Mengenai Saya

Foto saya
Sragen, Jawa Tengah, Indonesia
Kami adalah produsen gamis akhwat dan jilbab cadar safar. 0857-2544-5132

KISAH ASHHABUL MANHAJ

KISAH ASHHABUL MANHAJ

👉 Tuduhan Sepihak Terhadap Orang-Orang yang Memiliki Perhatian Serius terhadap Pembahasan Manhajiyyah

✏ asy-Syaikh Abu 'Ammar 'Ali al-Hudzaifi hafizhahullah
-----------------------

❓© Aku tidak tahu apa yang menjadi sebab sikap tidak adil terhadap orang-orang yang memiliki perhatian serius terhadap pembahasan-pembahasan Manhaj Salafy.

a. Muhammad al-Imam dalam kitabnya “al-Ibanah” mengatakan:
“Dan tatkala suatu waktu asy-Syaikh Muqbil pergi untuk berdakwah, dalam waktu lebih dari sebulan. Kemudian beliau pulang, ternyata beliau mendapati sebagian thullab telah mengambil sebuah thariqah dan mereka menamakan diri mereka sebagai “ash-habul manhaj”. Maka beliau segera memadamkan fitnah ini setelah beberapa urusan. Di antaranya dengan menasehati mereka, bersikap lembut kepada mereka, dan berusaha merangkul mereka. Lalu kebanyakan mereka meninggalkan kelompok ash-habul manhaj dan mereka ruju’ kepada kebenaran, walhamdulillah.”
[ Lihat al-lbanah, hal 170.  Berita ini TIDAK BENAR, sebagaimana yang akan datang penjelasannya, in sya Allah. Ada yang mengatakan  bahwa kabar ini didapatkan oleh Muhammad al-Imam dari Muhammad bin Qa-id as-Shaghir, penulis buku :”al-Hulal adz-Dzahabiyyah, ala Syarhil Aajurumiyyah”, wallaahu a’lam. ]

.....

c. Di sela-sela kunjunganku ke Indonesia, sebagian ikhwah menyodorkan kepadaku rekaman Utsman as-Salimy yang direkam di tengah-tengah kunjungannya ke Indonesia. Di dalam rekaman itu, dia menyebutkan tentang orang yang dinamakan dengan “Ash-habul Manhaj”, dan sungguh aku sangat terheran terhadap apa yang dia sebutkan. Asy-Syaikh Utsman as-Salimy mengatakan dalam “Jalsah di Bandara Jakarta, rekaman kedua”:

“Aku ingat, dulu ketika asy-Syaikh Muqbil rahimahullah masih hidup dan ketika itu para pemuda mengambil beberapa kitab-kitab kecil dari kitab-kitabnya Syaikh Rabi’, kitab-kitabnya Syaikh Muqbil, kitabnya Fulan, sekumpulan kitab, dan diletakkan di rak khusus, sambil mengatakan: “inilah manhaj kami”, dan dia menulis dalam selembar kertas “Inilah Manhaj Kami” di bawah kumpulan kitab-kitab ini, 10 atau 20 kitab yang membicarakan tentang hizbiyyiin. Dan ketika itu asy-Syaikh Muqbil sedang bepergian. Aku katakan kepada mereka: “Janganlah kalian mempelajari bab manhaj ini hingga asy-Syaikh Muqbil datang dan meminta izin kepada beliau”. Aku dulu bertindak sebagai pengganti Syaikh Muqbil dalam pelajarannya. Maka ketika beliau telah datang dari bepergian, aku katakan kepada beliau: “Ya Syaikh, saat ini telah datang kelompok ini dan menyia-nyiakan manhaj ini”. Dan ketika beliau telah melihat kelompok itu….. dan merobek kertas ini, lalu beliau mengatakan: “Manhaj kita adalah al-Quran dan Sunnah”. Kemudian beliau berbicara di atas kursi dan mengatakan: “Manhaj kami adalah al-Bukhary dan Muslim, dan al-Quran dan Sunnah adalah manhaj kami, bukan yang ada dalam kitab-kitab kecil itu, dan kita katakan: mereka telah menyelisihi manhaj. Siapa yang mengatakan ini? “. Semoga Allah merahmati beliau. Dulu beliau memerangi pemikiran ini karena di dalamnya terdapat pembatasan untuk kebaikan dan agama. Dan siapa yang tidak mentahdzir Bani Fulan, ya sudah…, dia bukan sunny dan dia tidak tahu manhaj!? Ini adalah serangan syaithan, Wallaahi. Syaithon menyerang pemikiran-pemikiran ini dan membatasi manhaj dalam perkara (kitab-kitab kecil) ini saja.  Manhaj kita adalah al-Quran dan Sunnah berdasarkan pemahaman salaful ummah”.

🔅🌾 Aku (Ali Hudzaifi) katakan:

👊💥 Informasi-informasi ini TIDAK BENAR.
Ada beberapa orang yang mereka menamakan saudara-saudaranya dengan penamaan tersebut, adalah semata-mata karena mereka memiliki perhatian terhadap kitab-kitab rudud (bantahan).
💡✅  Hingga sekarang, aku tidaklah melihat satu orang pun yang mementingkan perkara-perkara manhajiyyah kecuali dia kini menjadi seorang mustafid di salah satu cabang keilmuan minimalnya, kecuali beberapa gelintir orang saja.

🌙 Maka tidak bisa dikatakan bahwa perhatian terhadap permasalahan-permasalahan manhajiyyah telah menyibukkan mereka dari ilmu atau membuat mereka tidak butuh terhadap ilmu.
🍁 Bahkan justru kita melihat bahwa mereka adalah di antara ikhwah yang paling rajin belajar, walillaahil hamd. Dan tidak mungkin ucapannya dalam perkara-perkara manhajiyyah dibawa ke sesuatu yang lain. Dan sungguh kita melihat di markiz-markiz kita orang yang menyibukkan dirinya dengan syi’ir, nahwu, tajwid atau selainnya disertai dengan kelalaiannya terhadap perkara-perkara yang lebih penting dari pelajaran tersebut, seperti: tauhid, aqidah, atau selainnya. Maka apakah kita sudah cukup dengan pelajaran nahwu dan tajwid?

Aku telah memperingatkan Abdul Aziz al-Bura’i terhadap ucapan Muhammad al-Imam setelah keluarnya kitab “al-Ibanah”, dan bahwasanya ucapan tersebut tidak benar, agar al-Bura’i mau meluruskan Muhammad al-Imam. Namun ternyata aku tidak mendapatkan adanya tindak lanjut yang memuaskan. Padahal pada waktu itu al-Bura’i dan al-Imam belum ada (di Dammaj). Ada yang mengatakan kepadaku: “Sesungguhnya ucapan Muhammad al-Imam dalam kitab “al-Ibanah” tentang “ash-habul manhaj” itu tiada lain dia dapatkan dari Muhammad bin Qa-id”. Akan datang penjelasan keadaan orang ini, in sya Allah Ta’ala.

💣💥 Permasalahan manhajiyah ini bermula di Dammaj pada tahun 1415 H, lebih dari 20 tahun yang lalu. Awalnya ketika muncul beberapa thullab pada saat itu, yang berusaha mencari informasi tentang bantahan para ulama terhadap yayasan-yayasan hizby dan kelompok-kelompok menyimpang.

Berikut ini beberapa peristiwanya :

a. Aku pernah duduk bersama Muhammad bin Qaid ash-Shaghir, pengarang kitab “al-Hulal adz-Dzahabiyyah ‘ala Syarhil Aajurruumiyyah”, di kamar al Akh ‘Abdul Wahhab asy-Syamiiry.
Lalu dia berkata: “Kenapa kalian selalu membicarakan Ikhwanul Muslimin? Apakah kalian tidak bersikap lembut kepada mereka?”.
Maka aku jawab: “Katakanlah pada mereka: Merekalah yang seharusnya bersikap lembut kepada kita.”

b. Berkata juga Muhammad bin Qaid ash-Shaghiir: “Abdul Majid az-Zindani lebih baik dari para thullab itu seluruhnya”, yakni thullab asy-Syaikh Muqbil rahimahullah Ta’ala.
Ini adalah pernyataan terkenal (dari dia), yang asy-Syaikh Muqbil telah menuntutnya untuk bertaubat dari pernyataan itu di hadapan para thullab (pelajar/murid).

🔎 selengkapnya baca
http://miratsul-anbiya.net/kisah-ash-habul-manhaj/

🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾
------------------------------

0 Response to "KISAH ASHHABUL MANHAJ"

Posting Komentar

Tokopeci Salimah Gallery

Salimah Gallery Distributor Busana Muslim, Madu Herbal di kota Solo