Minggu, 19 Maret 2017

Keutamaan Menjaga Lisan

Keutamaan Menjaga Lisan

Memang lisan tidak bertulang. Apabila keliru menggerakkannya akan mencampakkan kita dalam murka Allah subhanahu wa ta'ala yang berakhir dengan neraka-Nya. Lisan akan memberikan ta’bir (mengungkapkan) tentang baik-buruk pemiliknya. Inilah ucapan beberapa ulama tentang bahaya lisan:

1⃣. Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu: “Segala sesuatu akan bermanfaat dengan kadar lebihnya, kecuali perkataan. Sesungguhnya berlebihnya perkataan akan membahayakan.”

2⃣. Abu ad-Darda’ radhiyallahu 'anhu: “Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua orang: orang yang diam namun berpikir atau orang yang berbicara dengan ilmu.”

3⃣. Al-Fudhail rahimahullah: “Dua perkara yang akan bisa mengeraskan hati seseorang adalah banyak berbicara dan banyak makan.”

4⃣. Sufyan ats-Tsauri rahimahullah: “Awal ibadah adalah diam, kemudian menuntut ilmu, kemudian mengamalkannya, kemudian menghafalnya lantas menyebarkannya.”

5⃣. Al-Ahnaf bin Qais rahimahullah: “Diam akan menjaga seseorang dari kesalahan lafadz (ucapan), memelihara dari penyelewangan dalam pembicaraan, dan menyelamatkan dari pembicaraan yang tidak berguna, serta memberikan kewibawaan terhadap dirinya.”

6⃣. Abu Hatim rahimahullah: “Lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya. Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu. Jika terdapat (maslahat) baginya maka dia akan berbicara. Bila tidak ada (maslahat) dia tidak (berbicara). Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya membuat dia akan (cepat) berbicara. Seseorang tidak (dianggap) mengetahui agamanya hingga dia mengetahui lisannya.”

7⃣. Yahya bin ‘Uqbah rahimahullah: “Aku mendengar Ibnu Mas’ud z berkata, ‘Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang benar selain-Nya, tidak ada sesuatu yang lebih pantas untuk lama dipenjarakan daripada lisan’.”

8⃣. Mu’arrif al-‘Ijli rahimahullah: “Ada satu hal yang aku terus mencarinya semenjak sepuluh tahun dan aku tidak berhenti untuk mencarinya.” Seseorang bertanya kepadanya: “Apakah itu, wahai Abu al-Mu’tamir?” Mu’arrif menjawab, “Diam dari segala hal yang tidak berfaedah bagiku.”

(Lihat Raudhatul ‘Uqala wa Nuzhatul Fudhala karya Abu Hatim Muhammad bin Hibban al-Busti, hlm. 37-42)

〰〰〰

⬆️📝 Dinukil dari Majalah AsySyariah Online, kategori Asy Syariah Edisi 003, judul "Lidah Tak Bertulang", ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah an-Nawawi -hafidzahullah-.

〰〰〰〰
📚 WA Salafy Kendari 📡

🌅 @salafysolo
╚═══════🔎📚

Tidak ada komentar:

Posting Komentar