RENUNGAN UNTUK IKHWAN LENDAH
(Edisi 31)
Setelah hampir sebulan, kumandang adzan dengan alunan yang khas itu mulai terdengar kembali sejak tiga hari yang lalu. Pakdhe Mursahid memang rutin mengumandangkan adzan untuk semua shalat lima waktu. Rumahnya yang bersebelahan dengan masjid (lokasi kajian rutin di Lendah), membuat beliau bersemangat untuk selalu mengumandangkan adzan.
Sejak terjatuh saat kerja bakti malam hari di komplek Perpustakaan, pakdhe Mursahid hanya dapat beraktivitas didalam rumah. Bahkan pada dua pekan pertama, pakdhe Mursahid hanya mampu terduduk di atas ranjang tanpa bisa berjalan sama sekali. Seperti orang lumpuh. Jari jemari tangan dan kaki dapat digerakkan, namun badan terasa mengambang.
Kita sempat down ketika mendengar keterangan dari seorang fisioterapis mengenai vonis kondisi pakdhe Mursahid. Gangguan syaraf leher bagian belakang -menurutnya dari melihat hasil rontgen-, terjadi pada tulang 1 dan 2. Lokasi yang sangat rawan dan riskan, katanya. Sebagai fisioterapis, beliau menyatakan tidak berani melakukan tindakan apa-apa. Keterangan selanjutnya membuat kami yang mengantar juga pakdhe Mursahid saat itu menjadi terdiam membisu.
Lha bagaimana tidak membisu? Vonis dari fisioterapis tersebut sangat mengerikan. Kemungkinannya hanya ada dua, katanya. Pertama hanya bisa menerima pasrah dengan keadaan yang seperti itu. Artinya menjadi orang lumpuh dan tidak bisa berbuat apa-apa dan itupun harus menjalani terapi selama dua bulan. Atau kemungkinan yang kedua, yaitu harus menjalani operasi bedah syaraf.
Nah, kemungkinan kedua inipun tetap beresiko. Fifty-fifty, menurutnya. Pihak keluarga harus tanda-tangan untuk proses operasi. Digambarkan bahwa ahli bedah syaraf pun terbatas jumlahnya di Yogyakarta. Tulang di leher belakang harus dilobangi untuk menghilangkan himpitan syaraf. Bisa lumpuh total jika gagal, paparnya. Itupun akan menelan biaya minimalnya dua puluh juta. Masya Allah!
Islam tidak mengajarkan sikap menyerah. Kita tidak terdidik untuk putus asa. Allah adalah dzat yang maha mampu lagi perkasa. Apakah karena problem yang berat lalu kita lupa bahwa kita mempunyai Allah yang maha pemurah lagi maha kasih? Tentu tidak, bukan? Kita harus Optimis.
Akhirnya, hasil rontgen kita kirimkan ke Solo. Kenapa Solo? Sebab, disana banyak kenalan tenaga medis yang Salafy. Jujur saja bahwa untuk bisa percaya penuh kepada selain Salafy, rasa-rasanya berat. Kejujuran dan amanah barangkali menjadi sesuatu yang sulit untuk ditemukan. Kita lebih bisa mempercayai seorang dokter yang Salafy, walaupun umum dan bukan spesialis. Wallahu a'lam
Setelah foto rontgen dibaca, kita semua merasa plong dan mulai terangkat mental kita. Sebab, teman-teman medis yang Salafy menyatakan bahwa kondisi pakdhe Mursahid tidaklah separah sebagaimana yang digambarkan dan dibayangkan sebelumnya. Alhamdulillah. Mereka menyarankan untuk melakukan foto MRI, seperti anjuran dari fisioterapis sebelumnya.
Lagi-lagi saya dibuat terharu oleh rasa empati dari ikhwan-ikhwan. Cukup berat saya berpikir untuk bagaimana caranya mempunyai biaya MRI yang menurut informasi minimalnya senilai 1,5 juta. Akhirnya sehari sebelum foto MRI, saya mencoba mengetuk pintu mahabbah dan ukhuwwah di antara ikhwan-ikhwan dan Alhamdulillah, pagi harinya mereka mengumpulkan iuran sampai mencapai 1,7 juta.
Saya tahu persis siapa dan bagaimana kondisi ikhwan-ikhwan Lendah. Petani kecil, buruh, pedagang keliling, karyawan atau pegawai kecil. Akan tetapi, ini ukhuwwah, Bung! Inilah kekuatan dan dahsyatnya cinta karena Allah! Semoga Allah mencurahkan keikhlasan dan istiqomah untuk kita semua.
00000_____00000
Motivasi untuk sembuh begitu terlihat kuat dari pakdhe Mursahid. Tekadnya membaja. Beliau tidak mau menyerah dan terbawa dengan rumor yang tersebar di masyarakat. Bagaimana pun juga, sebagian kecil masyarakat itu masih terbawa oleh cara berpikir mistis dan takhayul. Mereka beranggapan bahwa musibah yang menimpa pakdhe Mursahid itu disebabkan oleh kemarahan para setan penunggu area pembangunan perpustakaan.
Renungan Ikhwan:
Marah kepada kita yang “lancang” sehingga “merusak” tempat mereka bersemayam.
Hal ini justru semakin memacu pakdhe Mursahid untuk sembuh. Beliau mulai berlatih merangkak. Selanjutnya berjalan dengan merayap di dinding dengan tangan. Itu semua dilakukan dengan tetap memakai olor/balk (penyangga leher dan dagu).
Ikhwan-ikhwan tetap rutin menjenguk untuk memberikan advis. Doa-doa dibacakan sebagai ruqyah di lokasi leher yang sakit. Faktor untuk sembuh baik secara internal psikis pakdhe Mursahid dan faktor eksternal yaitu dorongan dan support dari ikhwan-ikhwan, dipadukan dan digabung sebagai bagian dari ikhtiar.
Al Bukhari (3616) meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallallohu'alaihi wasallam pernah menjenguk orang sakit lantas mendoakan : ”Laa ba'sa tha-huu-run insya Allah”. Artinya, tidak mengapa. Insya Allah akan menjadi penggugur dosamu. Orang itu malah mengatakan : "Ah, tidak! Justru panas demam yang tinggi, terjadi pada orang tua yang telah berusia lanjut dan akan membawanya ke kubur”.
Apa yang disabdakan Rasulullah setelah mendengar ucapan pesimis dari orang itu? "Kalau begitu, memang demikian". Artinya akan sesuai dengan kematian yang ia pikirkan dan bayangkan.
Sungguh besar pengaruh keyakinan dan kemauan untuk sembuh ! Ketika Anda sakit kemudian termotivasi untuk sembuh, niscaya akan banyak membantu proses penyembuhan. Motivasi dan optimisme untuk sembuh akan mendorong Anda untuk berusaha dan berupaya. Anda tidak akan menyerah dan putus asa dari rahmat Alloh. Ingatlah bahwa Allah adalah dzat yang maha menyembuhkan. Sadarilah bahwa setiap penyakit, pasti ada obatnya!
Nabi Ayyub 'Alaihissalam yang belasan tahun mengidap penyakit aneh terus termotivasi untuk sembuh. Rasa yakin dan percaya akan kekuatan Allah bukannya berkurang, tapi justru malah semakin lama semakin bertambah dan terus meningkat. Tidak pesimis dan tidak berkecil hati. Walaupun telah divonis tidak ada obat dan penawarnya, nabi Ayyub terus saja berdoa. Berpasrah diri kepada Allah dengan doa. Doa nabi Ayyub itu disebutkan didalam Al Qur'an.
Jika Anda sedang diuji dengan penyakit yang berat, kalau Anda divonis mengidap penyakit yang tidak ada obatnya dan apabila Anda dinyatakan tidak akan bisa sembuh lagi, maka tolonglah Anda membaca kisah nabi Ayyub! Bacalah doa yang pernah dibaca oleh nabi Ayyub. Bagaimana bentuk doa beliau? Silahkan Anda sekarang membuka Al Qur'an surat Al Anbiya ayat 83-84!
Sungguh, Wallahi, Allah adalah dzat yang maha luas rahmat-Nya!
Dan Masya Alloh. Seruan lantang mendayu-dayu dari Masjid Nurul Huda itupun kini telah terdengar lagi. Seruan lantang yang menggetarkan sanubari, karena samakin mengokohkan keyakinan akan dekatnya pertolongan Alloh. Seruan lantang yang menenggelamkan suara-suara sumbang bernuansa klenik yang beredar itu, menjadikannya semakin tidak berarti.
Saudaramu di jalan Allah
Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz
Lendah, Kulonprogo
Malam 19 Ramadhan 1437 H
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
http://tlgrm.me/kajianislamlendah
Channel khusus renungan :
@renunganikhwan
Versi blog :
http://bit.ly/28Xsxk5
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
0 Response to "Laa ba'sa thohurun insya Allah"
Posting Komentar