Bukan Hukum Rimba
📹 Masih ingat video mantap Habib Thohir Al Kaff: Mayoritas Jangan Banci Hadapi Salafi yang diunggah oleh situs NU Garis Lurus Pada tanggal 28 Januari 2016?
📡 Sebuah video yang berisi cuplikan ceramah “Singa Podium Indonesia” Al Habib Thohir Al Kaff saat mengisi ceramah di Pesantren Ilmu Al Qur’an (PIQ) Malang.
🗡 “Bangkit berjuang, berkorban!
💤 Apa saja yang dimusuhi Rasulullah, jangan tinggal diam!
🌊 Mereka sedikit kita masih banyak, tapi kalau kita nggak bangkit bagai buihnya air, apa artinya mayoritas!
📻 Yang minoritas, yang sedikit berani macem-macem, Salafi dengan gembar-gembor bid’ah syirik di radionya.
👠 Ya Allah kita diem, banci!
🚌 Sering saya ceritakan kejadian yang terjadi, tapi hasilnya sampai sekarang… Sebelah barat keluar, ziarah wali-wali syirik.
🚙 Saya katakan, ingat! Selama ini kita berbeda paham dan semua dengan pahamnya masing-masing, kita berhubungan baik, tetangga… Masjid sebelah… Sekarang ada selebaran ziarah wali-wali syirik.
🚧 Ketahuilah!
🚨 Saya dan jamaah saya adalah orang-orang yang suka ziarah wali, berarti kalian telah menghukumi kami orang-orang musyrik.
🚀 Cabut! Dan minta maaf!
💉 Dalam waktu dua hari, bila tidak dikerjakan… Banjir darah!
⚔ Buat apa punya massa banyak kalau tidak digunakan!
💺 Ingin jadi raja?
👋 Gila cium tangan?
💦 Ya Allah…
💪 Senengkan dengan massa kita, untuk menyenangkan Rasulullah!
☝️ Gerakkan mereka!
📲 Megang remot!
📻 Macem-macem radionya, inget!
🔥 Pengen selamet atau dibakar!”.
💥 Subhanallah, sebuah peristiwa yang semestinya tidak terjadi.
💺 Terlebih, yang membawakan adalah seorang yang dijadikan panutan bagi umat. Selayaknya seorang panutan, seharusnya bisa menjadi cermin untuk yang dipanuti.
✋ Namun kenyataannya tidak demikian.
🎈 Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul, sebenarnya apa yang dimaukan dari sikap toleransi NU?
📢 Sudah sekian banyak berkumandang program toleransi, tapi toleransi yang bagaimana?
✏️ Apakah toleransi tanpa pandang bulu atau toleransi yang berlandaskan asas “untung jalan tidak untung berhenti”.
🎯 Yakni jika ada yang sesuai dan mendukung serta menyenangkan maka diusung tapi jika ada yang merugikan maka berhenti dan berusaha menghilangkan sebab ketidakberuntung tersebut.
💯 Pilihan kedua sepertinya lebih tepat, sesuai fakta dilapangan.
👍 Jika ada yang mendukung dan menguntungkan maka akan dibela mati matian.
👎 Namun jika ada yang menggangu maka akan segera “diselesaikan”. Berdalih “semut saja jika diinjak mengigit.”
🌺 Apakah ini yang disebut hikmah dalam berdakwah?
💐 Seorang yang bijak tentu akan mengatasi segala masalah dengan bijak pula. Jika ada yang memberi masukan dan nasehat atau kritikan misalnya, tentu dia akan menerima dan mengoreksi.
📢 Jika memang kritikan itu benar dia akan menjalankannya. Namun jika tidak, dia akan “membantah”nya dengan bijak serta ilmiyah dan tidak menyikapinya dengan emosi apalagi provokasi.
🔴 Siapapun kita, seorang pejabat-kah, bos-kah, petani, semut atau singa tetap harus bisa menjaga dan membawa diri di negeri tercinta ini.
🇮🇩 Yah, meskipun negeri kita negeri adalah negeri yang luas wilayah hutannya, namun bukan berarti kita menjalankan hukum rimba di dalamnya, yang kuat dia yang berkuasa.
👍 Bukankah demikian?
🎯 Toleransi memang perlu, tapi tetap dalam koridor syariat ketika menerapkannya di lapangan.
🚀 Silakan kunjungi:
http://www.yuk-kenal-nu.net/2016/04/18/bukan-hukum-rimba/
💎🌷💎🌷💎🌷💎🌷💎🌷💎🌷💎🌷💎🌷💎🌷💎🌷💎🌷💎🌷💎🌷💎🌷💎🌷
🌏🚀 Tebarkan nasihat, berilmu, beramal dan beramar makruf nahi mungkar.
🌷💐 Dengan mengajak saudara, kenalan dan handai taulan anda bergabung dengan channel telegram YKNU Online di:
https://telegram(dot)me/yknuonline
Atau
https://goo.gl/qyrUcN
Atau
http://bit.ly/1luO2wL
🌺 Silakan dishare! Semoga bermanfaat untuk kaum muslimin!
☝️ Amin
=====*****=====
📶 Publikasi:
📖 WA Salafy Solo
📮Channel Salafy Solo
Https://tlgrm.me/salafysolo
Rajab 1437 H
0 Response to "Bukan Hukum Rimba Semut Diinjak Menggigit"
Posting Komentar