. Yang pertama adalah generasi beliau, yakni para sahabat beliau. Mereka telah mengambil ajaran Islam yang masih segar, langsung dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Mereka mengamalkan Islam dengan bimbingan langsung dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Generasi setelahnya adalah generasi tabi’in, yaitu generasi yang menimba ilmu dari para murid Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Generasi setelahnya adalah yang menimba ilmu dari tabi’in, yaitu atba’ut tabi’in.
Ketiga generasi ini telah mengamalkan Islam dengan sebaik-baiknya, Islam yang masih murni, belum tercampuri oleh berbagai bid’ah dan syubhat. Ketiga generasi terbaik inilah yang disebut sebagai as-salafush shalih (pendahulu kita yang saleh). Maka dari itu, barang siapa ingin menempuh jalan kebenaran, hendaknya dia mengikuti metode mereka dalam mengamalkan Islam, baik dalam hal ibadah, akidah, adab, maupun muamalah. Singkatnya, al-Qur’an dan as-Sunnah mesti diamalkan berdasarkan pemahaman as-salafush shalih.
Namun, ada hal penting yang perlu kita perhatikan. Sekalipun mereka adalah generasi terbaik, kita tetap tidak boleh taklid kepada individu sahabat, tabi’in, dan atba’ut tabi’in. Sebab, mereka itu manusia biasa, tidak maksum. Terkadang mereka juga berselisih, hanya saja perselisihan mereka sangat sedikit. Seandainya kita mendapati perselisihan pendapat mereka, hendaknya kita tetap memilih pendapat yang cocok dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Ibnul Qasim berkata, “Saya mendengar al-Imam Malik dan al-Laits berkata, ‘Perselisihan para sahabat Rasulullah itu tidak seperti yang dikatakan manusia bahwa padanya ada kelapangan. Tidak demikian, yang ada adalah benar dan salah.’ Pendapat yang sesuai dengan dalil, itulah kebenaran yang kita ikuti.”
Pembaca Qonitah yang dirahmati oleh Allah…. Kesimpulannya, jalan kebenaran adalah mengamalkan al-Qur’an dan as-Sunnah berdasarkan pemahaman as-salafush shalih. Itulah prinsip untuk menentukan suatu kebenaran.
Di jalan kebenaran itulah terdapat beragam amalan yang bisa mengantarkan ke surga. Misalnya, menegakkan shalat, berpuasa, menunaikan zakat, berhaji, berjihad, berdakwah, membaca al-Qur’an, berzikir, dan sebagainya. Amalan-amalan tersebut adalah jalan-jalan keselamatan. Jadi, jalan keselamatan memang banyak jumlahnya, tetapi bermuara kepada satu jalan kebenaran, yaitu pelaksanaannya berdasarkan pemahaman as-salafush shalih. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٞ وَكِتَٰبٞ مُّبِينٞ ١٥ يَهۡدِي بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَٰنَهُۥ سُبُلَ ٱلسَّلَٰمِ
“Telah datang kepada kalian cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan (al-Qur’an). Yang dengan kitab itu Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan.” (al-Maidah: 15-16)
Demikianlah gambaran hakikat jalan kebenaran. Jalan inilah yang setiap hari kita mohon kepada Allah dalam setiap rakaat shalat kita,
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ٦
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (al-Fatihah: 6)
Jalan yang lurus itu mesti diupayakan dengan menuntut ilmu agama, kemudian mencurahkan segala kemampuan untuk mengamalkannya. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk selalu berada di jalan-Nya sampai kita menghadap-Nya. Amin.
Wallahu a’lamu bish shawab.
🌎 Disalin dari http://qonitah.com/jalan-kebenaran-hanya-satu/
〰〰〰〰〰〰〰〰
📚 WA Salafy Kendari 📡
Tidak ada komentar:
Posting Komentar