Selasa, 02 Agustus 2016

TUAN RUMAH YANG BAIK DAN TUAN TAMU YANG BIJAK

TUAN RUMAH YANG BAIK DAN TUAN TAMU YANG BIJAK

(Menyambut Daurah Nasional 1437 H)

Oleh :
Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz

Marilah bersama saya untuk berpikir sebagai seorang tuan rumah yang baik! Ingat, berpikirlah dengan memposisikan diri Anda sebagai tuan rumah yang harus memuliakan tamu!

Perjalanan jauh harus ditempuh. Tak hanya puluhan, bahkan ratusan hingga ribuan kilometer. Lautan yang terbentang bukanlah halangan. Terjalnya daratan juga tidak dianggap rintangan. Bahkan jauhnya perjalanan merupakan tantangan yang harus dilalui, bukan untuk dihindari.

Tak cukup sehari dua hari mesti dihabiskan. Rentang waktu cukuplah panjang. Pulang pergi bukanlah seperti membuka-menutup pintu rumah yang bisa dilakukan dalam sekejap. Berhari-hari, akan tetapi waktu yang lama juga bukan alasan untuk tidak datang.

Biaya yang dikeluarkan tak sedikit. Sudah berapa yang harus dialokasikan untuk sekedar mendapatkan dua lembar tiket pulang pergi. Belum lagi untuk makan, minum dan tempat penginapan. Untuk bisa menghadiri daurah, barangkali sebagian kawan harus menabung sepanjang tahun. Belum lagi biaya yang harus ditinggalkan dirumah untuk kebutuhan keluarga selama ditinggal safar. Biaya yang besar menjadi sebuah pengorbanan tersendiri.

Capek dan lelah selalu menyertai. Capek dan lelah itu tak hanya mengiringi keberangkatan. Capek dan lelah itu masih saja dirasakan walaupun telah tiba di lokasi. Bahkan tak cukup sampai disitu, capek dan lelah akan terus terbawa walaupun jasad telah kembali lagi ke kampung halaman. Capek dan lelah menjadi sebuah keharusan yang tak terpisahkan.

Ada pekerjaan yang harus ditinggal. Sementara tidak semua perusahaan dapat dengan mudah mengijinkan. Sebagian kawan harus melobi berulang-ulang. Dengan cara pendekatan dan terus pendekatan sehingga ijin keberangkatan didapatkan. Mereka harus berlibur dari aktifitas harian, yang pastinya berkonsekuensi berkurangnya pendapatan. Itulah perjuangan!

Anak istri tak mungkin diajak serta. Bahkan sebagian ikhwan, ada yang sehari-hari harus merawat orangtua, akhirnya dengan berat hati memohon keluarga yang lain untuk menggantikan selama ia pergi. Itupun pasti setelah orangtua mengijinkan.

Mereka adalah tamu-tamu kita. Mereka tiba di negeri kita, sebuah negeri yang asing bagi mereka. Mereka kesini, ke negeri Ngayogyakarta ini demi menuntut ilmu agama. Menimba dan meneguknya langsung dari para ulama yang berkenan hadir. Mereka hendak sejenak merasakan, seperti apakah melaksanakan rihlah thalabul ilmi, yakni perjalanan suci yang jauh demi menghimpun ilmu-ilmu agama.

Mereka adalah tamu-tamu kita. Mereka berangkat meninggalkan negeri mereka agar dapat berkumpul. Sebab di negeri kita akan berhimpun, berbondong-bondong belasan bahkan puluhan ribu saudara yang dipersatukan di atas aqidah dan manhaj yang sama. Mereka ingin menjadi saksi akan pertemuan sekian banyak hamba yang saling mencintai karena Allah di atas jalan kebenaran.

Saudaraku, marilah menjadi tuan rumah yang baik! Kita buat negeri kita di Ngayogyakarta ini seperti negeri mereka sendiri. Layanilah mereka, tamu-tamu kita, seperti kita melayani diri sendiri. Sambutlah mereka dengan hangat, dengan senyum simpul, dengan tangan terbuka, dengan dada yang luas dan dengan kata-kata yang membuat nyaman.

Saudaraku, marilah kita berjaga agar mereka nyenyak dalam tidurnya. Marilah kita menjaga kendaraan dan barang-barang milik mereka, supaya tenang dalam menimba ilmu. Tak usah cemberut dan tak perlu bermasam muka kepada mereka. Sebab, kita ingin menjadi tuan rumah yang baik. Sebab kita ingin melaksanakan sabda Rasulullah : ”Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamu-nya”.

Marilah bersama saya untuk berpikir sebagai seorang tuan tamu yang bijak! Ingat, berpikirlah dengan membayangkan diri Anda sebagai tuan tamu yang harus menghormati tuan rumah.
_____________________________

Sudah lebih dari sepekan yang lalu mereka bekerja. Ada banyak persiapan yang mesti diselesaikan. Bahkan sebagian dari mereka telah mulai bekerja sejak sebulan
Kajian Islam Lendah:
sebelum Ramadhan. Bagian perijinan, bukankah mereka telah bertugas sejak sebulan sebelum Ramadhan? Ini acara besar dan ini adalah kegiatan akbar, sehingga tidak sembarangan dikerjakan. Semua harus resmi dan semua mesti prosedural.

Ada banyak instansi yang harus disowani. Mulai dari RT hingga tingkat Kabupaten. Polsek, Polres, Polda hingga ke Mabes Polri. Kementrian Agama mulai dari tingkat Kabupaten, disusul wilayah sampai pusat pun harus ditembus. Itu semua di dua kabupaten, Bantul dan Sleman. Anda pasti tahu seperti apakah kesabaran ekstra yang harus dipersiapkan jika harus berhadapan dengan birokrasi.

Ada banyak takmir masjid yang harus disowani. Bahkan sampai radius 3 km dari lokasi kegiatan,  hampir semua masjid ditembusi. Hanya demi menyampaikan “kulo nuwun”, permisi dan mohon maklum bahwa dalam beberapa hari ke depan, saudara-saudara kami yang jumlahnya belasan ribu akan sedikit meramaikan suasana.

Banyak waktu dihabiskan untuk merekayasa lokasi. Memikirkan bagaimana cara terbaik dan paling efektif lagi memudahkan tamu untuk memarkirkan kendaraan. Ada ribuan sepeda motor, ratusan mobil dan puluhan bis yang harus dipikirkan matang-matang, bagaimanakah cara menata yang baik? Sebab lahan terbatas. Lokasi lumayan sempit. Sementara, lokasi acara berada di salah satu sudut dari pusat kota.

Walaupun terhitung resmi hanya dua hari, namun mereka harus menyiapkan dan menyediakan lokasi kamar mandi yang cukup. Buang air kecil dan buang air besar bukanlah sesuatu yang bisa ditahan-tahan atau boleh ditunda. Puluhan kamar mandi plus WC disiapkan oleh mereka. Bagi yang mengerti dan memahami seluk beluk urusan ini, pasti menyadari bahwa pekerjaan ini bukanlah hal yang mudah.

Masih seabreg lagi pekerjaan mereka. Menaikkan daya listrik, mempersiapkan sound system yang baik, menyiapkan tikar-karpet dan tenda-tenda, mendirikan dapur-dapur umum, merancang sistem kebersihan dari alat hingga shift beserta para petugasnya, parkir dan keamanan internal, melakukan ke-humasan kepada masyarakat sekitar, penyebaran pamflet dan brosur acara, posko kesehatan yang layak, bagian pusat komunikasi dan informasi serta masih banyak lagi pekerjaan-pekerjaan lain.

Ingat, saudaraku! Acara ini adalah acara bertaraf nasional bahkan internasional. Sebab para pemateri berasal dari Timur Tengah. Sebagian peserta berasal dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Tentunya panitia benar-benar bekerja secara maksimal. Dan ingat, itu semua mereka lakukan tanpa upah atau gaji. Mereka melakukannya karena ingin menjadi tuan rumah yang baik.

Saudaraku, marilah kita menjadi tuan tamu yang bijak. Bijak dalam bersikap dan bijak dalam menilai. Apapun peraturan dan tata tertib yang dibuat oleh tuan rumah, marilah kita patuhi dan kita hormati. Marilah kita bersikap bijak dengan mengikuti arahan-arahan dari Panitia. Ingat, apapun yang mereka putuskan adalah demi kebaikan kita bersama.

Marilah menjaga sikap yang baik dan sopan kepada warga masyarakat sekitar. Sebab, dakwah kita akan dinilai baik buruknya dengan sikap kita kepada masyarakat. Marilah kita menjaga kebersihan masjid Agung Manunggal Bantul dan juga masjid-masjid di sekitarnya yang kita pakai. Sebab, dakwah Salafiyyah adalah dakwah yang sangat memperhatikan kebersihan masjid.

Saudaraku, cobalah untuk mengucapkan salam bahkan bila perlu ucapan terima kasih kepada Panitia yang sedang mengumpulkan sampah-sampah kita, kepada panitia yang sedang menyapu di halaman masjid, kepada panitia yang sedang menata parkir kendaraan, kepada panitia yang sedang memperbaiki fasilitas kamar mandi, kepada panitia yang sedang mengatur listrik dan sound system juga kepada panitia yang sedang beristirahat di tenda-tenda darurat mereka. Cobalah tersenyum dan sapa mereka. Pegang erat-erat tangan mereka sambil ucapkan : Jazaakumullahu khairan!”.

Jika Anda adalah tuan rumah yang baik, pasti berpikir bagaimana rasanya menjadi tuan tamu yang telah berkorban dalam perjalanan yang jauh, menelan biaya yang tidak sedikit dan capek lelah hingga sampai di masjid Agung Bantul.

Jika Anda adalah tuan tamu yang bijak, pasti bisa membayangkan bagaimanakah perjuangan panitia untuk mensukseskan acara akbar nasional ini. Sama seperti anda, mereka juga berkorban waktu dan tenaga, mereka juga meninggalkan keluarga, mereka juga capek dan lelah.

Jika demikian, Anda sebagai tuan rumah akan semaksimal mungkin dalam memuliakan tamu. Dan Anda yang menjadi tuan tamu akan bisa menghargai dan menghormati tuan rumah.

Akhirnya, masing-masing bertekad untuk memposisikan saudaranya seperti ia memposisikan dirinya sendiri.

Teringat dengan sabda Rasulullah : ”Tidaklah sempurna iman kalian, sampai ia mencintai kebaikan untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai kebaikan itu untuk dirinya sendiri”. Bukankah kita semua seperti layaknya satu tubuh? Satu sama lain saling merasakan. Bukan saling acuh dan tidak peduli, atau saling menyakiti. Semoga Allah meridhai kita semua, baik sebagai tuan rumah maupun tuan tamu.

Lendah Kulonprogo

30 Syawal 1437 H / 03 Agustus 2016

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
KAJIAN ISLAM LENDAH
Ngaji Tiada Henti !!!
http://tlgrm.me/kajianislamlendah
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Tidak ada komentar:

Posting Komentar