Jumat, 10 September 2021

YANG BERMATA INDAH

YANG BERMATA INDAH

✒️Oleh Al Ustadz Abu Amr As Sidawy

Diriwayatkan oleh Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Asy Syafi'i dalam kitabnya Al Ghailaaniyyaat, beliau menyebutkan sanad sampai Imam Tsabit Al Bunaany semoga Allah merahmatinya, beliau berkata,

"Suatu hari, aku bermajelis dengan Shahabat Anas bin Malik. Tiba-tiba putra beliau datang dari medan tempur, dia disebut dengan nama kunyah Abu Bakar. Shahabat Anas bertanya tentang kondisinya. Dia pun berkata, "Maukah aku ceritakan kisah temanku sewaktu di medan tempur?"

"Ketika itu kami berjalan di tengah-tengah pasukan, tiba-tiba dia melompat sambil berteriak. Kami bergegas menemuinya. Kami mengira ada serangan yang menimpanya. Kami bertanya, "Ada apa denganmu?" Dia pun bercerita, "Dulu aku pernah berkata kepada diriku sendiri, aku tidak akan menikah sampai aku mati syahid. Aku berharap bisa mempersunting seorang bidadari."

"Tak kunjung aku mendapatkan syahid, aku berkata dalam perjalananku ini, jika aku selamat bisa kembali pulang, aku akan menikah.

Tapi tadi aku tertidur, tiba-tiba dalam mimpiku ada seseorang yang datang dan berkata kepadaku, "Apakah kamu yang bilang, bila aku bisa kembali pulang, aku akan menikah? Bangkitlah sungguh Allah telah menikahkan engkau dengan Al 'Ainaa (bermata indah)!"

"Kemudian dia membawaku ke sebuah padang rumputhijau dan rimbun. Padanya ada sepuluh gadis. Masing-masing membawa kerajinan yang dibuat. Aku tidak pernah melihat wanita secantik mereka. Aku bertanya, "Apakah di antara kalian adalah Al 'Ainaa?" Mereka menjawab, "Tidak, kami hanya pelayannya saja. Dia ada di depanmu. Majulah lagi."

"Aku pun melanjutkan perjalanan. Ternyata aku melihat padang rumput yang lebih hijau dan lebih rimbun daripada yang sebelumnya. Padanya ada dua puluh gadis. Masing-masing membawa kerajinan yang dibuat. Kecantikan sepuluh gadis sebelumnya tidak setara dengan kecantikan dua puluh gadis ini. Aku pun bertanya, "Apakah di antara kalian ada Al 'Ainaa?" Mereka menjawab, "Tidak, kami hanya pelayannya saja. Dia di depanmu majulah lagi."

"Aku pun berjalan lagi. Tiba-tiba aku melihat padang rumput yang lebih hijau dari yang pertama dan kedua. Padanya ada empat puluh gadis. Nasing-masing membawa kerajinan yang dibuat. Kecantikan sepuluh gadis pertama dengan dua puluh gadis kedua tidak bisa menandingi kecantikan empat puluh gadis disini. Aku bertanya, "Apakah di antara kalian ada Al 'Ainaa?" Mereka menjawab, "Tidak, kami hanya pelayannya saja. Dia ada di depanmu. Majulah lagi."

Aku pun berjalan lagi, tiba-tiba aku melihat batu mulia yang berongga. Di dalamnya ada ranjang dan duduk di atasnya seorang wanita. Ada tempat kosong di sampingnya. Akupun bertanya, "Engkau Al 'Ainaa?" Dia menjawab, "Ya, selamat datang." Aku pun maju, ketika aku menjulurkan tanganku untuk menyentuhnya, tiba-tiba dia berkata, "Jangan, engkau masih memiliki Ruh. Tapi jangan khawatir engkau akan berbuka dengan kami malam ini." Aku pun terbangun."

Persis setelah lelaki ini berkisah, datang seseorang kemudian menyerukan, "Wahai pasukan Allah berangkatlah!" Kami pun berangkat dan bertemu dengan musuh. Aku terus memperhatikan lelaki tadi sambil melihat matahari dan aku terus mengingat kisahnya. Aku tidak tahu ketika matahari itu tenggelam mana yang lebih dahulu, apakah matahari yang dulun tenggelam ataukah kepalanya yang terpenggal duluan."

Subhanallah, Allahu akbar demikianlah perjuangan lelaki ini untuk menggapai kenikmatan surga. Walaupun kepala menjadi taruhannya sama sekali dia tidak ragu untuk melakukannya. Walaupun nyawa menjadi korbannya dia tidak ragu mempersembahkannya.

Ya Allah, Wahai Raja Alam Semesta. Ya Allah, wahai Dzat yang mengampuni dosa. Ya Allah, wahai Dzat Yang Maha Mengasihi lagi Menyayangi. Ya Allah, Wahai Dzat yang Maha Perkasa, teguhkanlah hamba diatas agama-Mu. Jadikanlah surga tempat tinggalku. Jadikanlah bidadari pasanganku.

Jauhkan aku dari segala siksa-Mu, hanya kepada-Mulah kami memohon. Hanya kepada-Mulah kami meminta. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang mengabulkan doa.

📔Disadur dari kitab Karaamatul Auliyaa'. Allahu a'lam

Majalah Qudwah edisi 64/Vol06 hal.32

Baca Selengkapnya di:
🌏https://www.atsar.id/2019/03/kisah-pemuda-perindu-bidadari-surga.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar