Rabu, 13 Juli 2016

AWAS DUKUN TUKANG RAMAL PENCIDUK AGAMA DAN HARTA BAG 2

AWAS, DUKUN & TUKANG RAMAL, PENCIDUK AGAMA DAN HARTA (BAG. 2)

📌 Berhati-hati dari Orang Jahil

Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya telah memperingatkan kita agar berhati-hati dari orang jahil dan sepak terjangnya, karena bahaya berteman dengan mereka sangat besar. Dia akan menjerumuskan dirimu ke lubang kemaksiatan walaupun kamu mengetahui hukumnya. Orang jahil lebih dekat kepada Iblis dan tentara-tentaranya daripada kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan tentara-tentara-Nya, dan mereka sendiri adalah tentara Iblis. Bila kamu mendekati mereka, pasukan Iblis akan bergerak untuk menciduk dirimu, agama dan hartamu.

Dalam kehidupan kaum muslimin sekarang ini sangat terlihat berbagai praktik kehidupan yang didasari oleh kejahilan. Bahkan mayoritas praktik kehidupan yang merupakan perilaku jahiliah menjadi kebanggaan. Prinsip mereka adalah apa yang di jelaskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam firman-Nya,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُواْ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُواْ بَلۡ نَتَّبِعُ مَآ أَلۡفَيۡنَا عَلَيۡهِ ءَابَآءَنَآۚ أَوَلَوۡ كَانَ ءَابَآؤُهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ شَيۡ‍ٔٗا وَلَايَهۡتَدُونَ ١٧٠

“Mereka berkata, ‘(Tidak) kami hanya mengikuti apa yang kami telah dapati dari perbuatan nenek moyang kami.’ Apakah mereka akan mengikuti juga walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu apa pun dan tidak mendapat petunjuk.” (al-Baqarah: 170)

Pertanyaan ini telah dijawab oleh kenyataan yang ada bahwa walaupun nenek moyang mereka dalam keadaan tidak mengetahui, tidak mendapatkan petunjuk dan berada dalam kesesatan, toh nenek moyang itu tetap diikuti dari ujung rambut sampai ujung kaki. Demikianlah bahaya kebodohan, yaitu akan membutakan sehingga tidak bisa melihat cahaya Allah subhanahu wa ta’ala yang telah menerangi alam ini, malamnya bagaikan siang.

Prinsip “mati urip” membela ajaran nenek moyang dijadikan sebagai senjata untuk menolak kebenaran, berpaling darinya dan membencinya. Dengan prinsip di atas mereka berani membela kebatilan dan melindungi pelakunya.

1⃣ Allah subhanahu wa ta’ala telah memperingatkan di dalam firman-Nya,

فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ ٣٥

“Maka janganlah kalian termasuk orang-orang yang jahil.” (al-An’am: 35)

Ayat ini menjelaskan agar kita jangan sampai menjadi orang jahil yang tidak mengetahui hakikat permasalahan dan meletakkan permasalahan tidak pada tempatnya.

2⃣ Allah subhanahu wa ta’ala membimbing agar Nabi Musa ‘alaihissalam berlindung dari sifat kejahilan:

قَالَ أَعُوذُ بِٱللَّهِ أَنۡ أَكُونَ مِنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ ٦٧

“Musa berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang bodoh.’” (al-Baqarah: 67)

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Karena sesungguhnya orang jahil itu adalah orang yang berbicara dengan sebuah ucapan yang tidak berfaedah dan orang-orang yang suka menghina orang lain.” (Tafsir as-Sa’di hlm. 37)

Beliau juga mensifati orang-orang jahil dan tolol dengan: “Kejahilan tentang maslahat dirinya dan dia melakukan segala apa yang memudaratkannya.” (Tafsir as-Sa’di, hlm. 26)

3⃣ Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalam agar menyingkir dan meninggalkan orang-orang jahiliah dalam firman-Nya,

وَأَعۡتَزِلُكُمۡ وَمَا تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَأَدۡعُواْ رَبِّي عَسَىٰٓ أَلَّآ أَكُونَ بِدُعَآءِ رَبِّي شَقِيّٗا ٤٨

“Dan aku akan menyingkir dari kalian dan apa-apa yang kalian sembah selain Allah dan aku hanya berdoa kepada Rabbku semoga aku dengan itu tidak termasuk orang-orang yang celaka.” (Maryam: 48)

4⃣ Allah subhanahu wa ta’ala bercerita tentang sikap Nabi Musa ‘alaihissalam terhadap kaumnya dalam firman-Nya,

وَإِنِّي عُذۡتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمۡ أَن تَرۡجُمُونِ ٢٠ وَإِن لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ لِي فَٱعۡتَزِلُونِ ٢١

“Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabbku dan Rabb kalian dari keinginan kalian merajamku, dan jika kamu tidak beriman kepadaku maka biarkanlah aku menyingkir dari kalian (memimpin bani Israil).” (ad-Dukhan: 20-21)

5⃣ Allah subhanahu wa ta’ala bercerita tentang Ashabul Kahfi dalam firman-Nya,

وَإِذِ ٱعۡتَزَلۡتُمُوهُمۡ وَمَا يَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ فَأۡوُۥٓاْ إِلَى ٱلۡكَهۡفِ يَنشُرۡ لَكُمۡ رَبُّكُم مِّن رَّحۡمَتِهِۦ وَيُهَيِّئۡ لَكُم مِّنۡ أَمۡرِكُم مِّرۡفَقٗا ١٦

“Apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Rabbmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepada kalian dan menyediakan sesuatu yang berguna buat kalian dalam urusan kalian.” (al-Kahfi: 16)

6⃣ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan di dalam sabdanya,

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَأَضَلُّوْا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dengan mencabutnya dari setiap hamba namun Allah mencabutnya dengan mematikan orang-orang alim. Sehingga di saat Allah tidak menyisakan seorang pun dari mereka, manusia mengangkat orang-orang jahil sebagai pemimpin mereka. Mereka ditanya mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu sehingga sesat dan menyesatkan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

7⃣ Al-Imam Malik rahimahullah mengatakan, “Tidak boleh diambil ilmu dari empat orang (1) Orang yang memproklamirkan kejahilannya (2) Orang yang selalu mengikuti hawa nafsu (3) Orang yang terkenal pendusta dalam ucapannya walaupun dia tidak berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (4) Orang memiliki keutamaan dan kebaikan namun dia tidak mengetahui apa yang sedang diucapkannya.” (Jami’ Bayan al-‘Ilmi, 2/48)

Dalil-dalil di atas menjelaskan kepada kita sikap yang selamat dan menyelamatkan yaitu menyingkir dari orang-orang jahil yang tidak mau menerima kebenaran. Dan termasuk dari sederetan orang-orang jahil adalah para dukun dan tukang ramal.

(Bersambung, insya Allah)

🔼 Dikutip dari :
http://asysyariah.com/awas-dukun-tukang-ramal-penciduk-agama-dan-harta-bagian-1/

✍ Ditulis oleh :
Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah an-Nawawi hafidzahullahu ta'ala

〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Tidak ada komentar:

Posting Komentar