Mengenai Saya

Foto saya
Sragen, Jawa Tengah, Indonesia
Kami adalah produsen gamis akhwat dan jilbab cadar safar. 0857-2544-5132

LINANGAN AIR MATA MELEPAS KEPERGIAN KELUARGA (Renungan Pasca Gempa Lombok dan Palu 2018)

LINANGAN AIR MATA MELEPAS KEPERGIAN KELUARGA

Rasulullah bersabda,

إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ

“Sesungguhnya mata ini menangis dan hati ini bersedih dan tidaklah kami mengatakan sesuatu melainkan apa yang diridhai oleh Allah dan sungguh kami bersedih melepas kepergianmu wahai Ibrahim.”

(HR. al-Bukhari no. 1220 dari sahabat Anas bin Malik)

Para pembaca yang berbahagia, kesedihan karena meninggalnya orang-orang tercinta merupakan perkara yang fitrah dan tabiat manusia. Tak terasa air mata pun deras berlinang membasahi pipi tatkala menyaksikan jasad orang yang kita kasihi telah terbujur kaku di hadapan kita.

Allah Ta’ala berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”

(QS. al-Baqarah: 155)

Asy-Syaikh as-Sa’di mengatakan, “(Dan jiwa) maksudnya adalah meninggalnya orang-orang yang dicintai baik dari anak-anak, kerabat dan teman dekat.” (Taisir Karimir Rahman, hal. 75)

Apabila hal ini pernah menimpa anda wahai pembaca, apakah karena meninggalnya kedua orang tua, kakek, paman, istri ataukah anak. Maka ketahuilah, sebelum kita semua mengalaminya, Rasulullah telah mengalami hal itu semuanya.

Ayahnya yang bernama Abdullah meninggal tatkala beliau masih dalam kandungan ibunya.

Dan ibunya yang bernama Aminah meninggal tatkala beliau berusia 6 tahun.

Dan sang kakek yang bernama Abdul Muthalib yang mengasuh beliau sepeninggal ibunya pun meninggal saat beliau berusia 8 tahun.

Maka waktu pun berlalu hingga Rasulullah tumbuh dewasa di bawah pengasuhan pamannya yang bernama Abu Thalib sepeninggal sang kakek hingga kemudian menikah dengan Khadijah dan memiliki beberapa anak. Diantaranya adalah Abdullah, Qosim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fathimah. Namun kesedihan kembali mendera beliau menyaksikan 2 putra beliau yaitu Abdullah dan Qosim meninggal dalam usia kecil. Tidak menyisakan anak pada diri beliau melainkan 4 anak perempuan.

Hingga Allah Ta’ala menganugerahkan kepada Rasulullah seorang anak laki-laki yang terlahir dari rahim istri beliau yang bernama Mariyah al-Qibthiyah yang kemudian diberi nama Ibrahim.

Rasullah bersabda, “Pada malam ini aku dikaruniai seorang putra yang aku beri nama dengan nama ayahku yaitu Ibrahim.”

(HR. Muslim no. 4279 dari sahabat Anas bin Malik)

Sungguh betapa bahagianya Rasulullah mendapatkan seorang anak laki-laki kembali setelah sebelumnya semua anak laki-laki beliau meninggal semuanya. Dan sebagaimana kebiasaan bangsa Arab apabila terlahir anak di kalangan mereka maka akan dicarikan ibu susuan untuk anak-anak mereka. Ibrahim disusui oleh seorang wanita yang bernama Ummu Saif Khaulah bintu al-Mundzir.

Betapa sayangnya Rasulullah kepada si kecil Ibrahim sampai-sampai beliau jauh-jauh mendatangi rumah ibu susuan putranya tersebut hanya sekedar untuk bertemu dan mencium Ibrahim untuk kemudian kembali pulang.

Benarlah apa yang dikatakan oleh Anas bin Malik, “Aku belum pernah melihat seorangpun yang paling sayang kepada anak-anak dibandingkan Rasulullah.”

(HR. Muslim no. 4280 dari sahabat Anas bin Malik)

Namun kebahagiaan tersebut tidaklah berlangsung lama. Pada usia 6 atau 7 bulan Ibrahim meninggal dunia dikarenakan sakit. Kesedihan mendalam nampak sekali membekas di wajah beliau dengan menetesnya air mata melepas kepergian si buah hati tersayang. Sampai-sampai sahabat Abdurrahman bin Auf merasa heran dengan kesedihan Rasulullah.

“Engkau menangis wahai Rasulullah?”

Maka Rasulullah menjawab, “Wahai Ibnu Auf sungguh ini adalah rahmat.”

(HR. al-Bukhari no. 1220 dari sahabat Anas bin Malik)

Sungguh betapa berat ujian demi ujian bertubi-tubi menimpa Rasulullah, anak-anak beliau meninggal satu demi satu hingga menyisakan putri beliau yaitu Fathimah.

Semua anak beliau meninggal dunia di masa Rasulullah masih hidup kecuali Fathimah yang meninggal setelah Rasulullah wafat.

Kesabaran yang luar biasa dalam menyaksikan kematian orang-orang yang dicintainya yang dialami oleh beliau semenjak kecil hingga dewasa.

Bersambung...

🌏 Ikuti update informasi dan programnya melalui:

✅ Channel Telegram:
https://t.me/pedulibencana

✅ Official Website:
https://pedulibencana.com

✅ Twitter:
@lombok_peduli
@PeduliSulteng

✅ Email:
pedulibencana2018@gmail.com

✅ Contact Person:
▪ +62 8786-426-2106 (Wil. Lombok)
▪ +62 813-5043-8570 (Wil. Palu)
▪ +62 852-5973-8752 (Umum)

#pedulilombok
#pedulisulteng

0 Response to "LINANGAN AIR MATA MELEPAS KEPERGIAN KELUARGA (Renungan Pasca Gempa Lombok dan Palu 2018)"

Posting Komentar

Tokopeci Salimah Gallery

Salimah Gallery Distributor Busana Muslim, Madu Herbal di kota Solo