📚 KAEDAH-KAEDAH FIQHIYAH
DARI KITAB AL-MANZHUMAH AL-QAWAIDUL FIQHIYAH 📖
🌹Pertemuan Keenam Belas🌹
✒BAIT KE 16🖋
🔊 قَالَ الْعَلَّامَةُ السَّعْدِي رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى:
وَلَيْسَ وَاجِبٌ بِلَا اقْتِدَارِ ...... وَلَا مُحَرَّمٌ مَعَ اضْطِرَارِ
🔊 Berkata al-‘Allamah as-Sa’di rahimahullah
“Bukanlah suatu kewajiban jika tiada kemampuan …
Dan tidak ada yang diharamkan saat darurat.”
-----------------------------
📬 PENJELASAN
☀ 1. Nama kaedah:
Ini adalah kaedah keenam dan ketujuh yang disebutkan as-Sa’di rahimahullah dalam manzhumahnya ini. Dalam bait ini terkandung dua kaedah;
📌a. Kaedah pertama: Perkara yang wajib gugur ketika tidak ada kemampuan mengerjakannya.
📌b. Kaedah kedua: Sesuatu yang haram boleh dilakukan ketika darurat.
☀ 2. Makna Kaedah Pertama;
Seorang hamba dituntut untuk mengerjakan hal-hal yang diwajibkan atas dirinya, namun jika ada penghalang untuk melakukan suatu hal yang wajib sehingga tidak memiliki kemampuan mengerjakannya, maka hal yang wajib tersebut gugur darinya, baik gugur secara keseluruhan maupun gugur dari asalnya dan berpindah kepada penggantinya.
☀ 3. Dalil Kaedah Pertama:
Firman Allah Ta’ala;
{فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ}
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” [QS. at-Taghaabun:16]
{لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا}
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” [QS. Ath-Thalaaq:7]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ».
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dan apabila kalian diperintah maka kerjakanlah menurut kemampuan kalian.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]
☀ 4. Contoh-contoh penerapannya;
🔸- Apabila seseorang tidak mampu berwudhu dengan air karena sakit atau tidak mendapatkan air, maka boleh baginya berpindah ke tayammum.
{وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ}
“dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan (jimak), lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.” [QS. al-Maaidah:6]
🔸- Apabila seseorang memiliki kemampuan harta untuk berhaji, akan tetapi tidak mampu pergi karena faktor lanjut usia atau sakit yang tidak dapat disembuhkan lagi, maka boleh baginya mewakilkan hajinya kepada orang lain.
⚠ Dua contoh diatas adalah jenis kewajiban yang tidak gugur secara keseluruhan, akan tetapi berpindah kepada penggantinya.
🔹- Gugurnya Thawaf Wada’ bagi wanita haid.
🔹- Gugurnya shalat wajib bagi wanita haid atau nifas.
⚠ Dua contoh diatas adalah jenis kewajiban yang gugur secara keseluruhan.
🚪 Wallahu a’lam bish shawab.
Bersambung in syaa Allah …
-------------------------------
✏ Disusun oleh Abu 'Ubaidah bin Damiri al-Jawy, 16 Sya’ban 1437/ 23 Mei 2016_di kota Ambon Manise.
📥 Silahkan kunjungi blog kami untuk mendapatkan artikel kami yang lainnya dan mengunduh PDF-nya serta aplikasi android Forum KIS di:
www.pelajaranforumkis.com atau www.pelajarankis.blogspot.com
🌐 Ikuti pula channel Forum kami di aplikasi TELEGRAM!
https://bit.ly/ForumKIS
-----------------------
📚 WA. FORUM KIS 📚
Tidak ada komentar:
Posting Komentar