PENGENALAN DAKWAH SALAF BAGI PEMULA
BAGIAN 32
PRINSIP PRINSIP YANG HARUS DIMILIKI OLEH SEORANG DA'I SALAFI
⭐ Oleh: Asy Syaikh al-'Alamah Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Hafizhahullah
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
7⃣. Seorang da’i harus memiliki optimisme yang tinggi. Tidak putus asa dari keberhasilan dakwahnya dan datangnya hidayah kepada kaumnya. Tidak putus asa akan datangnya pertolongan Allah dan bantuan-Nya, meskipun harus menempuh waktu yang lama dan masa yang panjang.
👉🏼 Dalam hal ini, pada diri para rasul terdapat teladan yang baik baginya.
🔹Inilah Nabiyyullâh Nûh Alaihisalam. Beliau tinggal di tengah-tengah kaumnya selama 950 tahun untuk mendakwahi kaumnya ke jalan Allah. Dan ini juga Nabi kita Muhammad Sholallahu 'Alaihi Wassalam ketika gangguan orang-orang kafir semakin dahsyat, dan datang malaikat penjaga gunung untuk meminta kepada beliau agar diizinkan untuk menimpakan dua gunung besar kepada mereka, justru Nabi mengatakan : “Jangan, aku masih berharap dari mereka! Semoga Allah mengeluarkan dari mereka keturunan yang beribadah yang kepada Allah tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun.”
🚫 Apabila sifat-sifat ini hilang dari seorang da’i, maka dia akan berhenti di awal jalan dan akan merasakan kerugian dengan amalnya.
☝🏼Sungguh, dakwah manapun yang tidak ditegakkan di atas prinsip-prinsip tersebut, manhajnya tidak ditegakkan di atas manhajnya para rasul, maka dakwah tersebut akan merasakan kerugian dan hancur. Akan menjadi susah payah belaka tanpa ada manfaatnya.
~~~~~~~~~~
📋 Sebaik-baik bukti akan hal ini adalah (munculnya) kelompok-kelompok pada masa ini. Mereka menggariskan untuk kelompoknya satu manhaj dakwah tersendiri yang berbeda dengan manhaj para rasul. Kelompok-kelompok tersebut –kecuali sedikit dari mereka- telah mengabaikan aspek aqidah, dan hanya berdakwah untuk memperbaiki perkara-perkara sampingan yang tidak penting.
🔥 Ada kelompok yang berdakwah untuk memperbaiki hukum dan politik, serta menuntut ditegakkannya hukum-hukum haddan diterapkan syari’at dalam hukum antar manusia – ini merupakan sisi yang penting namun bukan yang terpenting—Bagaimana mereka menuntut diterapkannya hukum Allah terhadap pencuri dan pezina sebelum diterapkannya hukum Allah terhadap orang musyrik? Bagaimana mereka menuntut diterapkannya hukum Allah terhadap dua pihak yang bertikai dalam masalah kambing atau onta, sebelum diterapkannya hukum terhadap para penyembah berhala dan kubur? Dan juga terhadap orang-orang yang menyimpang dalam masalah nama-nama dan sifat-sifat Allah, sehingga mereka mengingkarinya dan menyimpangkan makna-maknanya?
❔Apakah mereka ini (orang-orang musyrik dan yang menentang nama-nama dan sifat-sifat Allah) yang lebih besar penentangannya ataukah mereka yang berzina, minum khamr, atau mencuri?!!
▫ Sesungguhnya pelanggaran tersebut hanya terkait dengan hak hamba, adapun syirik dan menafikan nama-nama dan sifat-sifat Allah merupakan pelanggaran terhadap hak Al-Khâliq. Hak Al-Khâliq harus diutamakan daripada hak-hak para makhluk.
⭐Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyyahv mengatakan dalam kitab Al-Istiqâmah (I/466) :
“Dosa-dosa ini (mencuri, berzina, minum khamr, dll) namun diiringi dengan bersihnya tauhid masih lebih baik dibanding rusaknya tauhid bersama dosa-dosa tersebut.”
^^^^^^^^^^^^
💥 Ini (satu jenis kelompok). Ada juga kelompok lain, yang juga berkecimpung dalam dakwah, namun mereka berjalan di atas manhaj lain, yang juga berbeda dengan manhajnya para rasul. Mereka tidak memandang masalah aqidah sebagai permasalahan yang penting. Namun mereka mementingkan urusan ibadah dan menekuni beberapa dzikir ala manhaj shufiyyah. Mereka juga mementingkan urusan khurûj dan siyâhah. Yang menjadi perhatian mereka adalah bagaimana bisa merekrut orang agar mau diajak bersama mereka tanpa memperhatikan bagaimana aqidah orang yang diajak tersebut.
❌ Cara-cara tersebut semua adalah bid’ah. Mereka seperti orang yang hendak mengobati jasad yang terputus kepalanya. Karena kedudukan aqidah terhadap agama adalah seperti kedudukan kepala terhadap jasad.
**********
✅ Maka diharapkan kepada kelompok-kelompok tersebut untuk memperbaiki pemahaman mereka, dengan cara kembali merujuk kepada Al-Kitab dan As-Sunnah dalam rangka mengetahui bagaimana manhaj para rasul dalam dakwah ilallâh. Karena sesungguh Allah telah mengkhabarkan bahwa al-hâkimiyyah dan kekuasaan –yang menjadi orientasi dakwah kelompok-kelompok yang kita sebutkan di atas—tidak akan terwujud kecuali setelah dilakukan pembenaran terhadap aqidah, yaitu dengan merealisasikan ibadah hanya kepada Allah semata dan meninggalkan peribadahan kepada selain-Nya.
📜 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” [An-Nûr : 55].
⚡ Sementara mereka menginginkan tegaknya daulah sebelum membersihkan negeri dari aqidah-aqidah watsaniyyah dalam bentuk peribadahan kepada orang-orang mati, bergantung kepada berhala, yang tidak jauh berbeda dengan peribadahan (musyrikin arab di zaman Nabi) kepada Al-Lât dan Al-‘Uzzâ serta yang ketiga berikutnya Manât. Bahkan kondisinya lebih parah, karena mereka berusaha mencari-cari alasan untuk membenarkan perbuatannya.
Sesungguhnya berhukum kepada syari’at, penegakan hukum-hukum had, tegaknya daulah islamiyyah, menjauhi segala perbuatan haram, dan pelaksanaan semua kewajiban; semua perkara ini merupakan bagian dari hak-hak tauhid dan penyempurnanya, yang itu sifatnya mengikuti (tauhid).
❓ Maka bagaimana mementingkan perkara yang sifat mengikuti saja dan mengabaikan perkara yang pokok/utama?
☝🏼 Sungguh aku melihat, bahwa apa yang terjadi pada kelompok-kelompok tersebut, yaitu penyimpangan terhadap manhaj para rasul dalam metode dakwah mereka, tidak lain terjadi akibat kejahilan mereka terhadap manhaj para rasul.
👋🏼 Seorang yang jahil tidak layak menjadi da’i. Karena di antara syarat dakwah yang terpenting adalah ilmu.
📜 Sebagaimana firman Allah Ta’âlâ : “ Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, yaitu berdakwah kepada Allah di atas bashîrah. (Ini adalah jalan)ku dan orang-orang yang mengikutiku, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. [Yûsuf : 108].
✔ Maka bekal utama seorang da’i adalah ilmu.
~~~~~~~~~~
☑ Kemudian sungguh kami juga melihat, bahwa kelompok-kelompok yang berkecimpung dalam dakwah itu saling berselisih satu sama lain. Masing-masing kelompok menggariskan untuk kelompoknya satu garis tertentu yang berbeda degan kelompok lainnya, masing-masing menempuh manhaj yang berbeda dengan manhaj kelompok lainnya.
👎🏼 Ini merupakan akibat pasti dari penyelisihan mereka terhadap manhaj Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam. Karena manhaj rasul itu satu, tidak terbagi dan tidak ada perbedaan padanya.
📜 Sebagaimana firman Allah Ta’âlâ : “ Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, yaitu berdakwah kepada Allah di atas bashirah. (Ini adalah jalan)ku dan orang-orang yang mengikutiku”. [Yûsuf : 108]
✅ Maka para pengikut rasul pun juga berada di atas jalan yang satu ini dan tidak berselisih. Hanyalah yang berselisih itu adalah orang-orang yang menyimpang dari jalan tersebut.
📜 Sebagaimana firman Allah :
“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah jalan tersebut, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena kalian akan bercerai berai dari jalan-Nya.” [Al-An’âm : 153]
🚫 Karena kondisi kelompok-kelompok tersebut yang menyimpang dan saling berselisih satu sama lain, menyebabkan bahaya terhadap Islam –karena bisa jadi menghalangi seseorang yang berkehendak masuk Islam— maka harus dijelaskan kondisi kelompok-kelompok tersebut yang sebenarnya, dijelaskan bahwa yang demikian itu (perpecahan) tidak termasuk dari Islam sedikitpun.
📜 Sebagaimana firman Allah Ta’âlâ : “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi berkelompok-kelompok, maka kamu bukan bagian dari mereka sedikitpun.” [Al-An’âm : 159] Karena Islam menyeru kepada persatuan di atas Al-Haq. Sebagaimana firman Allah : “Tegakkanlah agama dan janganlah kalian berpecah belah tentangnya.” [Asy-Syûra : 13] Allah juga berfirman : “Dan berpeganglah teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai.” [Âli ‘Imrân : 103]
🔖 Karena menjelaskan hal itu merupakan perkara yang wajib, menyingkap (hakekat sebenarnya) merupakan perkara yang harus, maka tampillah beberapa ‘ulama -yang memiliki ghîrah dan semangat menegakkan al-haq- untuk memperingatkan kesalahan-kesalahan kelompok-kelompok dakwah tersebut, dan menjelaskan penyimpangan-penyimpangan mereka dalam dakwah dari manhaj para nabi.
▫Dengan harapan mereka mau kembali kepada kebenaran, karena sesungguhnya al-haq merupakan barang yang senantiasa dicari oleh seorang mukmin, dan agar tidak tertipu orang-orang yang belum mengetahui penyimpangan kelompok-kelompok tersebut.
💫Di antara para ‘ulama yang mengemban tugas penting dan mulia ini, dalam rangka mengamalkan sabda Nabi Sholallahu 'Alaihi Wassalam: “Agama adalah nasehat, agama adalah nasehat, agama adalah nasehat.” Para shahabat bertanya : untuk siapa wahai Rasulullah? Beliau menjawab : “Untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, dan untuk para imam kaum muslimin serta keumuman mereka.”
💫 Di antara para ‘ulama tersebut, yang menjelaskan dan memberikan nasehat, adalah Fadhîlatusy Syaikh DR. Rabî’ bin Hâdi Al-Madkhali dalam kitabnya yang ada di hadapan kita, berjudul Manhajul Anbiyâ’ fid Da’wati ilallâh fîhi Al-Hikmah wal ‘Aql.
☝🏼 Sungguh beliau telah menjelaskan –Allah telah memberinya taufiq dan balasan yang baik- manhaj para rasul dalam dakwah ilallâh sebagaimana yang terdapat dalam Kitabullâh dan Sunnah Rasul-Nya. Beliau juga memaparkan di dalamnya manhaj kelompok-kelompok yang berbeda-beda dan menyimpang dari manhaj para rasul. Beliau juga mengkritik manhaj-manhaj tersebut dengan kritikan yang ilmiah dan adil diiringi dengan penyebutan contoh-contoh dan bukti-bukti.
✅ Maka kitab beliau ini sudah tepat sesuai dengan maksud dan tujuannya. Mencukupi orang-orang yang menginginkan al-haq, sekaligus hujjah atas siapa-siapa yang menentang dan sombong.
☝🏼Maka kita memohon kepada Allah agar memberikan pahala atas amalannya, dan menjadikannya bermanfaat. Semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, dan para shahabatnya.
==========
📝 Ditulis oleh
Shâlih bin Fauzân
Dosen di Universitas Islam
Al-Imâm Muhammad bin Su’ûd.
📝📗 [ditulis sebagai muqaddimah kitab Manhajul Anbiyâ’ fid Da’wati ilallâh fîhi Al-Hikmah wal ‘Aql karya Asy-Syaikh DR. Rabî’ bin Hâdi Al-Madkhali hafizhahullâh]
===================
📱Sumber diambil dari.: http://www.manhajul-anbiya.net/prinsip-prinsip-dakwah-ahlus-sunnah-wal-jamaah-dakwah-as-salafiyyah/
📊 BERSAMBUNG IN SYAA ALLAH KE BAGIAN 3⃣3⃣
📜✏ WA PECINTA AL-HAQ
➖➖〰〰〰〰〰〰➰✔
0 Response to "PRINSIP PRINSIP YANG HARUS DIMILIKI OLEH SEORANG DA'I SALAFI 2"
Posting Komentar