MAKNA MEMURNIKAN TAUHID
⌛Memurnikan Tauhid adalah Membersihkan Tauhid dari segala hal yang mengotorinya, berupa Kesyirikan (baik kecil atau besar), Bid’ah, maupun Kemaksiatan (disarikan dari penjelasan Syaikh Abdurrahman as-Sa’di Rahimahullah).
📖 Dalil :
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
🍃 Sesungguhnya Ibrahim adalah teladan yang baik, tunduk patuh kepada Allah, lurus, dan tidak pernah termasuk orang-orang yang berbuat kesyirikan. (Q.S anNahl:120).
☀️ Penjelasan :
🌈 Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim Alaihis Salam adalah contoh orang yang Memurnikan Tauhidnya.
🌹 Allah Subhaanahu Wa Ta'ala sebutkan 4 sifat Ibrahim dalam Ayat ini, yaitu:
1⃣. Ummat : Teladan yang mengajarkan kebaikan.
عَنْ مَسْرُوْقٌ قَالَ : قَرَأْتُ عِنْدَ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ أَنَّ إِبْرَاهِيْمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ قَالَ فَقَالَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ : إِنَّ مُعَاذًا كَانَ أُمَّةً قَانِتًا قَالَ فَأَعَادُوْا عَلَيْهِ فَأَعَادَ ثُمَّ قَالَ : أَتَدْرُوْنَ مَا الْأُمَّةُ ؟ الَّذِي يُعَلِّمُ النَّاسَ الْخَيْرَ وَ الْقَانِتُ الَّذِي يُطِيْعُ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
🍃 Dari Masruq beliau berkata: Aku membaca (ayat) di sisi Abdullah bin Mas’ud (surat anNahl:120) : Sesungguhnya Ibrohim adalah Ummat qoonitan lillah. Maka Ibnu Mas’ud berkata: Sesungguhnya Muadz adalah ummat qoonitan. Kemudian mereka mengulanginya dan beliau mengulanginya. Kemudian beliau berkata: Apakah kalian tahu apa ummat itu? Yaitu Orang yang mengajarkan Kebaikan kepada manusia. Dan Qoonit adalah yang Mentaati Allah dan RasulNya. (H.R al-Hakim, dinyatakan shahih sesuai syarat al-Bukhari dan Muslim, dan disepakati oleh adz-Dzahaby).
🔎 Nabi Ibrohim adalah satu orang, namun disebut sebagai Ummat. Padahal kata ummat biasanya disebutkan untuk orang yang banyak jumlahnya.
👍 Hal ini untuk memberikan Semangat bagi orang yang mengikuti jejak beliau bahwa seakan-akan mereka tidak mengikuti satu orang saja, tapi seakan-akan mereka mengikuti suatu ummat atau sekelompok orang. Sehingga hal itu membuat pengikut beliau semakin berbesar hati dan tidak merasa minder (disarikan dari penjelasan Syaikh Sholih Aalusy Syaikh).
🌷 Demikian juga Nabi Shollallahu Alaihi Wasallam mendefinisikan kelompok yang selamat dan terlepas dari penyimpangan adalah al-Jamaah. al-Jamaah itu biasa dipahami sebagai sekelompok orang.
🔖 Namun, secara istilah, Sahabat Nabi Ibnu Mas’ud Radhiyallaahu Anhu mendefinisikan makna al-Jamaah sebagai:
إِنَّمَا الْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ طَاعَةَ اللهِ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ
🍃 Al-Jamaah itu adalah yang sesuai dengan Ketaatan kepada Allah, meski engkau Sendirian. (riwayat al-Laalikaai dalam Syarh Ushul I’tiqod Ahlissunnah wal Jamaah(1/108) dengan sanad yang shahih).
🔰 Karena itu, janganlah kita merasa berkecil hati jika meniti al-Haq meskipun sendirian.
2⃣. Qaanit: Tunduk patuh kepada Allah. Sebagaimana penjelasan Ibnu Mas’ud di atas.
3⃣. Haniif, menyimpang dari kesyirikan. Lurus di atas Tauhid.
4⃣. Tidak pernah berbuat kesyirikan.
▶️ Nabi Ibrahim tidak pernah sekalipun berbuat kesyirikan. Karena itu ini adalah Dalil yang membantah anggapan sebagian orang bahwa Nabi Ibrahim pernah dalam keadaan tidak bertuhan, dan mengalami proses pencarian tuhan.
🔵 Sesungguhnya yang disebutkan dalam surat al-An’aam ayat 76-78 adalah debat antara Nabi Ibrahim dengan kaumnya, seakan-akan Nabi Ibrahim ketika menunjuk ke bintang, bulan, dan matahari menyatakan: Apakah yang seperti ini layak menjadi Tuhanku. Untuk membantah keyakinan kaumnya. Bukannya Nabi Ibrahim dalam proses pencarian Tuhan. Demikian yang dijelaskan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
=====================
📕 Dikutip dari Draf Buku " Tauhid, Anugerah yang Tak Tergantikan "
▶️ Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.
=====================
✍ http://telegram.me/alistiqomah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar