Selasa, 03 November 2015

MENGENAL LEBIH DEKAT KELOMPOK ASY'ARIYAH 8

MENGENAL LEBIH DEKAT KELOMPOK ASY'ARIYAH (Bagian 8)

✒📂 Ditulis oleh : Al Ustadz Abdurrahman Mubarak)

💥 Penyimpangan-penyimpangan Asy’ariyah

💡 Setelah kita menelusuri sosok Imam Abul Hasan al-Asy’ari, ternyata beliau adalah salah seorang ulama Ahlus Sunnah, bahkan dengan tegas beliau menyatakan berakidah seperti akidah al-Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal rahimahullah.

☝🏻 Sekarang masih ada satu pertanyaan yang perlu kita jawab, yaitu Benarkah Asy’ariyah termasuk golongan Ahlus Sunnah wal Jamaah?
Untuk menjawab masalah ini kita harus mengetahui hakikat kelompok ini dan pemikiran-pemikirannya.

📂 Siapakah Asy’ariyah?

Kelompok Asy’ariyah adalah kelompok yang mengklaim dirinya sebagai Ahlus Sunnah dan menganut paham al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah. Benarkah pengakuan mereka? Karena banyak yang mengaku dirinya sebagai Ahlus Sunnah, padahal akidahnya jauh dari akidah Ahlus Sunnah.

🌱 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

“Datangkanlah bukti kalian, jika kalian orang-orang yang benar.” (al-Baqarah: 111)

🌱 Kata pepatah Arab:
Semua orang mengaku sebagai kekasih Laila
Padahal Laila tidak mengakui mereka sebagai kekasihnya

📂 Sejarah Munculnya Paham Asy’ariyah

✊🏻 Telah kita ketahui bahwa bibit pemikiran Asy’ariyah muncul ketika Abul Hasan al-Asy’ari mengkritisi pemikiran Mu’tazilah ayah tirinya yakni Abu Ali al-Jubba’i, padahal itu terjadi jauh setelah masa generasi utama berakhir, bahkan setelah zaman Imam Ahlus Sunnah al-Imam Syafi’i rahimahullah. Berarti, di zaman sahabat, tabiin, tabiut tabiin, bahkan di zaman al-Imam Malik, Abu Hanifah, dan al-Imam Syafi’i, belum ada yang namanya paham Asy’ariyah. Telah kita ketahui pula bahwa Abul Hasan al-Asy’ari sendiri telah rujuk dari pendapatnya, menegaskan bahwa beliau di atas akidah al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah.

❓ Jadi siapakah panutan Asy’ariyah, jika imam yang empat saja tidak mengenal paham mereka?!

📂 Sumber Ilmu Asy’ariyah

Asy’ariyah adalah satu kelompok ahlul kalam, yakni mereka yang berbicara tentang Allah subhanahunwa ta'ala dan agama-Nya tidak berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah, mereka mengutamakan ra’yu (akal) mereka dalam membahas perkara agama. Oleh karena itu, kita akan mendapatkan penyimpangan mereka dalam ber-istidlal (pengambilan dalil).
Di antara prinsip mereka yang menyimpang dalam berdalil:

⏩ 1. Dalil-dalil sam’i adalah dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah mutawatir, bukan hadits-hadits ahad, karena hadits ahad bukanlah hujah dalam masalah akidah.
Ar-Razi berkata dalam Asasut Tadqis, “Adapun berpegang dengan hadits ahad dalam mengenal Allah subhanahu wa ta'ala tidaklah diperbolehkan.”

⏩ 2. Mendahulukan akal daripada dalil
Hal ini telah disebutkan oleh al-Juwaini, ar-Razi, al-Ghazali, dan lainnya
Sebagai contoh: Ar-Razi menjelaskan dalam Asasut Taqdis, “Jika nash bertentangan dengan akal maka harus mendahulukan akal.”

⏩ 3. Nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah dhaniyatud dalalah (kandungannya hanya bersifat kira-kira), tidak menetapkan keyakinan dan kepastian.

⏩ 4. Menakwil nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah tentang nama-nama dan sifat Allah subhanahu wa ta'ala.

⏩ 5. Sering menukil ucapan falasifah (orang-orang filsafat), ini kental sekali dalam kitab-kitab mereka sepeti Ihya Ulumudin. (Lihat Ta’kid Musallamat Salafiyah, Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asyairah)

📚 Sumber : Majalah AsySyariah 074

▪ Bersambung..

💻🌐 WhatsApp Salafy Indonesia http://forumsalafy.net

* Turut sertalah menyebarkan artikel ini, semoga Allah membalas anda dengan balasan yang terbaik.

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Tidak ada komentar:

Posting Komentar