MENGHIDUPKAN MALAM DI SEPULUH HARI YANG TERAKHIR BULAN RAMADHAN
عن عائشة رضي الله عنها أنها قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر أحيا الليل، وأيقظ أهله، وجد وشد المئزر (متفق عليه) .
Dari Aisyah radhiallahu anha, beliau menceritakan "Dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika masuk sepuluh (akhir dari bulan Ramadhan) menghidupkan malam, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya". ( Muttafaqun alaih)
🎙 Syekh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah berkata,
"Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
#(menghidupkan malam) maksudnya beliau tidak tidur, tetapi ini di sepuluh hari yang terakhir saja.
#(dan membangunkan keluarganya) maksudnya untuk shalat
#dan yang ketiga (mengencangkan ikat pinggangnya) apakah maksudnya beliau tidak mendatangi para istri, sebagai kiasan dari tidak mendatangi (menggauli) para istri ataukah maksud mengencangkan ikat pinggangnya adalah kiasan dari berlebihan dalam bersungguh-sungguh, karena jika seseorang ingin melakukan pekerjaan serius apa yang harus dia lakukan? Mengencangkan ikat pinggangnya sampa ia berhasil menyelesaikan pekerjaan?
Kami jawab: Kedua hal ini terjadi. Beliau 'alaihish shalatu wassalam tidak mendatangi para istrinya di sepuluh hari ini karena beri'tikaf di masjid. Dan bisa juga maksudnya beliau mengencangkan ikat pinggangnya karena bersungguh-sungguh beramal.
Jadi, selama lafadh ini baik untuk kedua maksud ini dan tidak ada kontradiksi, maka ia dibawa kepada kedua makna ini seluruhnya.
#(Menghidupkan seluruh malam) bukankah beliau shallallahu 'alaihi wasallam makan malam (berbuka), sahur, dan wudhu. Kami katakan, semuanya ini amal ibadah, sedangkan ibunda Aisyah tidak mengatakan: menghidupkan dengan shalat, tetapi menghidupkan malam itu dalam amal ibadah. Contohnya jika seseorang di sepuluh hari yang terakhir membaca al Qur'an, berdzikir kepada Allah, makan malam, wudhu, dan shalat; kami katakan, ia telah menghidupkan malam itu.
🎧 Kaset Syarh Shahih Muslim Kitab ash Shiyam wal I'tikaf
💻http://t.me/ukhwh
الشيخ : قوله : ( أحيا الليل ) يعني لم ينم ، لكن في العشر الواخر فقط، ( وأيقظ أهله ) يعني للصلاة .
والثالثة ( شد المئزر ) شد المئزر هل المعنى أنه لم يأت النساء أنه كناية عن عدم إتيان النساء أو أن المعنى شد المئزر كناية عن المبالغة في الاجتهاد ، لأن الإنسان إذا أراد أن يعمل عملاً جاداً ماذا يصنع ؟ يشد مئزره حتى لا ينفلت عليه مع العمل ؟ .
نقول : الأمران واقعان ، فإنه عليه الصلاة والسلام لا يأتي نساءه في هذه العشر لأنه معتكف في المسجد ، وهو أيضاً قد شد مئزره للاجتهاد في العمل ، فما دام اللفظ صالح للمعنين ولا منافاة فإنه يحمل عليهما جميعاً .
(أحيا الليل كله ) أليس هو صلى الله عليه وسلم يتعشى ويتسحر ويتوضأ ، نقول كل هذه عبادات وهي لم تقل : أحيا الليل بالصلاة ، أحيا الليل في عبادات ، فمثلاً إذا كان الإنسان مثلاً في الليالي العشر يقرأ القرآن ويذكر الله ويتعشى ويتوضأ ويصلي ، قلنا أنه أحيا الليل.
0 Response to "MENGHIDUPKAN MALAM DI SEPULUH HARI YANG TERAKHIR BULAN RAMADHAN"
Posting Komentar