Adab dan Ketentuan dalam Berdiskusi
Adab dan ketentuan diskusi dalam dunia maya sama dengan adab diskusi dalam kehidupan nyata. Di antaranya:
*Pertama*: menjadikan alQuran dan Sunnah sebagai dasar atau landasan. Masing-masing pihak benar-benar menginginkan kebenaran ikhlas karena Allah, bukan utk memenangkan pendiriannya.
Allah Azza Wa Jalla berfirman:
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِى الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْءَاخِرِ ۚ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. *Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."*
(QS. An-Nisa': Ayat 59)
*Kedua*: Mungkin saja sama-sama ada dalilnya dari alQuran atau Sunnah, namun berbeda dalam memahaminya. Seharusnya memahami alQuran dan Sunnah tidak dengan pemahaman pribadi atau kelompok tertentu. Namun, mestinya dengan pemahaman Nabi, para Sahabat, dan Ulama Salaf pada 3 generasi terbaik yg dijamin kebaikannya oleh Nabi.
*Ketiga*: Tidak setiap permasalahan bisa didiskusikan. Hal-hal yg sudah jelas, sudah disepakati oleh para Sahabat Nabi dan Ulama Salaf, kita tinggal mengikutinya. Tidak perlu didiskusikan. Memperdebatkan hal-hal yg sudah jelas semacam ini justru akan membuat seseorang menyimpang/sesat.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
َ مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ
Tidaklah suatu kaum sesat setelah mereka mendapat petunjuk, kecuali ketika mereka diberi keahlian dalam berdebat (H.R atTirmidzi)
Hal-hal yg masih bisa didiskusikan adalah dalam permasalahan yg tidak ada dalil yg shohih dan shorih (tegas). Mungkin ada hadits yg shohih, tapi tidak shorih, tidak tegas menentukan ke arah tertentu. Masih mengandung kemungkinan ke arah lain. Dalam kondisi semacam ini masing-masing pihak bisa menyampaikan hujjah dan argumennya, dan jika tidak didapati titik temu, harus toleran dan lapang dada dalam menyikapi perbedaan tsb.
*Keempat*: menjaga tutur kata yg baik dan santun terhadap sesama muslim. Selama masing-masing mereka adalah pihak yg benar-benar terlihat punya itikad baik menginginkan kebenaran.
*Kelima*: Para Ulama Salaf melarang kita dari diskusi atau berdebat dgn orang-orang Ahlul Bid'ah yg telah jelas sampai hujjah pada mereka dan mereka menolaknya. Banyak sekali ucapan Ulama tentang hal ini dalam buku-buku akidah, salah satunya ucapan Abu Qilabah - murid beberapa Sahabat Nabi- :
لا تُجالسوا أهل الأهواء ولا تجادلوهم؛ فإني لا آمن أنْ يَغمسوكم في الضَّلالة ، أو يُلبسوا عليكم في الدِّين بعض ما لبس عليهم»
Janganlah kalian duduk-duduk dengan Ahlul Bid'ah, jangan berdebat mereka. Karena aku tidak merasa aman mereka akan menenggelamkan kalian dalam kesesatan. Atau membuat kalian bingung terhadap permasalahan agama (yg sebelumnya telah kalian yakini dgn baik dan benar)(riwayat al-Ajurriy dalam asySyari'ah)
*Keenam*: Mungkin saja kita menemui orang yg saat kita sampaikan hujjah ke dia tidak paham-paham. Berbagai upaya yg terbaik utk membuatnya paham, tidak berhasil. Orang semacam ini dalam alQuran dikategorikan sebagai al-Jahiluun (bodoh). Menghadapi orang demikian, jangan terlalu lama dan berlarut-larut diskusi dengannya
AlQuran kita membimbing kita untuk menghindar dan mengucapkan ucapan yg baik seperti salam kepadanya.
Allah Azza Wa Jalla berfirman:
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُونَ قَالُوا سَلٰمًا
"Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati *dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, "salam,""*
(QS. Al-Furqan: Ayat 63)
Kita sebenarnya ingin membimbing dia kepada yg baik, tapi dia selalu menentang dengan kebodohannya, maka Allah perintahkan kita utk menghindar (berpaling) dari orang-orang yg bodoh:
Allah Taala berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِينَ
"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."
(QS. Al-A'raf: Ayat 199)
(Abu Utsman Kharisman)
📝📝💡💡📝📝
WA al I'tishom
0 Response to "Adab dan Ketentuan dalam Berdiskusi"
Posting Komentar