Minggu, 28 Maret 2021

TAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK MEMPERBAIKI DIRI

🔒🔐🔓 TAK ADA KATA TERLAMBAT UNTUK MEMPERBAIKI DIRI

Ketika al-Imam al-Qaffâl al-Syâsyi -kelak disebut Al Qaffal Al Kabir karena umurnya lebih tua- (w. 365 H) mampu membuat gembok mini beserta kuncinya seberat 1 dâniq (0.496 gram), masyarakat kagum, heboh luar biasa, nama beliau viral. Namun ketika seorang Abu Bakar al-Qaffâl -kelak terkenal dengan sebutan al-Imam al-Qaffâl al-Shaghîr- mampu membuat gembok lebih mini lagi beserta kuncinya seberat satu طسوج ( thassûj ) (¼ dâniq= 0.124 gram),

وأراه الناس فاستحسنوه ولم يشع له ذكر

masyarakat menyukainya, tapi tak sempat viral.

Ia pun mengadu pada sahabatnya:

ألا ترى كل شئ يفتقر إلى الحظ؟ عمل الشاشي قفلا وزنه دانق وطنت به البلاد، وعملت أنا قفلا بمقدار ربعه ما ذكرني أحد!

Tidakkah kau tahu bahwa segala sesuatu tergantung hoki? Al-Syâsyi membuat gembok beserta kuncinya seberat 1 dâniq, sebab itu virallah namanya (bergemuruh suara penduduk negeri menyebut-nyebut namanya). Sementara Aku membuat gembok seberat ¼ dari berat buatannya, gak ada yang menyebut-nyebut namaku.

Sahabatnya pun berkata:

إنما الذكر بالعلم لا بالأقفال

Namanya disebut-sebut itu hanyalah karena ilmu, bukan karena gembok.

Ia pun termotivasi dan serius mendalami ilmu (fiqh), padahal saat itu usianya telah mencapai 40 tahun. Ia lalu mendatangi seorang Syaikh di Merv (Marwa) dan Syhaikh itu pun mengetahui motivasinya, sehingga Syaikh itu mengajarinya permulaan kitab al-Muzanni, yaitu kalimat

هذا كتاب اختصرته

Hâdzâ kitâbun, ikhtashortuhu
(Ini adalah buku, Aku meringkasnya)

فرقي إلى سطحه وكرر عليه هذه الثلاثة ألفاظ من العشاء إلى أن طلع الفجر فحملته عينه فنام ثم انتبه وقد نسيها فضاق صدره وقال: أيش أقول للشيخ؟

Setelah itu, Ia pulang dan naik ke atap dan terus mengulang-ulang tiga lafadz itu dari Isya' hingga terbit fajar. Matanya tak kuasa menahan kantuk sehingga membuatnya tertidur. Lalu, Ia bangun, namun hafalan itu pun terlupa, sehingga sempitlah dadanya sembari berkata:

أيش أقول للشيخ؟

Apa yang akan kukatakan pada Syaikh?.

وخرج من بيته فقالت له امرأة من جيرانه: يا أبا بكر لقد أسهرتنا البارحة في قولك هذا كتاب اختصرته

Lalu, Ia keluar rumah. Tiba-tiba seorang perempuan tetangganya berkata: Hei Abu Bakar! Semalaman kami begadang gegara ucapanmu: Hâdzâ kitâbun ikhtashortuhu.

Ia pun mempelajari kalimat itu dari si tetangga tersebut dan kembali ke Syaikh-nya sembari menceritakan kejadian itu.

Syaikh itu pun berkata padanya:

لا يصدنك هذا عن الاشتغال فإنك إذا لازمت الحفظ والاشتغال صار لك عادة

Hal itu jangan membuatmu berpaling dari tekun belajar. Karena jika engkau terus-menerus menghafal dan tekun-belajar, maka itu kan menjadi kebiasaanmu.

فجد ولازم الاشتغال حتى كان منه ما كان فعاش ثمانين سنة أربعين جاهلا وأربعين عالما،

Akhirnya, Ia pun bersungguh-sungguh dan tekun hingga ia menjadi alim faqih, salah seorang pilar madzhab Syafii, sehingga ia hidup selama 80 tahun: 40 tahun dalam keadaan tak mengerti dan 40 tahun dalam keadaan alim.

وقال أبو المظفر السمعاني، عاش تسعين سنة ومات سنة ٤١٧ من هجرة رسول الله ﷺ‌

Abul Mudzoffar al-Sam'ani berkata bahwa usia  beliau mencapai 90 tahun dan wafat tahun 417 H.

Disarikan dari:

معجم البلدان ج ٥ ص ١١٦

========================
📖📚 Mu'jam Buldan, 5/116

Mu'jam al-Buldan (bahasa Arab: معجم البلدان‎; Ensiklopedia Negeri-negeri) adalah sebuah buku geografi yang ditulis oleh Yaqut al-Hamawi,[1][2][3] seorang ilmuwan muslim yang dikenal dengan karya-karya ensiklopedianya. Yaqut mulai mengerjakannya pada tahun 1224 dan selesai setahun sebelum ia meninggal pada tahun 1228. Buku ini lebih tepat dikategorikan sebagai karya sastra gerografi karena juga mencakup sisi sejarah, etnografi dan legenda yang berkaitan dengan tempat yang sedang dibahas.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mu%27jam_al-Buldan

Tulisan : Abul Faroj Al Jawi

1 komentar: