Mu'tazilah, Kelompok sesat pemuja akal
Bagian 2
*Asas dan Landasan Mu’tazilah*
_Mu’tazilah mempunyai asas dan landasan yang selalu dipegang erat oleh mereka, bahkan di atasnyalah prinsip-prinsip mereka dibangun_. *Asas dan landasan itu mereka sebut dengan al-Ushulul Khamsah (lima landasan pokok)*. Adapun rinciannya sebagai berikut.
▪ *Landasan Pertama: At-Tauhid*
_Yang mereka maksud dengan at-Tauhid adalah mengingkari dan meniadakan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala, dengan dalil bahwa menetapkan sifat-sifat tersebut berarti telah menetapkan untuk masing-masingnya tuhan, dan ini suatu kesyirikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, menurut mereka. (Firaq Mu’ashirah, 2/832)_
▪ *Oleh karena itu, mereka menamakan diri dengan ahlut tauhid atau al–Munazihuuna lillah (orang-orang yang menyucikan Allah subhanahu wa ta’ala)*.
✋🏿 *Bantahan:*
_Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Dalil ini sangat lemah, bahkan menjadi runtuh dengan adanya dalil sam’i (naqli) dan ‘aqli yang menerangkan tentang kebatilannya. Adapun dalil sam’i, Allah subhanahu wa ta’ala menyifati dirinya sendiri dengan sifat-sifat yang begitu banyak, padahal Dia Dzat Yang Maha Esa_. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ بَطۡشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ ١٢ إِنَّهُۥ هُوَ يُبۡدِئُ وَيُعِيدُ ١٣ وَهُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلۡوَدُودُ ١٤ ذُو ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡمَجِيدُ ١٥ فَعَّالٞ لِّمَا يُرِيدُ ١٦
“Sesungguhnya azab Rabbmu sangat dahsyat. Sesungguhnya Dialah yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali), Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih, Yang mempunyai ‘Arsy lagi Mahamulia, Mahakuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (al-Buruj: 12—16)
سَبِّحِ ٱسۡمَ رَبِّكَ ٱلۡأَعۡلَى ١ ٱلَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ ٢ وَٱلَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ ٣ وَٱلَّذِيٓ أَخۡرَجَ ٱلۡمَرۡعَىٰ ٤ فَجَعَلَهُۥ غُثَآءً أَحۡوَىٰ ٥
“Sucikanlah Nama Rabbmu Yang Mahatinggi, Yang Menciptakan dan Menyempurnakan (penciptaan-Nya), Yang Menentukan takdir (untuk masing-masing) dan Memberi Petunjuk, Yang Menumbuhkan rerumputan, lalu Ia jadikan rerumputan itu kering kehitam-hitaman.” (al-A’la: 1—5)
▪Adapun dalil ‘aqli, sifat-sifat itu bukanlah sesuatu yang terpisah dari yang disifati. Jadi, ketika sifat-sifat tersebut ditetapkan, tidak menunjukkan bahwa yang disifati itu lebih dari satu, bahkan ia termasuk dari sekian sifat yang dimiliki oleh dzat yang disifati tersebut. Segala sesuatu yang ada ini pasti mempunyai berbagai macam sifat….” (al-Qawa’idul Mutsla, hlm. 10—11)
▪Menetapkan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala tanpa menyerupakannya dengan sifat makhluk bukanlah bentuk kesyirikan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam ar-Risalah al-Hamawiyah, “Menetapkan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala tidak termasuk meniadakan kesucian Allah subhanahu wa ta’ala, tidak pula menyelisihi tauhid, atau menyamakan Allah subhanahu wa ta’ala dengan makhluk-Nya.”
▪ *Bahkan, hal ini termasuk konsekuensi dari tauhid al-asma wash-shifat*. Adapun yang meniadakannya, justru merekalah orang-orang yang terjerumus ke dalam kesyirikan. Sebab, sebelum meniadakan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala tersebut, mereka terlebih dahulu menyamakan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala dengan sifat makhluk-Nya. Lebih dari itu, ketika mereka meniadakan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala yang sempurna itu, sungguh mereka telah menyamakan Allah subhanahu wa ta’ala dengan sesuatu yang penuh kekurangan dan tidak ada wujudnya. Sebab, tidak mungkin sesuatu itu ada tanpa mempunyai sifat sama sekali.
▪ *Oleh karena itu, Ibnul-Qayyim rahimahullah di dalam Nuniyyah-nya menjuluki mereka dengan ‘Abidul-Ma’duum (penyembah sesuatu yang tidak ada wujudnya). (Untuk lebih rincinya lihat kitab at-Tadmuriyyah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, hlm. 79—81)*
Bersambung...
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
📋 _Sumber_, *asysyariah Edisi 09/14 November 2011*
▶ *Klik Join telegram* 🔽
🔵 http://bit.ly/FadhlulIslam
🌍 www.salafymedia.com
📡 *Publikasi*:
📚 *WA Fadhlul Islam Bandung*
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Tidak ada komentar:
Posting Komentar