Mengenai Saya

Foto saya
Sragen, Jawa Tengah, Indonesia
Kami adalah produsen gamis akhwat dan jilbab cadar safar. 0857-2544-5132

KISAH TERBUNUHNYA AL HASAN DAN AL HUSEIN RADHIYALLAHU 'ANHUMA

KISAH TERBUNUHNYA AL-HASAN DAN AL-HUSEIN RADHIYALLAHU 'ANHUMA

✏_ Oleh : Al-Ustadz Muhammad 'Umar As-Seweed hafizhahullaah
------------------------------------------

🔅 Al-Hasan dan Al-Husein adalah putera dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhum, cucu Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam dari putrinya Fathimah radhiyallahu 'anha.

Mereka termasuk kalangan ahlul bait Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang memiliki prioritas-prioritas yang besar dan mendapat pujian-pujian Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam, di antaranya beliau bersabda:

إن الحسن و الحسين هما ريحانتاي من الدنيا. (أخرجه البخاري مع الفتح 7/464, 2752; والترمذى وأحمد عن ابن عمر)

Sesungguhnya Al-Hasan dan Al-Husein adalah kesayanganku dari dunia. (HR. Bukhari dengan Fathul Bari, juz VII, hal. 464, hadits 3753 dan Tirmidzi, Ahmad dari Ibnu Umar)

Juga bersabda:

الحسن والحسين سيدا شباب أهل الجنة. (رواه الترمذى والحاكم والطبراني وأحمد وغيرهم عن أبى سعيد ورواه أيضا عشرة فى الصحابة صححه الألبانى فى الصحيحة ص 422, 796)

Al-Hasan dan Al-Husein adalah sayyid (penghulu) para pemuda ahlul jannah. (HR. Tirmidzi, Hakim, Thabrani, Ahmad dan lain-lain dari Abi Sa'id al-Khudri, dishahihkan oleh Syaikh alAlbani dalam Silsilah Hadits Shahih, hal 423, hadits no. 796 dan beliau mengatakan hadits ini diriwayatkan pula dari 10 shahabat)

Sedangkan khusus tentang keutamaan Hasan. Diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

الحسن منى والحسين من علي. (أخرجه أبو داود وأحمد والطبرانى عن المقدام بن معدى كرب; وصححه الألبانى فى الصحيحة ص 450, 811)

Al-Hasan dariku dan Al-Husein dari Ali. (HR. Abu Dawud, Ahmad, Thabrani dari Miqdam Ibnu Ma'di Karib; dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Hadits Shahih, hal 450, hadits no. 711)

عن البراء بن عازب قال رأيت الحسن بن علي على عاتق النبي صلى الله عليه وسلم وهو يقول: ((اللهم إنى أحبه فأحبه)). (رواه البخارى مع الفتح 7/474, 2749; ومسلم بشرح النووى, 15/189 حديت رقم 6208)

Dari Barra 'bin' Azib, dia berkata: Aku melihat Al-Hasan bin Ali di atas pundak Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau bersabda: "Ya Allah sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah dia." (HR. Bukhari dengan Fathul Bari, VII, hal. 464, hadits no. 3749 dan Muslim dengan Syarah Nawawi, juz XV, hal 189, hadits no. 6208)

Sedangkan dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam bersabda kepada Al-Hasan dengan lafadz:

اللهم إنى أحبه فأحبه وأحب من يحبه. (رواه مسلم بشرح النووى 15/188 رقم 6206)

Ya Allah sesungguhnya aku mencintai dia, maka cintailah dia dan cintailah siapa yang mencintainya. (HR. Muslim dengan Syarah Nawawi, juz XV, hal. 188, hadits no. 6206)

Dan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

لم يكن أحد أشبه بالنبي صلى الله عليه وسلم من الحسن بن على. (رواه البخارى مع الفتح 7/464 رقم 3752)

Tidaklah seorang pun yang lebih mirip dengan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari Al-Hasan bin Ali radhiyallahu' anhuma. (HR. Bukhari dengan Fathul Bari, VII, hal. 464, hadits no. 3752)

Dari Al-Hasan radhiyallahu 'anhu bahwa dia mendengar Abu Bakrah berkata: "Aku mendengar Nabi shallallahu' alaihi wa sallam di atas mimbar sedangkan Al-Hasan di sampingnya, ia melihat kepada manusia sesekali dan kepadanya sesekali yang lain dan bersabda:

ابنى هذا سيد, ولعل الله أن يصلح به بين فئتين من المسلمين. (رواه البخارى مع الفتح 7/463 رقم 4746)

Anakku ini adalah sayyid dan semoga Allah akan mendamaikan dengannya dua kelompok dari kalangan muslimin. (HR. Bukhari dengan Fathul Bari, VII, hal. 463, hadits no. 4746)

Berkata Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah:
“….Al-Husein menyalahkan saudaranya Al-Hasan atas pendapat ini, tetapi beliau tidak mau menerimanya. Dan kebenaran ada pada Al-Hasan sebagaimana dalil yang akan datang….”
(Lihat Al-Bidayah wan-Nihayah, juz VIII hal. 17).
Yang dimaksud oleh beliau adalah dalil yang sudah kita sebutkan di atas yang diriwayatkan dari Abi Bakrah radhiyallaahu ‘anhu.

Itulah keutamaan Al-Hasan yang paling besar yang dipuji oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka bersatulah kaum muslimin hingga tahun tersebut terkenal dengan tahun jama’ah.

💥 Yang mengherankan justru kaum Syi’ah Rafidhah menyesali kejadian ini dan menjuluki Al-Hasan radhiyallahu ‘anhu sebagai ‘pencoreng wajah-wajah kaum mukminin’. Sebagian mereka menganggapnya fasik sedangkan sebagian lagi bahkan mengkafirkannya karena hal itu.

Berkata Syaikh Muhibbudin Al-Khatib mengomentari ucapan Rafidhah ini sebagai berikut:
“Padahal termasuk dari dasar-dasar keimanan Rafidhah -bahkan dasar keimanan yang paling utama- adalah keyakinan mereka bahwa Al-Hasan, Ayah, saudara dan sembilan keturunannya adalah maksum. Dan dari kon­sekwensi kemaksuman mereka, bahwa mereka tidak akan berbuat kesalahan. Dan setiap apa yang ber­sumber dari mereka berarti hak yang tidak akan terbatalkan. Sedangkan apa yang bersumber dari Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma yang paling besar adalah pembai’atan terhadap amiril mukminin Mu’awiyah, maka mestinya mereka pun masuk dalam bai’at ini dan beriman bahwa ini adalah hak karena ini
adalah amalan seorang yang maksum menurut mereka.
(Lihat catatan kaki kitab Al-Awashim minal Qawashim hal. 197-198).

Tetapi kenyataannya mereka menyelisihi imam mereka sendiri yang maksum bahkan menyalahkannya,
menfasikkannya, atau mengkafirkannya. Sehingga terdapat dua kemungkinan:

Pertama,
Mereka berdusta atas ucapan mereka tentang kemaksuman dua belas Imam, maka hancurlah agama mereka (agama Itsna ‘Asyariyyah).

Kedua,
Mereka meyakini kemaksuman Al-Hasan, maka mereka adalah para pengkhianat yang menyelisihi Imam yang maksum dengan permusuhan dan kesombongan serta kekufuran. Dan tidak ada kemungkinan yang ketiga.

▶ Adapun Ahlus Sunnah yang beriman dengan kenabian “Kakek Al-Hasan” shallallahu ‘alaihi wa sallam, berpendapat bahwa perdamaian dan bai’at beliau kepada Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu adalah salah satu bukti kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan amal terbesar Al-Hasan serta mereka bergembira dengannya kemudian menganggap AlHasan yang memutihkan wajah kaum mukminin.

Demikianlah khilafah Mu’awiyah berlangsung dengan persatuan kaum muslimin karena Allah Subhanahu wa Ta ‘ala dengan sebab pengorbanan Al- Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhu yang besar yang dia -demi Allah- lebih berhak terhadap Khilafah daripada Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakar Ibnul Arabi dan para ulama.

Semoga Allah meridhai seluruh para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pada tahun ke 10 masa Khilafah Mu’awiyah, meninggallah Al-Hasan radhiyallahu 'anhu pada umur 47 tahun. Dan ini yang dianggap shahih oleh Ibnu Katsir, sedangkan yang masyhur adalah 49 tahun.

Wallahu A’lam bish-Shawab

Ketika beliau diperiksa oleh dokter, maka dia mengatakan bahwa Al-Hasan radhiyallahu ‘anhu meninggal karena racun yang memutuskan ususnya. Namun tidak diketahui dalam sejarah siapa yang membunuhnya. Adapun ucapan Rafidhah yang menuduh pihak Mu’awiyah sebagai pembunuhnya sama sekali tidak dapat diterima sebagaimana dikatakan oleh Ibnul ‘Arabi dengan ucapannya:
“Kami mengatakan bahwa hal ini tidak mungkin karena dua hal:

Pertama,
Bahwa dia (Mu’awiyah) sama sekali tidak mengkhawatirkan kejelekan apapun dari Al-Hasan karena beliau telah menyerahkan urusannya kepada Mu’awiyah.
Yang kedua,
Hal ini adalah perkara ghaib yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, maka bagaimana mungkin menuduhkannya kepada salah seorang makhluk-Nya tanpa bukti pada zaman yang berjauhan yang kita tidak dapat mudah percaya dengan nukilan seorang penukil dari kalangan pengikut hawa nafsu (Syi’ ah). Dalam keadaan fitnah dan Ashabiyyah, setiap orang akan menuduh lawannya dengan tuduhan yang tidak
semestinya, maka tidak mungkin diterima kecuali dari seorang yang bersih dan tidak didengar darinya kecuali keadilan.
(Lihat Al-Awashim minal Qawashim hal. 213-214)

Demikian pula dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, bahwa tuduhan Syi’ah tersebut tidak benar dan tidak didatangkan dengan bukti Syar’i serta tidak pula ada persaksian yang dapat diterima dan tidak ada pula penukilan yang tegas tentangnya.
(Lihat Minhajus Sunnah juz 2 hal. 225)

Semoga Allah -'Azza wa Jalla- merahmati Al-Hasan bin Ali dan meridhainya dan melipatgandakan pahala amal dan jasa-jasanya.

Dan semoga Allah menerimanya sebagai syahid.
Amiin.

⚪ Bersambung, in syaa Allah

🔬 Sumber:
http://tukpencarialhaq.com/2015/10/29/kisah-terbunuhnya-al-hasan-dan-al-husein-radhiyallahu-anhuma/#more-10313

📆 17 Muharram 1437H || 30 Oktober 2015M

Dipublikasikan oleh :
🔰🌠 Al-Manshurah Singaraja
📖 WA Salafy Solo
www.salafymedia.com
17 al Muharram 1437 H | 30 Oktober 2015

0 Response to "KISAH TERBUNUHNYA AL HASAN DAN AL HUSEIN RADHIYALLAHU 'ANHUMA"

Posting Komentar

Tokopeci Salimah Gallery

Salimah Gallery Distributor Busana Muslim, Madu Herbal di kota Solo