Renungan Untuk Pembaca
RENUNGAN UNTUK IKHWAN LENDAH
(Edisi 35)
Jika ada yang bertanya : "Kenapa dalam setiap catatan Ustadz mengenai ikhwan-ikhwan di Lendah, seakan selalu menggambarkan hal-hal yang positif?"
"Apakah hal itu tidak terlalu berlebihan?" Memang benar! Kadang-kadang saya sendiri juga merasa takut jika berlebihan di dalam bercerita. Seolah-olah kondisi ikhwan-ikhwan di Lendah dan sekitarnya sudah cukup ideal, tidak ada cacat dan cela.
Tulisan tetaplah tulisan. Itu semua hanya berstatus sebagai catatan. Kata-kata yang dirangkai tidak mungkin pernah bisa menggambarkan keadaan yang sesungguhnya disini. Bayangan-bayangan indah tentang Lendah belum tentu seindah yang tertuang dalam tulisan.
Seandainya ada yang mengikuti setiap edisi dari serial Renungan Untuk Ikhwan Lendah, kemudian datang langsung untuk melihat realita yang ada disini, bisa jadi orang itu akan kecewa dan segera menyimpulkan : "Ternyata ..... Lendah, tidaklah seperti yang dicatatkan oleh Ustadz Mukhtar".
Saya tidak pernah dan belum pernah berharap, kondisi Lendah dan ikhwan-ikhwan-nya diperbandingkan dengan daerah lain. Saya tidak ridha dengan hal itu! Saya juga tidak pernah mengajarkan kepada ikhwan-ikhwan untuk membanding-bandingkan dengan kondisi daerah lain. Saya sering mengingatkan untuk banyak-banyak melakukan koreksi diri, mengevaluasi tentang kita sendiri dan selalu instropeksi.
Kenapa saya selalu menulis hal-hal yang positif? Sementara, manusia itu pasti punya kekurangan dan kesalahan?
Pertama, apa manfaatnya menulis tentang hal-hal yang negatif tentang ikhwan-ikhwan Salafy? Bukankah menulis tentang hal yang negatif justru memadharatkan dan merugikan? Saya justru takut jika membicarakan tentang kekurangan ikhwan-ikhwan Salafy malah akan berdampak buruk. Baik secara duniawi, apalagi ukhrawi.
Kedua, saya sudah memposisikan ikhwan-ikhwan Lendah seperti satu keluarga, bahkan sebagai satu tubuh. Jika saya membicarakan tentang kekurangan yang ada pada mereka, bukankah sama saja dengan membicarakan kekurangan yang ada pada saya sendiri? Sebab, kita adalah cermin untuk saudara kita. Dan saudara-saudara kita juga adalah cermin diri kita sendiri.
Ketiga, seandainya mau, bisa saja saya menulis tentang berbagai kekurangan yang ada pada ikhwan-ikhwan Lendah satu per satu. Tetapi bukankah hal itu bertentangan dengan tuntunan Rasulullah yang menghimbau kita semua untuk menutupi aib saudaranya? Sebab, pada hari kiamat kelak, Allah pun akan menutupi aib kita selama kita berusaha menutupi aib saudaranya.
Keempat, saya sangat yakin jika saya menemukan kekurangan pada ikhwan-ikhwan Lendah, mereka pun pasti telah menemukan dan menyaksikan kekurangan yang ada pada saya. Jika kita sudah sama-sama tahu bahwa masing-masing mempunyai kekurangan, bukankah tidak bijak jika kita akhirnya membicarakan kekurangan orang lain? Sementara orang lain juga telah mengetahui kekurangan kita.
Kelima, saya yakin bahwa selama ini ikhwan-ikhwan Lendah berusaha untuk bersabar dan terus bersabar setelah menemukan banyak kekurangan yang ada pada saya. Tentu saya harus membalas kebaikan mereka dengan kebaikan yang sama. Bukankah demikian semestinya?
Keenam, tujuan saya adalah hendak memotivasi dan meningkatkan psikis ikhwan. Kebetulan, cara yang bisa saya lakukan adalah dengan menulis catatan-catatan ringan. Barangkali selama ini kita sering mendengar budaya saling menjatuhkan, saling menjelek-jelekkan atau saling tidak percaya. Mudah-mudahan apa yang saya lakukan melalui serial Renungan Untuk Ikhwan Lendah bisa menjadi sebutir debu pemacu untuk hal-hal yang positif.
Ketujuh, melalui catatan-catatan ringan, saya ingin menghidupkan nuansa warna dan nuansa makna dari husnu-dzan, yakni selalu melihat dan memandang segala sesuatu dari sisi-sisi positifnya. Artinya, selama masih mungkin kita memandang secara positif, kenapa tidak kita lakukan saja?
Nah, melalui dan berdasarkan alasan-alasan diatas, saya selalu memohon petunjuk dari Allah supaya Dia yang maha kuasa berkenan mencurahkan taufik-Nya sehingga tulisan-tulisan pada serial Renungan Untuk Ikhwan Lendah bisa bermanfaat.
Seorang sahabat mengirim pesan: "Senang membaca catatan-catatan Ustadz yang sering memotivasi Ana dan keluarga untuk istiqomah di jalan Allah. Baarakallahu fiik". Seorang sahabat lain menulis: ”Kulo malah merasa iri kaliyan ikhwan-ikhwan mriku. Perjuangan lan dakwahipun". Juga ada pesan singkat berisi: "Bismillah. Afwan Ustadz, Ana seorang ibu, berusia hampir 60 tahun. Sangat senang membaca kegiatan di Lendah”.
Kepada beliau-beliau dan juga kepada siapa saja, saya hanya bisa menyampaikan: ”Alhamdulillah, saudaraku. Taufik dari Allah semata. Semoga bermanfaat. Afwan juga ya, ilmu Ana hanya sebatas bercerita dan berkisah. Sederhana. Sebab, ikhwan-ikhwan Lendah masih pemula dan kemampuan saya baru sebatas menjadi teman bagi para pemula. Baarakallahu fiikum".
Saudaramu di jalan Allah
Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz
Malam 25 Ramadhan 1437 H
Lendah Kulonprogo
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
http://tlgrm.me/kajianislamlendah
Channel khusus renungan :
@renunganikhwan
Versi blog :
http://bit.ly/28Xsxk5
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰