Rabu, 20 Januari 2016

Menunaikan ibadah yang hukumnya wajib adalah sebuah prioritas

Keadaan Salaf di Dalam Ibadah 4

Rambu yang Kedua

Menunaikan ibadah yang hukumnya wajib adalah sebuah prioritas

Ibadah dengan mendahulukan amalan yang wajib adalah yang utama.

Sebagian manusia didapati jika ingin beribadah maka dia akan memperindah amalan-amalan yang mustahab tapi amalan-amalan wajibnya di tinggalkan, atau dia tidak memperindah amalan-amalan yang wajibnya.

Telah datang hadits dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah berkata: ... Tidaklah hamba-Ku bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Ku yang lebih Aku cintai dibandingkan dari penunaian yang Aku wajibkan atasnya..." (HR. Bukhari).

Hadits ini menunjukkan dalil yang jelas bagi seorang yang beribadah kepada Allah hendaknya lebih mengutamakan amalan-amalan yang wajib, kemudian setelah purna menunaikannya, barulah dia perbanyak amalan-amalan yang nafilah (mustahab).

Adapun jika ada seseorang yang menyepelekan perkara yang wajib tapi bersungguh-sungguh pada perkara yang mustahab maka yang seperti ini merupakan kesalahan dan menyelisihi dengan apa yang telah dijalani oleh Rasulullah dan apa yang diridhai oleh Allah.

Yang menguatkan tentang  rambu ibadah ini juga, adalah hadits yang dibawakan oleh shahabat Thalhah ibn Ubaidillah radhiallahu anhu, beliau berkata, "Seorang lelaki datang menemui Rasulullah. Lelaki tersebut seorang tokoh yang berasal dari Najd.
   Di hadapan Rasulullah dia berbicara, suaranya terdengar akan tetapi aku tidak bisa memahami apa yang sedang ia bicarakan.
   Hingga aku pun mendekat, ternyata dia bertanya tentang islam.
   Rasulullah berkata, "Engkau wajib menunaikan shalat di 5 waktu pada siang dan malamnya."
  Orang tersebut bertanya lagi, "Apakah ada yang diwajibkan untukku dari yang selain itu?"
   Rasulullah menjawab, "Tidak ada, kecuali yang ada adalah perkara yang tathawwu (mustahab)."
  
   Rasulullah melanjutkan, "Engkau wajib pula menunaikan puasa di bulan Ramadhan."
   Orang tersebut bertanya lagi, "Apakah ada yang diwajibkan untukku dari yang selain itu?"
   Rasulullah menjawab, "Tidak ada, kecuali yang ada adalah perkara yang tathawwu (mustahab)."
  
   Kemudian Rasulullah melanjutkan kembali, "Engkau wajib pula menunaikan zakat."
   Orang tersebut bertanya lagi, "Apakah ada yang diwajibkan untukku dari yang selain itu?"
   Rasulullah menjawab, "Tidak ada, kecuali yang ada adalah perkara yang tathawwu (mustahab)."

   Orang itu pun pergi seraya berkata, "Demi Allah, aku tidak akan menambah atau mengurangi perkara ini."
   Rasulullah ketika mendengarnya, bersabda, "Dia akan selamat jika memang jujur." (HR. Bukhari dan Muslim).

Aku katakan (Syaikh Muhammad Bazmul): Orang ini mendapat pujian dari Rasulullah pada sabdanya "Dia akan selamat jika memang jujur."

Dari lafazh itu memberikan pelajaran bahwa seorang muslim jika ingin beribadah kepada Allah maka yang utama baginya adalah membaguskan penunaian terhadap perkara-perkara yang telah diwajibkan atas dirinya.

Ini disebabkan karena kebahagiaan, kesuksesan dan keselamatan dirinya didapat jika dia jujur dalam penunaian ibadah-ibadah tersebut.

Maksud jujur di dalam ibadah adalah mengikhlashkan ibadah hanya kepada Allah dan tidak berbuat syirik (menyekutukan) kepada Allah dengan suatu apapun.

Juga, maksud jujur di sini adalah dia:
-Bersemangat untuk mengikuti sunnah nabi shallallahu alaihi wasallam
-Beribadah kepada Allah dengan bimbingan nabi-Nya.

Maka dengan demikian, dia pun akan shalat, puasa, haji dan zakat sebagaimana dengan apa yang Allah perintahkan.

Dia pun akan menunaikan thaharah (bersuci) dan ibadah-ibadah yang lainnya di atas cara yang sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan.

Dia akan selalu menempatkan jalan sunnah yang jelas ini sebagai acuan, sabda nabi shallallahu alaihi wasallam, "Barang siapa yang berbuat suatu amalan yang sebelumnya tidak ada contohnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak." (HR. Muslim).

Di atas rambu ini pula lah, dahulu para salafush shalih menjalaninya.

Maka orang (dalam hadits di atas) itu pun bersungguh-sungguh di dalam shalat 5 waktunya dan ibadah-ibadah lainnya.

Para salafush shalih tidaklah menyepelekan ibadah dan memperbanyak amalan yang mustahab.

Pada setiap orang dari mereka akan terlihat penunaian kewajiban-kewajiban yang telah Allah diwajibkan atas dirinya sebagaimana hal ini mencocoki sabda nabi dalam hadits qudsi, "... Tidaklah hamba-Ku bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-Ku yang lebih Aku cintai dibandingkan dari penunaian yang Aku wajibkan atasnya..." (HR. Bukhari).

Insya Allah bersambung ke bagian 5

(Terjemah bebas dari Haalus Salaf ma'al Ibadah-Syaikh Muhammad Bazmul, hal 12-15, cet. Darul Mirats 2012).
➖➖➖
💐 Wa Sedikit Faidah Saja (SFS)
➖➖➖
💾 Arsip lama Wa SFS, INdiC dan INONG terkumpul di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr

#terjemah_haalussalaf_maal_ibadah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar