Keadaan Salaf di Dalam Ibadah 8
Rambu yang kelima
Beribadah itu dengan mencocoki (sunnah) bukan dengan lamanya (amalan)
Yang aku (Syaikh Muhammad Bazmul) maksud adalah mencocoki sunnah dan mengikuti sunnah.
Dari Ibnu Abbas, dari Juwairiyyah radhiallahu anha, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam di pagi buta keluar dari rumah istrinya, Juwairiyah radhiallahu anha untuk menunaikan shalat subuh.
Ketika ditinggalkan, posisi Juwairiyah sedang di tempat shalatnya.
Tatkala Rasulullah kembali di waktu dhuha, ternyata posisi Juwairiyah masih duduk. Rasulullah pun bertanya, "Apakah sejak aku tinggalkan engkau tetap dalam posisimu seperti ini?".
Juwairiyah menjawab, "ya, benar."
Maka Nabi bersabda, "Sungguh aku akan beritahukan kepadamu empat kalimat yang jika dibaca sebanyak tiga kali maka kalau seandainya ditimbang dengan apa yang engkau telah ucapkan selama engkau duduk tadi niscaya akan sebanding.
Kalimat tersebut adalah: SUBHANALLAHI WA BIHAMDIHI 'ADADA KHALQIHI WA RIDHA NAFSIHI WA ZINATA 'ARSYIHI WA MIDAADA KALIMATIHI". (HR. Muslim 4905)."
Aku katakan (Syaikh Muhammad Bazmul):
Dari hadits ini bisa kita pahami bahwa yang dijadikan ibrah (pelajaran) bukanlah sekedar banyaknya, akan tetapi yang menjadi ibrah adalah kecocokan dan keselarasan (di dalam sunnah).
Inilah Juwairiyah. Beliau duduk dalam rangka berdzikir kepada Allah, sedangkan Rasulullah berkata, "Kalimat ini jika engkau ucapkan sebanyak tiga kali maka akan sebanding dengan dudukmu sejak aku keluar di shubuh hari sampai waktu dhuha."
Sebanding dari sisi apa?
Para ulama berkata: Sebanding dari sisi pahala dan ganjaran.
Aku katakan (Syaikh Muhammad Bazmul): Maksud sebanding di sini adalah di tinjau dari makna kandungan dzikir-dzikir yang memuat nama Allah di dalamnya.
Sebagaimana hal ini selaras dengan sabda Nabi yang menerangkan bahwa surat Al Ikhlas itu sebanding dengan sepertiga Al Qur'an.
Maksud dari hal ini adalah dari sisi makna.
Maksudnya bahwa duduknya engkau untuk berdzikir kepada Allah dengan dzikir-dzikir yang ada, dibanding dengan engkau ucapkan kalimat ini niscaya itu lebih baik bagimu.
Di antara kalimat dzikir yang mempunyai makna secara menyeluruh adalah sebagaimana yang Rasulullah sabdakan ini.
Maka sudah semestinya bagi seorang muslim untuk mengucapkan:
SUBHANALLAHI WA BIHAMDIHI 'ADADA KHALQIHI WA RIDHA NAFSIHI WA ZINATA 'ARSYIHI WA MIDAADA KALIMATIHI".
Karena dzikir ini lebih mencangkup luas dari sisi maknanya, setaraf jika dibandingkan dengan dzikir-dzikirnya seseorang yang di mulai sejak shubuh sampai waktu dhuha.
Oleh karenanya Rasulullah menyatakan: Jika seandainya engkau mengucapkan dzikir ini sebanyak tiga kali niscaya akan sebanding dengan seluruh dzikir yang engkau lantunkan selama engkau duduk.
Maksudnya adalah sebanding dari sisi makna.
Insya Allah bersambung ke bagian 9
(Terjemah bebas dari Haalus Salaf ma'al Ibadah-Syaikh Muhammad Bazmul, hal 25-27, cet. Darul Mirats 2012).
➖➖➖
💐 Wa Sedikit Faidah Saja (SFS)
➖➖➖
💾 Arsip lama Wa SFS, INdiC dan INONG terkumpul di catatankajianku.blogspot.com dan di link telegram http://bit.ly/1OMF2xr
#terjemah_haalussalaf_maal_ibadah
0 Response to "Dzikir yang Utama"
Posting Komentar