📃🍒📃🍒📃🍒📃🍒📃
Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian, melainkan aku khawatir dunia dibentangkan kepada kalian
___________________________
“Ketika Nabi Allah mengasingkan diri dari para istri beliau, saya masuk ke masjid dan melihat kaum muslimin mempermainkan kerikil sambil mengatakan bahwa Rasulullah telah menceraikan istri-istri beliau. Dan itu terjadi sebelum ada perintah hijab….”
‘Umar pun menemui Hafshah, putrinya dan berkata, “Wahai Hafshah, sudah sebegitu rupa engkau menyakiti Rasulullah . Demi Allah, engkau sudah tahu bahwa Rasulullah tidak mencintaimu. Kalau bukan karena aku, tentu Rasulullah sudah menceraikanmu.”
Mendengar hal ini, semakin hebat tangis Hafshah.
Saya bertanya kepada Hafshah, “Di mana Rasulullah ?”
“Di loteng tempat penyimpanan beliau,” kata Hafshah.
Kemudian saya mendatangi tempat itu dan melihat Rabah, pelayan Rasulullah, sedang duduk di depan pintu loteng tersebut sambil menjulurkan kakinya ke anak tangga tempat naik turun Rasulullah.
“Hai Rabah, mintakan izin agar aku masuk menemui Rasulullah.”
Rabah hanya melihat ke arah kamar lalu menoleh kepada saya tanpa berkata apa-apa.
Kemudian saya datang lagi memanggil Rabah sampai tiga kali. Pada yang ketiga saya mengeraskan suara, “Hai Rabah, mintakan izin agar aku masuk menemui Rasulullah, karena mungkin Rasulullah mengira aku datang karena Hafshah.
Demi Allah, seandainya Rasulullah memerintahkan aku memenggal lehernya, pasti kupenggal.”
Akhirnya Rabah mengisyaratkan agar saya naik ke loteng itu.
Saya pun naik menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang sedang berbaring di atas sehelai tikar. Kemudian saya duduk. Sementara itu, beliau mendekatkan sarungnya. Tidak ada yang lain selain itu. Ternyata, tikar itu membekas di lambung beliau.
Saya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan kecil itu. Saya melihat ada satu sha’ (kira-kira 544 gram) gandum dan qardh (dedaunan yang dihaluskan) sebanyak itu juga, di sudut kamar. Ada juga kulit yang belum selesai disamak.
💦💦 Tak terasa, air mata saya bercucuran.
Rasulullah melihat dan bertanya, “Mengapa engkau menangis, hai putra al-Khaththab?”
“Wahai Nabi Allah, mengapa saya tidak menangis. Tikar ini membekas begitu rupa di lambungmu. Simpananmu tidak lain hanya ini. Sementara itu, di sana, Kaisar dan Kisra bergelimang dengan buah-buahan dan sungai-sungai yang jernih. Padahal, engkau adalah Rasul Allah, dan pilihan-Nya, tetapi hanya ini simpananmu.”
Beliau pun berkata, “Hai putra al-Khaththab, tidakkah engkau ridha akhirat bagian kita, sedangkan untuk mereka hanya dunia?”
“Tentu,” kata saya.
📝 Yang menjadi pelajaran bagi kita dalam kisah ini adalah penggalan yang terakhir ini. Artinya, kalau kemuliaan, keberhasilan, dan kebahagiaan diukur dengan harta, kedudukan, dan urusan dunia lainnya, tentu yang paling bahagia dan mulia adalah orang-orang semacam Fir’aun, Haman, Qarun, Heraklius, Hurmuzan, Abu Jahl, Abu Lahab, dan orang-orang kafir lainnya.
Ibnu Sa’d (ath-Thabaqat 1/465), dan Abu Ya’la dalam Musnad-nya (3/1203), meriwayatkan dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah pernah berkata kepadanya,
يَا عَائِشَةُ، لَوْ شِئْتُ، لَسَارَتْ مَعِي جِبَالُ الذَّهَبِ
“Hai ‘Aisyah, seandainya aku mau, pasti gunung-gunung emas akan berjalan bersamaku.”4
📃 Dalam sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah pernah mengutus Abu ‘Ubaidah ibnul Jarrah ke Bahrain, kemudian dia pulang membawa jizyah penduduk negeri itu. Orang-orang Anshar pun mendengar kedatangan Abu ‘Ubaidah, lalu mereka menyengaja shalat subuh bersama Rasulullah.
Seusai shalat, Rasulullah berpaling.
Para sahabat Anshar menampakkan diri kepada beliau. Begitu melihat mereka, Rasulullah tersenyum, lalu berkata, “Saya kira kalian sudah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah datang membawa sesuatu dari Bahrain?”
“Betul, wahai Rasulullah,” jawab mereka.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda,
أَبْشِرُوا وَأَمِّلُوا مَا يَسُرُّكُمْ، فَوَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّي أَخْشَى أنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُم
“Gembiralah, dan bayangkanlah apa yang menyenangkan kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian, melainkan aku khawatir dunia dibentangkan kepada kalian, sebagaimana dibentangkan terhadap orang-orang yang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya. Kemudian dunia itu membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan mereka.”5
Ternyata, dunia yang kita kejar justru akan menghancurkan kita.
Lantas, apakah tidak boleh kita menjadi orang kaya? Tidak boleh berusaha?
Bukan tidak boleh kita menjadi orang kaya. Bukan pula tidak boleh berusaha. Para nabi saja ada di antara mereka yang jadi wirausahawan. Ada yang menjadi tukang kayu, seperti Nabi Zakariya; pembuat baju besi, seperti Nabi Dawud, padahal beliau seorang raja besar. Dan Nabi kita Muhammad sebelum menjadi rasul adalah seorang penggembala kambing yang menerima upahan dan pedagang yang sukses.
___________________________
Catatan kaki:
4. Dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam ash-Shahihah (2484) dengan syawahid-nya.
5. HR. al-Bukhari no. 3158 dan Muslim no. 2961.
📃 Sumber : http://asysyariah.com/pelajaran-penting-buat-para-hartawan-bagian-3/
___________________________
____________
📚 WA TIC
(Tholibul Ilmi Cikarang)
_______________________
0 Response to "Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian, melainkan aku khawatir dunia dibentangkan kepada kalian"
Posting Komentar